Suami Misterius - Bab 712 Sepupu Adolf

Rudy tidak terburu-buru masuk, punggungnya bersandar di pintu, dan tangan kanannya menjepit sebatang rokok.

Matanya yang gelap memandang ke ruang pribadi, pandangannya secara tidak sengaja tertuju pada wajah Markal dan mulai memikirkan sesuatu.

Sebuah lagu berakhir, dia baru memadamkan rokok di ujung jarinya dan mendorong pintu masuk.

Sosok tinggi dan tegap muncul di ruang pribadi, dalam ruangan yang redup, sepertinya memancarkan cahaya dingin yang membakar.

Clara memegang microphone dan masih merasa pusing.

Dia mengangkat kepalanya, menatap Rudy di depannya, dan menyangka dirinya sedang berhalusinasi.

Clara mengulurkan tangan kanannya dan menggosok matanya dengan kuat, pada saat berikutnya, pergelangan tangannya dipegang, dan sebuah kekuatan menariknya ke sebuah pelukan yang hangat dan kuat.

Ada bau alkohol yang samar di tubuhnya, tidak terlalu buruk.

Tapi Rudy tetap mengerutkan kening.

"Minum alkohol?"

Rudy bertanya, suaranya rendah dan lembut.

Clara tidak berkata, wajahnya menempel di dadanya, dan lengannya seperti rumput laut perlahan-lahan melilit pinggangnya.

Kelihatannya benar-benar mabuk.

Ekspresi Rudy menunjukkan ketidakberdayaan.

Dia memeluk Clara dan berkata pada Ezra dan Aeris: "Paman, bibi, Clara mabuk, aku akan membawanya kembali dulu."

"Aku tidak melihatnya minum alkohol, mengapa tiba-tiba mabuk."

Aeris berkata dengan bingung.

Tamtam, si pengacau, menundukkan kepalanya dan tidak berani berkata.

Rudy tidak banyak bicara, dia menggendong Clara dan berjalan keluar dari ruang pribadi, ketika melewati samping Markal, dia mengangguk padanya.

Tindakan Rudy dapat dipahami sebagai tindakan sopan.

Tapi Markal selalu merasa pandangan Rudy sepertinya memiliki makna yang dalam.

Rudy menggendong Clara pergi meninggalkan KTV, ketika tiba di keluarga Sunarya, hari sudah gelap.

nenek Sunarya terbiasa tidur lebih awal jadi sudah kembali ke dalam kamar. Ardian dan Bahron juga telah kembali ke kamar mereka.

Selain pembantu yang menjaga malam, hampir tidak ada yang tahu Rudy membawa Clara kembali.

Ketika keduanya kembali ke kamar, Clara masih tetap berada dalam pelukannya, seperti seekor koala.

"Pergi mandi dulu."

Rudy berkata dengan nada tak berdaya.

Clara bersandar dalam pelukannya, dan tidak berhenti menggelengkan kepalanya.

"Peluk sebentar lagi."

"Peluk begitu erat, apakah kamu tahu siapa aku?"

Rudy tersenyum bertanya.

Mendengar ini, Clara mengangkat wajahnya, matanya yang indah terlihat seperti kumpulan bintang-bintang di langit, gelap dan cerah.

"Suamiku, aku pusing."

Dia mencibir, dan berkata dengan manja.

"Ayolah, mandi dulu kemudian istirahat lebih awal."

Rudy memeluknya dan berkata dengan tidak berdaya.

Lalu memeluknya dan berjalan ke kamar mandi.

Clara mabuk, langkahnya terhuyung-huyung.

Rudy tentu tidak akan meninggalkannya sendirian di kamar mandi, dia mabuk seperti ini, mungkin saja akan tenggelam di bak mandi.

"Ayo, berada di sini, jangan bergerak."

Rudy meminta Clara berdiri di dinding, lalu dirinya berjalan ke bak mandi, dan mengisi air.

Namun, begitu dia membuka kran, langsung mendengar suara air mengalir di belakangnya.

Rudy memutar kepala, melihat Clara berdiri di bawah pancuran, tidak tahu kapan membuka pancuran, air mengalir dari atas dan pakaiannya sudah basah.

Rudy tak berdaya, segera berjalan ke arahnya, baru saja ingin mengulurkan tangan mematikan kran, Clara malah menjeratnya, lengannya merangkul di pinggangnya dengan lembut, kemudian mencium bibirnya yang dingin.

Rudy ingin mendorongnya, air begitu dingin, sangat mudah masuk angin.

Namun, bulu mata Clara yang bergetar dan pipinya yang memerah membuat Rudy berhenti mendorongnya.

Rudy teringat Markal.

Pandangan Markal menatap Clara membuatnya merasa tidak nyaman.

Air tidak berhenti menetes dari atas kepala, pakaian Rudy dan Clara sama-sama basah, tapi tidak ada yang mempedulikannya.

Dua tubuh yang hangat saling berdekatan, mereka berciuman dengan penuh gairah.

Setelah berciuman, Rudy memeluknya dan tersenyum, "Clara, apakah kamu pura-pura mabuk?"

Clara mengedipkan matanya dengan bingung, dan menatap Rudy dengan pipinya yang memerah.

Clara tidak menjawab, tapi memeluk lehernya dan mencium lagi.

Di ruang kamar mandi yang terbatas, suhunya meningkat.

Keduanya berdiri di bawah air dan berciuman, pakaian masing-masing perlahan-lahan dilepaskan, api perang menyebar dari bawah pancuran ke bak mandi.

Air di bak mandi terlalu penuh, dengan gerakan keduanya, airnya terus meluap keluar.

Seiring suara air, ada erangan samar..... Setelah berakhir, Rudy membawanya kembali ke kamar tidur.

Clara bersandar lembut di pelukannya dan tertidur, bagaikan seekor anak kucing.

Rudy tidak menahan diri mencium di bibirnya.

Mungkin kumis di dagu yang baru tumbuh mengenainya, Clara mengerutkan kening dan berbalik, membelakanginya, dan lanjut tidur.

Rudy tidak merasa ngantuk, setelah menemaninya berbaring sebentar di ranjang, dia mengenakan pakaian dan turun dari ranjang.

Di kamar tidur utama, terhubung sebuah balkon terbuka.

Rudy bersandar di pagar, api mancis berkedip dalam kegelapan, dan menggoyang di malam yang gelap.

Rudy menyalakan sebatang rokok, perlahan-lahan mengisapnya, dan menghembuskan asap putih.

Rudy tiba-tiba mengangkat ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.

Di dalam telepon, terdengar suara Aldio yang malas, membawa pesona jahat yang dimilikinya.

"Bos, mengganggu orang lain istirahat di jam segini, benar-benar tidak bermoral."

"Kamu sudah istirahat?"

Rudy mengangkat alisnya bertanya.

"Saat olahraga, juga tidak boleh mengganggu, sangat mudah mengalami impotensi."

Aldio berkata.

“Tidak cukup keras, itu masalah kualitas, kamu boleh berpikir untuk mendaur ulang.”

Rudy berkata dengan acuh tak acuh, “Sudahlah, bicarakan urusan serius, bagaimana dengan penyelidikan tentang Samara ?”

"Oh, tadinya berpikir melaporkannya besok pagi."

Aldio berkata.

"Katakan sekarang."

Rudy menjentikkan rokok di ujung jarinya, dan berkata dengan nada dingin.

"Apakah kamu masih ingat Adolf Henma si bajingan itu?"

“ Samara memiliki hubungan dengannya?”

Ekspresi Rudy menjadi suram.

"Ibunya Samara adalah anak haram dari keluarga Henma.

Oleh karena itu, Samara merupakan sepupu Adolf.

Meskipun dia adalah anak haram, tapi kakek Henma memperlakukan Samara dan ibunya dengan baik, Samara dan ibunya juga sering mengambil keuntungan dari keluarga Henma.

Setelah keluarga Henma bangkrut, status Samara dan ibunya merosot dalam keluarga Liu.

Keluarga Liu ingin menyanjung keluarga Sun, dan berniat menikahkan Samara ke dalam keluarga Sun."

" keluarga Sun yang mana?"

Rudy bertanya dengan dingin.

"Emangnya ada keluarga Sun yang mana lagi.

Yaitu suami ibunya Su Loran.

Bukannya keluarga Sun masih memiliki seorang putra muda yang belum menikah?"

"Si bodoh itu?"

"Iya.

Si bodoh itu.

kakek Liu benar-benar cukup kejam, ingin menyanjung atasan, dia bahkan rela melakukan ini pada putrinya sendiri.

Namun, bagaimanapun juga, kakek Liu memang memiliki banyak putri."

Aldio tersenyum dingin berkata.

Ayah Liu menikahi tiga istri, menikahi ibu Samara untuk melahirkan seorang putra, tapi malah melahirkan Samara seorang anak gadis, dengan empat kakak perempuan di atasnya, dia tentu tidak akan disayangi.

"Kalau keluarga Henma tidak bankrut, keluarga Liu juga tidak akan berani bertindak sembarangan.

Samara tentu tidak akan mau menikah dengan seorang idiot, sehingga mungkin saja dia membenci kakak ipar karena masalah ini, dan melakukan tindakan kecil di belakangnya.

Perlukah aku mencari seseorang menyelesaikannya?"

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu