Suami Misterius - Bab 81 Rasa Konspirasi

Pusing di kepala Yunita mulai terasa, Yunita, yang selalu penuh perhitungan, tidak bisa mencium rasa konspirasi saat ini.

Dia hampir yakin bahwa dia telah dijebak.

Ini benar-benar cara yang sangat brilian, kejadiannya berurutan, semuanya dalam satu lingkaran. Pertama, meminta seseorang untuk memerankan ibunya Lauren. Lagi pula, dia belum pernah ketemu nyonya Ogana, jadi tinggal mencari seseorang secara acak.

Dia dipukul sampai terluka, walau cederanya itu tidak serius, tetapi pihak lain sudah bisa menebak jalan pikirannya, apabila merasa dirugikan, maka dia akan mengadu kepada Nalan.

Jadi, dia langsung menelepon Nalan, dan Nalan bergegas ke rumah sakit, itulah kemauan pihak yang mau menjebak dia, langsung masuk perangkap.

Mereka biasanya berkomunikasi satu sama lain dengan sangat hati-hati, dan tidak akan membiarkan orang lain mengetahuinya. Kali ini Nalan secara terbuka pergi ke rumah sakit untuk mengunjunginya. Pihak lain berhasil mengambil foto intim mereka secara diam-diam dan mengirimnya ke Lauren,

itu menjadi bukti untuk menangkap basah mereka.

Yunita ingin bangun dari tempat tidur dan bergegas menuju ke pintu bangsal. Dia menduga bahwa pihak lain pastinya masih ada di rumah sakit saat ini, dan dia harus menangkap orang yang menjebaknya.

Namun, ketika Yunita baru saja membuka pintu bangsal, ternyata sekelompok wartawan sudah menunggunya, semuanya serentak bergerombol menyerbunya dengan jepretan kamera dan mikrofon di tangan mereka.

"Nona Yunita, apakah benar bahwa anda terlibat dalam kisah cinta antara Tuan Nalan dan Nona Lauren?"

"Nona Yunita, katanya anda adalah anak yang lahir diluar nikah, Apa pendapat Anda tentang julukan "Pelakor "?

"Nona Yunita, bisakah Anda menjelaskan situasinya sekarang? Apakah Nona Lauren datang di sini untuk menangkap basah kalian?"

"Nona Yunita..."

.........

Yunita tertegun dengan pemandangan yang ada di depannya, dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi.

Namun, reaksi Nalan sangat cepat. Mengetahui bahwa para semua wartawan ini ada niat yang tidak baik, dia segera menarik Yunita ke belakangnya dan dengan sopan menangani sekelompok wartawan tersebut, "Para wartawan yang terhormat, kalian salah paham..."

"Salah paham apa!" tiba-tiba Lauren muncul dari sekelompok wartawan dan memotong kata-katanya. Dia mengangkat ponselnya, dan layar ponsel itu ada foto Nalan sedang menghibur dan berpelukan dengan Yunita.

"Kalian berdua bermesraan, masih mau bilang itu salah paham?"

Nalan hanya terdiam dan tidak bisa membantah ketika menghadapi tindakan bodoh dan kemarahan yang meluap-luap dari Lauren.

Bangsal rumah sakit langsung heboh dan ribut.

Pada saat ini, di lorong dekat akses darurat, Clara dan Melanie berdiri di sana, menonton pertunjukan dan kehebohan di bangsal dengan dingin.

"Yah, orang-orang yang aku dapat ini bisa diandalkan juga." Lengan Melanie berada di bahu Clara, sambil nyengir lebar.

Clara juga mengangguk puas dan berkata sambil tersenyum, "ya, kita telah membuat banyak kemajuan, Jangan lupa mengatur orang untuk keluarga Santoso sana."

"Jangan khawatir, ada lebih banyak wartawan yang menunggu pintu rumah keluarga Santoso daripada di sini. Ayahmu bahkan lebih terkenal, Aneh kalau dia tidak marah kali ini." Melanie terkikik, seperti sedang tertawa diatas penderitaan orang lain.

..........

Perselingkuhan Nalan dengan Yunita menjadi viral dan dimuat sebagai berita utama halaman depan surat kabar dan majalah terkemuka. Dalam masyarakat yang memang sangat membenci pelakor, Yunita hampir ditenggelamkan oleh cercaan dan makian publik.

Karena tak berdaya, Yunita hanya bisa bersembunyi di villa keluarga Santoso setiap hari dan tidak berani keluar.

"Kak, kamu tidak bisa bersembunyi seperti ini selamanya, Tuan muda Nalan harusnya memikirkan solusi untuk ini. Kamu adalah wanita miliknya. Dia juga yang membuat kakak terlibat dalam skandal ini. Dia tidak bisa hanya duduk diam dan mengabaikannya." Elaine dengan santainya dan duduk di samping tempat tidur Yunita, sambil merawat kuku jarinya dengan gunting kuku, Dia terlihat tidak terlalu peduli.

Yunita memang tidak begitu mau banyak ngomong dengan adiknya yang tidak begitu pintar ini, jadi dia menjawab dengan acuh tak acuh, "Keluarga Ogana sana sedang mencari siasat untuk menghadapi ini, Beberapa proyek yang diajukan oleh keluarga Nalan belum lolos pemeriksaan dan persetujuan, dan bahkan sebidang tanah yang baru dibeli juga bermasalah, Sekarang dia sudah terlalu sibuk dengan masalah internalnya sendiri, aku tidak ingin menambah bebannya. "

"Kak, kamu benar-benar Istri yang berbudi luhur dan cakap, Jika aku mendapat masalah, aku akan menyerahkan semuanya kepada Marco, biar dia yang bantu aku urus. Jika tidak, laki-laki itu untuk apalagi?" Kata Elaine.

Yunita menatapnya dengan dingin, "Jadi kamu hanya bisa menikah dengan keluarga kelas menengah seperti keluarga Ortega."

"Bu, lihat kakak. Dia belum menikah masuk ke dalam empat keluarga terpandang saja, dia sudah memandang rendah aku." Elaine mengadu dengan tidak puas.

"Sudah, jangan ribut, Kamu jangan ngomong terlalu banyak lagi," Rina memarahinya nada tidak sabaran. Lalu bertanya pada Yunita, "Apa kata pamanmu? Apakah ada mengambil langkah Manajemen Krisis?"

"Paman mengatakan sementara diam saja dulu untuk saat ini. Semakin mencoba untik klarifikasi, semakin mudah untuk terjerumus."Yunita menjawab dengan tak berdaya.

Rina berpikir sejenak dan mengangguk, "Baiklah, mungkin pamanmu ada benarnya juga."

Kemudian dia menghibur Yunita dan menyuruh Elaine pergi dulu. "Ayahmu sudah mau pulang, Cepat kembali ke kamarmu, Jangan bersikap menyebalkan."

"Kakak yang bikin masalah, kenapa aku yang dimarahi?" Elaine ngomel dengan tidak puas, tapi tetap saja kembali ke kamarnya dengan patuh.

Selama seminggu, wartawan menunggu di pintu depan vila keluarga Santoso. Setiap hari ketika Yanto pulang, dia pasti dikelilingi oleh wartawan untuk mengajukan banyak pertanyaan yang menyudutkan. Dia sudah sangat bosan dengan itu, dan sudah merasa sangat malu dan tidak punya muka lagi.

Dia masuk ke rumah dengan tas kerjanya, wajahnya muram.

"Yanto, sudah pulang ya." Rina menyapa dengan senyuman, dan dengan penuh perhatian dan hati-hati menyambutnya. Ketika dia melihat Yanto duduk di sofa, dia segera mendekat, meraih bahunya dan memijatnya.

Yanto merasa tidak nyaman dan menepis tangannya dan mendorongnya menjauh.

Rina yang didorong pergi sempat sempoyongan, tapi tidak berani marah, dia terus menemani dan terus tersenyum. "Siapa yang membuat kamu tidak senang? Aku akan membuatkan teh hangat untuk meredakan amarahmu."

Rina buru-buru memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh, dan mengambilnya sendiri. Setelah memastikan the sudah tidak terllau panas, dia membawakan the untuk Yanto dengan kedua tangannya.

Yanto menyesap teh, tapi amarahnya tidak hilang. Dia meletakkan cangkir teh dengan keras di atas meja teh di depannya.

"Ini semua karena anak perempuan didikan kamu, sangat memalukan. Nama baikku hancur karena ulahnya. Aku peringatkan kamu ya, segera selesaikan masalah ini, jika tidak, kamu dan anak perempuanmu yang memalukan itu segera tinggalkan rumah ini. "

……....

Ketika Rina dan anak perempuan dalam keadaan terjepit, Clara bisa berbaring santai, atau menyilangkan kedua kakinya, tertawa bahagia.

Pertempuran ini, kemenangan total untuknya, Dan ini baru permulaannya.

Luna baru saja menelepon. Dua hari lagi, pemutaran perdana film "Putri Duyung" akan ditayangkan. Pada saat itu, dia akan mengirim Yanto dan Rina sebuah hadiah.

Sejak kematian Evi, untuk pertama kalinya, Clara merasa sangat nyaman, bahkan dalam mimpinya di malam hari juga bisa terdengar suara tertawanya.

Namun, Clara mungkin masih muda, dan masih menganggap remeh hal-hal seperti ini.

Keesokan paginya, dia mungkin tidak bisa tertawa lagi.

Hari belum terang, telepon seluler yang berdering terus tanpa henti di kamarnya yang tenang. Clara terbangun dan dengan tidak sabar menjawab telepon.

Di sisi lain telepon, terdengar suara panik dan tergesa-gesa dari Melanie,

"Clara, cepat datang ke sini, kakakku terlibat masalah…..."

Otak Clara langsung sadar, dan semua rasa kantuknya langsung menghilang.

Dia dengan cepat membuka selimut dan bangkit dari tempat tidur, berjalan di lantai yang dingin, dengan cepat berlari ke kamar mandi, bersih-bersih dan sekaligus ganti pakaian, dan kemudian keluar dari pintu dengan tergesa-gesa.

Pada saat ini, Miko sudah dikelilingi oleh sekelompok bajingan dan preman di bar. Mereka sudah mulai berkelahi dan keadaan disana sangat kacau.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu