Suami Misterius - Bab 638 Kalau Sakit, Harus Dirawat

“Ramzez!”

Habil agak cemas, segera memeluk Risma ke dalam pelukannya.

“Ramzez, kamu jangan keterlaluan, bagaimanapun aku adalah seorang senior, kamu bahkan berani menampar Risma di depanku.”

Ramzez memelototi mereka dengan dingin, malas beromong kosong dengan mereka.

Risma malah berteriak marah: “Kamu menamparku?

Dengan hak apa kamu menamparku! Kamu hanyalah anak dari seorang wanita murahan...... ah.......” Ramzez sekali lagi menampar Risma dua tamparan yang keras.

“Aku tidak punya kebiasaan tidak memukul wanita, Risma, kamu boleh mencoba memprovokasiku lagi!”

Wajah Risma bengkak, menjerit kesakitan dan bersembunyi ke dalam pelukan Habil.

“Ramzez, kamu jangan keterlaluan!”

Habil memeluk putrinya, dan memelototinya.

Ramzez tidak marah malah tersenyum, dan menggerakkan tangannya dengan santai.

“Memiliki seorang putri yang begitu tidak tahu diri, ini adalah kesalahan bibi.

Emangnya kamu tidak pernah memberitahu putrimu, kamu menaiki ranjang ayahku ketika orang tuaku bertengkar?”

“Kamu!”

Wajah Habil berubah pucat, terlihat sangat buruk.

“Ramzez, tidak peduli bagaimanapun, aku adalah seorang senior, kamu tidak berhak ikut campur dalam masalah orang tua, apakah kamu berpendidikan!”

“Seorang pelakor yang tidak tahu malu, masih berani memarahi orang lain tidak berpendidikan.

Bibi, emangnya kamu tidak pernah berpikir apakah dirimu berhak mengatakan kata-kata seperti ini?”

Nada suara Ramzez sangat tidak senang, dia menatap Risma dan berkata dengan ironis: “Risma, kamu dengarkan baik-baik, kakakmu Rahma adalah anak haram yang sebenarnya!”

Rendi masuk dari luar, kebetulan mendengar kata-kata Ramzez.

Wajahnya agak canggung dan segan.

“Ramzez.”

Ramzez memutar kepala melihat Rendi, wajahnya terlihat dingin, nada suaranya tidak bersuhu, “Ada apa?”

Ramzez tidak berekspresi, tapi wajahnya terlihat pucat dan lelah, matanya memerah.

Terpikir kematian Saras, hati Rendi terasa sakit.

Perkataan yang dia katakan jelas terdengar lemah, dan penuh desahan.

“Ramzez, kamu sudah capek seharian, kembali ke kamar dan istirahat lebih awal.”

Selesai berkata, Rendi menatap Habil dan Risma, lalu pandangannya tertuju pada koper itu.

“Kamu mengemas barang ingin ke mana?”

“Aku rencana membawa Risma kembali ke rumah keluargaku, dan tidak akan kembali lagi.

Mumpung keluarga Mirah juga tidak menyambut kami pasangan ibu dan anak.”

Habil memeluk putrinya, mengangkat wajahnya dan berkata dengan tegas: “Rendi, aku memutuskan untuk bercerai denganmu, perjanjian perceraian sudah kuletakkan di meja kerjamu, besok pengacara akan menghubungimu.”

Begitu Habil selesai berkata, seorang pembantu turun dari lantai atas, telah menyerahkan sebuah perjanjian perceraian kepada Ramzez.

Sejak beberapa tahun yang lalu, seluruh keluarga Mirah sudah ditangani Ramzez.

Para pembantu di keluarga Mirah sangat patuh terhadap Ramzez.

Wajah Habil sedikit berubah, melihat Ramzez sedang membolak balik halaman perjanjian perceraian.

“Rendi, tidakkah kamu merasa tindakan putramu ini sangat keterlaluan!”

Rendi mengerutkan kening, sangat jelas tidak mempedulikan tindakan Ramzez.

Ramzez bersandar di pegangan tangga, membaca isi surat perjanjian sambil tidak menahan diri tersenyum dingin.

“Kamu ingin mengambil harta keluarga Mirah sebanyak 40%?

Hatimu benar-benar cukup besar.”

Habil mengangkat dagunya dan mendengus, “Aku menikah ke keluarga Mirah selama dua puluhan tahun, melahirkan Rahma dan Risma, ini adalah syarat yang dikeluarkan ayahmu ketika ingin bercerai denganku kemarin, aku hanya menambahkan sebuah vila.

Tidak peduli bagaimanapun, begitu keluar dari keluarga Mirah, kami juga membutuhkan sebuah tempat tinggal.

Bagi keluarga Mirah, sebuah Vila bukan apa-apa.”

Rendi tetap tidak berkata, dia tidak mengatakan setuju ataupun menolak.

Dia dan Habil hidup selama dua puluhan tahun, selalu muncul perselisihan.

Setelah Risma dilahirkan, Habil selalu ingin bercerai dengannya, dan tiap kali selalu mengeluarkan syarat yang keterlaluan, Rendi malas melayaninya.

Pernah sekali Rendi benar-benar memutuskan ingin bercerai dengan Habil ketika dia mengetahui keberadaan Ramzez dan Ahyon.

Agar tidak bercerai, Habil tetap menggunakan cara sebelumnya, mengeluarkan syarat yang keterlaluan.

Akhirnya, setelah negosiasi, Rendi berjanji selain perusahaan, dia akan membagikan 40% harta di bawah namanya kepada Habil, dengan nilai lebih dari puluhan triliun.

Tapi pada saat itu, Habil tidak setuju, dia bersikeras ingin mengulurkan tangan ke dalam perusahaan.

Ini menyentuh batas Rendi, jadi akhirnya tidak terselesaikan.

“Kemarin?”

Ramzez menutup perjanjian perceraian, dan mengangkat sudut bibirnya dengan penuh ironis, “Kemarin ayahku mengambil langkah mundur demi ibuku, sekarang ibuku telah meninggal, jadi perceraian tidak akan berlangsung sesuai keinginanmu.”

“Jadi apa yang kamu inginkan?

Kamu ingin aku keluar tanpa mengambil apa-apa!”

Habil mengangkat alis dan bertanya.

Ramzez tersenyum dingin, tidak menjawab, dia memerintah pembantu, “Membawa koper Nyonya ke dalam kamar.”

“Iya, Tuan muda.”

Pembantu menjawab dengan hormat, langsung berjalan ke depan Habil, mengulurkan tangan ingin mengambil koper Habil, tapi malah didorong Habil.

“Ramzez, apa maksudmu?

Emangnya kamu ingin mengurungku?”

“Ramzez, beraninya kamu! Aku akan melapor polisi menangkapmu sekarang.”

Risma menutupi wajahnya yang bengkak dan berkata.

Begitu selesai berkata, terdengar suara berisik dari halaman, sebuah ambulans putih perlahan-lahan masuk ke halaman, dan ada tulisan rumah sakit jiwa XX tercetak di mobil.

Pintu mobil terbuka, para dokter dan perawat keluar dari mobil satu demi satu, berjalan menuju vila, dan sebuah Mercedes-Benz ikut di belakang ambulans masuk ke halaman.

Setelah mobil berhenti, pintu mobil terbuka, Hyesang turun dari kursi pengemudi, dia mengenakan jas hitam dan celana hitam, wajahnya yang tampan terlihat dingin dan suram.

Para dokter dan perawat masuk, dokter yang duluan masuk mengenakan jas putih, memakai masker, memegang catatan medis di tangannya, dan berkata kepada orang-orang di dalam vila: "Di mana pasien Risma?"

“Aku adalah Risma, siapa kalian?”

Wajah Risma bengkak dan berteriak berkata.

Dokter mengangkat kepala menatapnya, “Emosinya terlihat stabil, ayo ikut perawat masuk ke mobil.

Kembali ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan dulu.

Di mana anggota keluarga?

Silakan tanda tangan di sini.”

Pandangan Dokter tertuju pada Rendi, dan menyerahkan catatan medis padanya.

Rendi mengambil catatan itu dengan bingung, setelah membaca, dia langsung mengerutkan kening.

Dia mengangkat kepala, melihat Hyesang yang masuk belakangan.

“Hyesang, ada apa dengan ini?”

“Ayah, keributan di pernikahan telah menjadi lelucon masyarakat.

Untuk menyelamatkan reputasi keluarga Sutedja dan keluarga Mirah, aku sudah mengklarifikasi bahwa Risma menderita penyakit mental, kalau sakit, tentu harus dirawat.

Dokter Liu adalah otoritas departemen psikiatri, hari ini dia datang menjemputnya untuk melakukan perawatan."

Hyesang menjawab dengan nada dingin, wajahnya terlihat dingin dan tidak berekspresi.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu