Suami Misterius - Bab 86 Selamat Ulang Tahun Ayah

Diam cukup lama, barulah dia melontarkan satu kalimat, “Sudah malam, ayo pulang.”

Kemudian tubuh tinggi besar Rudy meninggalkan bangku presdir itu sambil sekalian mengambil jas yang diletakkan di sampingnya, lalu dia bejalan keluar.

Setiap harinya, Rudy lewat jam dua belas malam baru pulang ke rumah,

Sedangkan Sus Rani dan Wilson sudah tidur dari tadi.

Seperti biasanya dia pun membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah. Yang tidak disangka olehnya adalah lampu di ruang kerja masih menyala.

Setelah mengganti sepatu dan masuk ke dalam, Rudy pun berjalan langsung ke ruang kerja.

Di ruang kerja sangat berantakan. Di lantai berserakan bertumpuk-tumpuk buku, Clara berdiri di depan rak buku sedang menjijitkan kakinya berusaha sekeras mungkin untuk mengambil buku di barisan paling atas di rak buku.

Rudy berjalan dengan tanpa emosi ke belakang Clara, lalu mengulukan lengannya dan mengambil buku itu dengan mudahnya.

Inilah perbedaan yang tidak adil antara tinggi badan di antara pria dan wanita.

Clara menoleh, dia pun menyeringai dan mata hitamnya bersinar ketika melihat Rudy, “Malam sekali pulangmu, Main dan bersenang-senang kemana hayo.”

Rudy mengabaikan lelucon Clara lalu dia menggantungkan jasnya di gantungan baju, lalu menundukkan kepala melipat lengan kemejanya.

“Apa yang sedang kamu lakukan.” Rudy melirik ke buku yang berantakan.

“Apa kamu tidak melihat berita ya? Aku ingin menggunakan aset dan kekayaan Tianxing media untuk mendirikan yayasan amal. Tapi, aku tidak terlalu paham di bidang ini jadi kebetulan melihat buku-buku di bidang ini di ruang kerjamu. Aku jadinya ingin membuka buku-buku itu dan membacanya.” Jawab Clara.

Seseorang yang hanya mengembara dan tidak bekerja, sangat langka punya buku-buku tentang ekonomi dan administrasi di ruang kerjanya, beberapa buku juga merupakan edisi kolektor yang langka. Buku-buku di lantai, ada beberapa yang baru saja dibacanya dan ada beberapa buku yang tidak sengaja kegeser olehnya ketika terlalu banyak membawa buku sehingga jatuh ke lantai.

“Masih punya otak ternyata. Dengan menggunakan yayasan amal ini, kamu bisa dengan mudah mengambil lagi saham milikmu di Tianxing Media. Dan jika pun Yanto keberatan, dia tetap tidak akan sanggup menerima tekanan dan opini buruk publik.”

Rudy mengangkat pandangan matanya dan melirik ke Clara. Meskipun ini kata-kata pujian, tetap saja dikatakan dengan santainya. Dia memang orang seperti ini, meskipun ditindih dengan gunung Qin saja, kebiasaannya ini tidak akan mudah berubah.

Jika menggunakan istilah dari Clara namanya pura-pura berpikir mendalam. Tapi tuan muda Rudy tidak perlu berpura-pura seperti itu karena dia sebenarnya memang berpikir mendalam sekali.

Satu tangan Rudy diselipkan di sakunya lalu dia berjalan di depan rak buku. Lalu satu tangan lainnya menarik empat atau lima buku dari bagian atas rak buku kemudian meletakkannya di meja. Lalu menandai beberapa halaman dengan tulisan tangannya, “Semua ini coba kamu baca, harusnya ada gunanya untukmu. Buku yang lainnya letakkan kembali ke rak buku.”

Selesai memerintahkan, Rudy meninggalkan ruang kerja dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Selesai mandi kemudian dia kembali ke ruang kerja, ruang kerja masih saja berantakan. Clara memegang beberapa buku dan duduk di depan jendela sedang begitu serius membaca buku.

Mendengar suara pintu terbuka, Clara mendongak. Kemudian dengan wajah menyeringai dia berkata kepada Rudy, “Aku tidak terlalu bisa melakukan pekerjaan rumah. Besok aku akan menghubungi pekerja paruh waktu untuk membersihkannya.”

Ucapan Clara ‘Tidak terlalu bisa melakukan pekerjaan rumah’ ini hanya merendahkan diri. Padahal dia sedikitpun belum pernah mengerjakan pekerjaan rumah.

Sebelum Evi bercerai, dia memperlakukan putri satu-satunya ini bagaikan mutiara, dia tidak akan menyuruh Clara melakukan hal apapun sendiri. Kemudian, Rina masuk ke keluarganya. Demi untuk memperlihatkan sikap baik hati dan pemurahnya, Rina di luar sangatlah memanjakan Clara. Lagipula, begitu banyaknya pelayan di rumah, jadi tidak perlu sampai Clara yang mengerjakan pekerjaan rumah.

Rudy mengerutkan keningnya akhirnya dia yang tak berdaya terpaksa membereskan ruang kerja itu sendiri.

Sedangkan nona Clara yang memberantakan ruang kerja ini malah tidak peka untuk membantu Rudy. Dia hanya duduk membaca buku disana.

Rudy pun selesai membereskan ruang kerja dan Clara juga telah selesai membaca satu buku. Kemampuan mengingat Clara sangat baik, sangat cepat dalam membaca buku seolah sekali membaca langsung sepuluh paragraf.

Rudy melihat Clara yang seperti mau melanjutkan membaca buku selanjutnya, barulah dia berkata, “Sudah malam, istirahat sana. Besok baru baca lagi.”

Suara yang rendah berat dan dingin ini seolah membawa keseriusan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Clara terkadang juga cukup frustasi olehnya.

“Tenang kalau membaca malam hari, lagipula aku besok tidak ada acara apapun jadi bisa tidur.” Jelas Clara.

“Membalikkan kegiatan malam ke siang hari dan sebaliknya itu tidak baik bagi kesehatan.” Tutur Rudy lagi.

Clara pun tak berdaya lalu mencoba kompromi, “Kalau begitu selesai membaca buku ini, aku langsung tidur.”

Rudy mengangguk mengisyaratkan setuju.

Rudy berjalan ke meja kerjanya lalu membuka laptop dan mulai mencari dokumen. Kebetulan sekali, Sutedja Group juga ada projek yayasan amal. Tapi, selalu saja tidak disetujui oleh para direksi. Semua hal lama itu, mengambil uang untuk melakukan amal bagaikan seperti ingin mengambil nyawa mereka saja.

Tanpa sadar pandangan mata Rudy terjatuh ke diri Clara. “Mendirikan sebuah yayasan amal, sebagian besar keuntungan Tianxing Media akan digunakan untuk amal, apa kamu tidak merasa sayang sekali?”

Mendengar ini, Clara mendongak, tatapan matanya langsung menabrak tatapan mata Rudy tanpa peringatan. Mata Clara begitu jernih dan cemerlang, lebih bersinar dibandingkan bintang di luar jendela.

Mata yang jernih dan cemerlang itu seolah bisa menarik jiwa terdalam seseorang. Rudy tanpa sadar memalingkan pandangannya lalu dia bisa mendengar suara jantungnya yang melompat tidak karuan di dadanya.

Clara orang yang membuat jantung seorang berdebar tidak karuan ini malah terlihat tidak berdosa dan dia hanya memedulikan dirinya sambil berkata, “Ketika kakekku masih hidup, setiap liburan musim panas dia selalu membawaku ke perkemahan musim panas, pergi ke daerah pegunungan terpencil, pernah pergi ke beberapa desa miskin, dan juga pernah sekali pergi ke Afrika. Dia selalu berusaha sekeras mungkin dalam berbinis untuk beramal. Jadi, meskipun dia telah meninggal dunia bertahun-tahun, tapi banyak orang yang masih menghormatinya.

Sedangkan aku, tidak sebijak dan sebaik hati kakek. Bagiku, dibandingkan diberikan ke Yanto dengan mudahnya lebih baik aku sedekahkan saja ke anak-anak yang putus sekolah, yatim piatu dan juga orang tua.”

Selesai mendengar ini, Rudy tersenyum lembut dan samar. Jika mengikhlaskan sesuatu pasti akan mendapatkan sesuatu. Di umur Clara yang sekarang ini, bisa ikhlas dan berpikir terbuka sudah sangat jarang ditemuinya.

“Kamu sudah melakukannya dengan baik.”

“Em, aku juga merasa aku sudah melakukan dengan baik.” Clara mengangguk dan menjawab tanpa rendah hati sedikitpun.

Rudy menatapnya lalu menggelengkan kepalanya tak berdaya.

Setelah Clara selesai membaca buku kedua, dia pun kembali ke kamar dan tidur.

Sedangkan Rudy malah masih terus bekerja sampai dini hari jam tiga, baru setelah itu dia istirahat.

Dini hari jam enam, ketika Rudy sedang tertidur lelap, terdengar bunyi pintu terbuka pelan.

Bagaimana pun Rudy terlahir sebagai pasukan khusus jadi meski dalam tidur yang lelap, dia akan langsung bangun ketika mendengar suara sekecil apapun.

Rudy langsung membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. Dia melihat pintu terbuka dari luar dan dari celah pintu muncullah kepala berambut hitam di sana.

“Ayah!” Wilson melihat ayahnya yang sudah bangun, dia pun langsung membuka pintu dengan lebar dan berlari dengan kaki pendeknya masuk ke dalam. Setelah itu dia naik dan memeluk tubuh Rudy.

“Ayah, selamat, ayah, selamat.” Tutur Wilson berusaha sekuat tenaganya.

Rudy merangkul anaknya lalu dia pun duduk dari ranjang. Setelah itu dia melihat Clara yang ikut masuk ke dalam.

“Yang benar itu Ayah, selamat ulang tahun. Sudah mengajarimu beberapa kali masih saja kamu belum bisa juga. Benar-benar bodoh.” Clara mengetuk kepala Wilson dengan ujung jarinya.

Wilson anak kecil ini berumur tujuh belas bulan, masih belum bisa bicara. Tapi dia seolah bisa mengerti apa yang dikatakan oleh Clara, kaki dan tangannya dipukul-pukulkan ke ibunya, lalu bibirnya manyun seolah mengisyaratkan ketidaksenangannya.

Clara tertawa dan memeluk anaknya yang gemuk itu. Anak dan ibu saling berpelukan lalu berciuman dengan jijiknya.

Seorang anak besar dan seorang anak kecil ribut bersama. Rudy tersenyum tak berdaya melihatnya.

Dia membuka selimutnya lalu kedua kaki ramping itu turun dari ranjang. Walaupun hanya tidur sekitar tiga jam-an dan kualitas tidurnya tidak cukup baik tapi suasana hatinya saat ini cukup baik.

Bahkan dia sendiri melupakan ulang tahunnya sendiri, jarang sekali ada yang ingat ulang tahunnya.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu