Suami Misterius - Bab 126 Dia Sedikit Sedih

Milki yang selesai mendengar, mengangguk setuju, "Aku merasa kehidupan seperti hal-hal yang kita alami, mengikuti kata dalam hati lebih penting."

Clara setuju, lalu tersenyum dan bercanda, "Kata dalam hati dan gengsi itu hanya berlaku untuk orang susah sepertiku. Kamu dan Vincent kata dalam hati dan gengsi semuanya sudah ada, kapan rencana mengundangku ke pernikahan kalian?"

Milki yang ditanyai seperti itu wajahnya langsung memerah, dengan susah payah menjawab, "Dia tidak mengatakan dulu, masa aku yang sebagai perempuan duluan melamarnya."

Akhir-akhir ini, Vincent sibuk sekali, setiap hari Milki sudah tidur, Vincent baru pulang, saat Milki sudah bangun, Vincent sudah pergi kerja. Bahkan kedua orang ini sudah lama sekali tidak bermesra-mesraan.

Tapi pembicaraan rahasia seperti ini, Milki malu memberitahu Clara.

Clara memegang pipinya, seperti berpikir. Dulu, Vincent ingin sekali menikahi Milki, tinggal menunggu umur Milki sudah bisa untuk mendaftar akta pernikahan. Sekarang umur Milki sudah lewat dari usia menikah resmi, kenapa dia malah menjadi tidak terburu-buru.

"Kalian tunangan berumur 18 tahun, lalu tinggal bersama, sudah 3 tahun lebih, Vincent tidak melamar masih menunggu apa! Kamu ini, hati-hati sedikit."

Tangan Clara terulur memegang bagian belakang kepala Milki, lalu menguap, "Kalian ngobrol dulu, aku tidur sebentar."

Clara begitu tidur sampai hari kedua baru terbangun.

"Dimana Milki?" Clara mengusap matanya sambil bertanya.

"Nona besarku, kamu sudah tidur 10 jam. Milki mengajak temannya sama-sama pergi menyelam, menyuruhku mengatakannya kepadamu." Jawab Melanie.

Clara memijit lehernya yang pegal, menyibakkan selimutnya dan turun, "Hari ini pesawat jam berapa?"

"Jam 11 siang. Aku sudah menyusun kopermu, tunggu kamu selesai mandi, kita boleh langsung berangkat." Ucap Melanie.

Clara mengambil handphone dan melirik jam, sekarang baru jam 9 lebih, jarak ke jam 11 masih sangat lama, dia bersembunyi di dalam kamar mandi, berendam pagi dengan nyaman. Lalu, dua orang ini baru berangkat ke bandara.

Mobil mereka baru sampai di bandara, di pintu bandara langsung berjumpa dengan Handy.

Clara sedikit canggung sambil memegang kepalanya, setiap hari ada begitu banyak penerbangan dari Hainan ke kota A, bisa-bisanya bertemu lagi, benar-benar jodoh jahat tidak sedikit.

Clara masih belum sempat menghindar, Melanie si gila cinta itu malah dengan sendirinya pergi kesana, dengan segera membantu Handy menukar boarding pass.

Handy datang ke bandara sendirian, tidak ada asisten di sebelahnya. Begitu Melanie pergi, hanya tersisa Handy dan Clara, situasi dalam sekejap menjadi canggung.

Clara terus menundukkan kepalanya, tidak tau harus bagaimana menghadapi Handy.

Dia pernah menolak Handy, juga memampangkan masa lalu yang paling memalukan di hadapannya, di antara mereka benar-benar tidak cocok mempunyai hubungan apapun.

Satu tangan Clara menggenggam koper erat, matanya mengharapkan Melanie cepat kembali.

Sedangkan Handy malah terus melihat kepalanya, tatapannya hitam dan dalam, sepertinya penuh dengan curhat.

Beberapa hari ini, dia selalu dalam keadaan linglung, merasa seperti ada sesuatu yang tertahan di hatinya, berat sekali, sampai dia tidak bisa bernafas.

Sampai berjumpa Clara, dia baru sadar, rupanya yang tertahan di hatinya, adalah selalu Clara.

Handy adalah orang yang peka, dia bisa merasakan kalau Clara terus sengaja menghindarinya. Jadi, ada beberapa hal, kalau sekarang tidak dikatakan, mungkin saja seumur hidup ini tidak ada kesempatan lagi.

"Kamu, sedang menghindar dariku?" Handy bertanya dan memecahkan keheningan.

Clara dengan alam bawah sadar mengangkat kepalanya, sedikit lamban menggeleng kepala, "Tidak, tidak kok."

Mulut tidak selaras dengan hati, dia berbicaranya menjadi sedikit gagap.

"Masalah Rosa, aku masih belum sempat berterimakasih padamu, kalau bukan kamu membantuku, pasti akan ribut sampai tidak bisa diselesaikan."

Handy tau kalau dia sengaja sedang mengalihkan topik pembicaraan, tersenyum pahit pelan, "Masalah kecil saja."

Clara tersenyum lagi, lalu, keadaan menjadi dingin lagi.

Handy sedikit mengernyit, merasa kalau begini terus juga bukan cara, lebih baik langsung mengatakan maksud dirinya.

" Clara, perkataan kamu kemarin, aku sudah memikirkannya dengan serius."

"Ha?" Topik pembicaraannya berganti terlalu cepat, otak Clara sedikit tidak bisa mengikuti temponya.

Handy merapatkan sudut bibirnya, ekspresi wajahnya serius sekali, "Kalau aku mengatakan, aku tidak keberatan dengan masa lalumu, juga bersedia menerima anakmu, apa kamu bersedia mempertimbangkan lagi hubungan diantara kita?"

"......" Kali ini Clara langsung terdiam.

Clara tidak berbicara, malah mendengar Handy melanjutkan: "Meskipun aku tidak bisa menjamin bisa menganggap anakmu seperti anakku sendiri, tapi aku bisa memberimu sebuah keluarga yang stabil, membuatnya tumbuh besar dalam keadaan baik."

Sebenarnya, meskipun dia menjamin menganggap Wilson sebagai anak sendiri, Clara juga tidak bisa percaya, bagaimana juga itu bukan anaknya. Sedangkan perkataan Handy ini, cukup memperlihatkan ketulusannya. Juga membuat Clara tersentuh.

Tapi di boleh tersentuh, tidak boleh impulsif. Hasil kalau dia impulsif hanya akan membuatnya terjatuh ke jebakan Yunita, mengakibatkan keluarga Handy tidak bisa pulih.

Jadi, dia tegas tidak boleh memberikan Handy setitik harapan, dan juga, harus mematikan api harapa seperti ini.

Clara berhembus nafas panjang, lalu, mengangkat kepalanya, kedua matanya yang jernih, menatap Handy dengan tenang.

"Handy, kalau aku bisa egois sedikit, aku sekarang pasti menggenggammu tidak mau melepaskanmu. Bagaimana juga, dengan kondisiku sekarang, bisa menikahimu adalah pilihan yang paling baik."

"Jadi......" Handy buru-buru mau bicara, lalu dipotong oleh Clara lagi.

"Saling mencintai adalah masalah dua orang, sedangkan pernikahan adalah masalah 2 keluarga. Kamu bisa menerima anakku, tapi orangtua mu tidak akan menerimanya. Atau, kamu merasa kita bisa membohonginya dulu, tunggu menikah baru memberitahu mereka."

Handy merapatkan bibirnya, dia memang berpikir seperti itu.

Clara malah menghela nafas dan menggeleng, "Handy, kamu adalah orang pintar, kenapa bisa mempunyai pemikiran bodoh seperti ini. Pernikahan yang dengan penipuan tidak akan bertahan lama. Anak juga bukan barang, pasti tidak bisa disembunyikan, begitu masalah ini terbongkar, aku bisa sangat malu, kamu terapit antara aku dan orangtuamu juga akan sangat kesulitan, aku tidak berharap seperti ini."

Wajah Handy sedikit tidak enak dilihat, dia adalah orang pintar, Clara bisa mengatakan ini semua, membuktikan kalau diantara mereka juga tidak ada kemungkinan.

Tidak peduli seberapa berusaha dia, keluarganya seperti jurang tak terlihat antara dia dan Clara, juga seperti yang dikatakan Clara, dia bisa tidak mempedulikan masa lalunya, tapi orang tuanya tidak mungkin tidak peduli.

Ada kebuntuan singkat diantara mereka, lalu, bandara mengumumkan suara penerbangan mendesak penumpang naik ke pesawat.

"Ayo, sudah harus naik ke pesawat." Clara tersenyum hangat mengatakannya, lalu mengangkat koper, berputar berjalan ke pintu pemeriksaan.

Langkahnya sedikit cepat, bahkan seperti mau berlari.

Clara hanya merasa hidungnya sedikit masam, jarang-jarang bisa bertemu pria sebaik ini, malah melukai Handy seperti itu, dia sedikit sedih.

Setelah melewati pintu pemeriksaan, Melanie terus duduk di ruang tunggu menunggunya.

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu