Suami Misterius - Bab 502 Tuan Heru

Ketika Clara menerima telepon dari Heru, dia sedang SPA di salon bersama Milki.

Dua bulan yang lalu, Milki melahirkan anak perempuan dengan berat tiga kilogram, orang keluarga Araya sangat senang, sehingga acara perayaan penuh satu bulan juga dilakukan dengan sangat meriah.

Milki sudah melakukan perawatan setelah melahirkan, saat ini sedang dalam masa penyembuhan, seluruh tubuhnya terkesan bulat bengkak, rupanya dia sudah menjadi gemuk.

“Lemak perut ini harus bagaimana, aku sekarang bahkan tidak berani bercermin.” Milki duduk di atas kasur pijat, orang salon sedang memijat bahunya.

Clara baring di atas kasur pijat sebelahnya, wajahnya masih menempel masker bahan vulkanik yang berwarna hitam, dia menatap plafon di atas kepalanya, hanya menggerakkan bibirnya dan berkata :”Bukannya Vincent merasa bagus juga ya, katanya kamu dulu terlalu kurus, sekarang lebih enak di cubit.”

“Aku bukan boneka tiup, yang bisa di cubit main sesuka hatinya. Aku masih mau kerja, masih mau bertemu orang lagi !” Milki semakin mengeluh semakin emosi, hampir saja terduduk dari kasur, “Clara, kamu tidak tahu ya, sekarang asalkan bertemu dengan teman, kata pertama yang dilontarkan mereka pasti : Milki, kamu jadi gendut ya.”

“Jangan khawatir, kamu sekarang hanya bengkak sementara. Gampang pulih.” Clara menghiburnya,.

“Saat kamu selesai melahirkan Wilson, kenapa juga tidak menjadi gendut ya.” Milki bertanya lagi.

Clara menghela nafas panjang, lalu mulai mengeluh, “Aku mana ada nasib seperti dirimu, sejak hamil, sudah ada suami yang menyayangi, ada ibu mertua yang merawat. Saat aku mengandung Wilson, aku bahkan tidak berani keluar bertemu dengan orang, sembunyi sana sembunyi sini, makan juga tidak beraturan. Sejak melahirkan Wilson, berat badanku turun lima kilogram dari sebelumnya lagi.”

Milki berpikir sejenak, lalu berbisik, “Lain kali kalau hamil lagi pasti harus kurangi makannya.”

“Kamu masih mau melahirkan lagi ?”

“Vincent bilang, mau mengikuti keluarga berencana yang diterapkan pemerintah.” Milki menjawab dengan penuh percaya diri, lalu balik bertanya, “Jangan-jangan kamu sama suamimu tidak mau anak kedua lagi ya ?”

“Sedang dalam proses, tetapi perutku tidak ada kabar.” Clara mengeluh nafasnya lagi, sebelumnya pada waktu yang tidak cocok hamil, sekali saja sudah kena, sekarang lagi ingin hamil, malahan tidak bisa mendapatkannya.

“Mungkin terlalu jarang itu itu, suruh suamimu banyak berusaha lagi.” Milki bercanda dengan nada mesra.

“Menyebalkan.” Clara berkeluh padanya.

Ketika mereka berdua sedang membahas dengan senang, tiba-tiba ponsel Clara berdering.

Orang salon mengambil ponsel Clara yang terletak di meja dan memberikan padanya, Clara langsung menekan tombol menerima panggilan.

Terdengar di sisi telepon lainnya adalah suara Heru, membuat Clara merasa sedikit kaget.

Setelah memutuskan sambungan telepon, Clara melepaskan masker yang menempel di wajah, dan langsung terduduk dari kasur.

“Kenapa ?” Milki bertanya dengan kebingungan.

“Heru mengajak aku ketemu, tidak tahu mau buat apa lagi.” Clara menjawabnya.

“Orang keluarga Muray, pastinya tidak ada niat baik. Lebih baik kamu jangan pergi lagi.” Milki berkata dengan cemas.

“Tianxing media masih dikelola sama Heru.” Clara mengeluh, lalu beranjak turun dari kasur, dan memakai sepatu tumit tingginya, “Kamu pulang sendiri ya, aku ketemu dulu sama Heru.”

Clara buru-buru mencuci mukanya, lalu memakai baju, dan membawa mobilnya menuju ke lokasi perjanjian.

Heru mengajak dia bertemu di sebuah kafe dekat Pasteur, demi keselamatan dirinya, Clara mengirimkan lokasi kafe ke Rudy.

Setelah dia mengirimkan pesannya, langsung meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas. Mobil Maseratia merah berhenti tepat di depan pintu kafe.

Clara mendorong pintu mobil dan beranjak turun, dia menjinjing tas dan menginjak sepatunya, sambil berjalan masuk ke dalam kafe.

Clara memakai kacamata hitam untuk menutupi sebagian wajahnya, pelayan tidak mengenal dirinya, dan bertanya dengan dengan ramah, “Nona, sendiri ya ?”

“Ruangan yang dipesan tuan Heru.”

“Oh, ruangan yang dipesan tuan Heru ada di lantai dua, silakan ikut saya.” Pelayan membimbing Clara naik ke lantai atas, lalu membuka ruang kedua di sisi kirinya.

Heru masih belum sampai, Clara duduk sendirian di samping meja, lalu memesan cappuccino dan mousse cake.

Kopi baru saja disajikan, pintu ruangan sudah didorong dari luar.

Heru melangkah masuk ke dalam, dengan jarangnya tidak memakai setelan jas, hanya memakai celana jeans biru dan kaos polo berwarna putih, seluruh orangnya kelihatan lebih muda sepuluh tahun dibanding biasanya.

Dengan samarnya, membuat Clara membayangkan kembali saat pertama kali bertemu dengannya. Pada saat itu, Heru masih seorang mahasiswa, wajahnya masih kelihatan polos, senyumannya juga terkesan sipu.

“Maaf, tadi macet, jadinya telat.” Heru tersenyum sekilas, dan duduk di hadapannya.

“Aku juga baru sampai.” Clara menjawab, lalu menunjuk kopi dan cake yang terletak di atas meja, “Tidak tahu seleramu, jadi, aku cuma pesan punyaku sendiri.”

“Lambung aku waktu dekat ini kurang sehat, tidak minum kopi lagi.” Heru berkata.

Clara mengangguk, lalu meminta pelayan menuangkan segelas air putih untuk Heru.

Jari tangan Heru yang panjang menggenggam pada kaca gelas yang transparan, sedang merasakan kehangatan dari air di dalamnya. Tatapan di dalam matanya juga membawa rasa kehangatan, dia mengangkat mata untuk menatap Clara yang duduk di hadapannya.

Clara mengikat rambutnya ke belakang, wajah kecilnya sangat bersih, dia mengenakan kaos putih berbahan sutera tipis. Tetap saja seperti dalam ingatannya, tetap saja gadis kecil yang polos dan berbaik hati.

Meskipun tatapan Heru tidak ada niat buruk, namun Clara tetap saja merasa tidak nyaman dengan tatapannya.

Dia mengangkat gelas kopi, lalu meminumnya untuk menutupi kejanggalan, “Anda cari saya, ada keperluan apa ya ?”

Ketika Clara berbicara padanya tetap saja menghindari sebutan, dia hampir tidak pernah menyapanya dengan sebutan ‘paman sepupu’, tentu saja, Heru juga tidak berharap Clara begitu menyapa dirinya.

“Clara, sebenarnya, kita tidak termasuk saudara, kamu boleh memanggil namaku, atau memanggil tuan Heru.”

Clara terbengong sejenak, dia menanya keperluannya kali ini, kenapa orang ini malah mengalih ke masalah sebutan. Tidak masuk akal sekali.

Setelah Clara ragu sejenak, dia bertanya sekali lagi, “Tuan Heru, Anda hari ini mencariku, ada keperluan apa ya ?”

Clara tentu saja tidak mungkin langsung menyebut nama Heru, mereka masih belum begitu dekat. Kalau sebutan tuan Heru, dia lebih kurang bisa menerimanya.

Heru tersenyum dan mengangguk, lalu mengeluarkan setumpuk dokumen yang tebal dari tas kerjanya, dan meletakkan ke hadapan Clara.

“Data ini, kamu bawa pulang untuk pelajari dulu, kalau ada yang kurang mengerti, boleh tanya aku.” Heru menunjuk sampul dokumen, di atasnya tertera berbagai tulisan yang ditulis dengan pena hitam.

“Masalah penting dan umum, aku sudah tulis di atas. Kamu intinya mempelajari aliran dana beberapa tahun ini. Seharusnya ibumu pernah mengajarimu bagaimana melihat laporan keuangan kan.” Heru mengingatkannya.

Clara tetap saja dalam keadaan terbengong, wajahnya membawa ekspresi kaget, dan tetap membuka dokumennya.

Halaman pertama pada dokumen, sudah tertera data aliran dana Tianxing media pada setiap tahunnya.

Clara pernah belajar sedikit ilmu keuangan, sehingga masih bisa mengerti cara membaca laporan keuangan. Dia membuka selembar demi selembar, tiba-tiba menyadari, dua tahun pada awalnya, Tianxing media selalu dalam kondisi kerugian, akhirnya perlahan-lahan baru beralih menjadi keadaan untung.

“Setelah kakek Qin meninggal dunia, perusahaan sudah jatuh ke tangan ayahmu. Jujur saja, ayahmu sama sekali tidak mengerti bagaimana mengelola perusahaan, apalagi dia malah memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendiri, dia menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi. Perusahaan mengalami kondisi kekacauan dalam beberapa waktu itu karena tindakannya.

Ketika menyerah sampai ke tanganku, kondisi kerugian Tianxing media sudah sangat parah.”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu