Suami Misterius - Bab 72 Pengiring Pengantin

---ada revisi nama 18/4/2020 dari bab 1---

Clara yang mendengar merasa sangat jijik, Elaine memang memecah batas rekor tidak tahu malu, kenapa dia bisa begitu percaya diri ketika mengatakan kata-kata ini, sama sekali tidak merasa berdosa.

Clara melihat Marco yang masih tertipu, merasa sangat memuaskan, namun juga merasa kasihan padanya.

Namun kata-kata selanjutnya yang diucapkan Elaine, membuat Clara tidak bisa menahannya lagi.

Elaine memeluk Marco, berkata dengan wajah yang sangat kasihan, “Betapa pentingnya keperawanan seorang wanita, kalau mau dibilang, Clara juga sangat kasihan, kehilangan keperawanannya untuk seorang lelaki asing dengan begitu saja, kejadian ini membawa pengaruh yang tidak baik, ayah dan ibu selalu mengkhawatirkan masalah pernikahannya. Kamu bukannya ada seorang adik sepupu yang masih lajang, umur dan keluarga kelahiran juga relatif, bagaimana kalau kita comblangkan mereka.”

Setelah Clara selesai mendengarkannya, hanya tersisa senyuman yang dingin. Dia juga tahu adik sepupunya Marco, penampilannya tergolong normal, namun tingkat kecerdasannya agak rendah, memegang jabatan yang santai di perusahaan milik keluarga Ortega, terkesan seorang pemalas. Tumben juga Elaine dapat kepikirannya, merebut tunangannya, saat masih ingin mencomblangkan orang bodoh dengannya.

Untung saja, Marco masih berlogika. Dia sedikit mengerutkan alisnya, menjawab, “Umur Clara masih kecil, tidak perlu buru-buru menikah. Lagi pula, kita tidak perlu ikut campur urusannya.”

Raut wajah Elaine langsung berubah setelah mendengarkannya, “Kamu begitu takut Clara menikah dengan orang lain, jangan-jangan kamu masih belum melupakannya ?”

“Kamu sembarangan bilang apa lagi.” Marco menjawab dengan wajah suram.

Dia memang masih memiliki rasa bersalah terhadap Clara, namun Marco bukan tipe orang yang rakus.

“Barusan kakak bilang siapa yang masih belum bisa melupakanku ?” Clara muncul di ruang tamu tepat pada waktunya.

Marco dan Elaine menoleh padanya secara refleks, Clara mengenakan gaun yang berwarna hijau muda, mengepang rambutnya, menggantungkan senyuman di wajahnya, berdiri disana dengan elegan, menangkap perhatian orang yang melihatnya.

Tatapan Elaine diisi dengan rasa iri, namun tidak bisa menunjukan di hadapan Marco, sehingga menahannya dengan raut wajah yang suram.

“Kami hanya bercanda saja.” Marco menjawab dengan canggung.

“O.” Clara pura-pura tidak mengetahui apapun, meneruskan langkahnya sampai di hadapan Marco, membukakan telapak tangannya.

Telapak tangannya sangat kecil, putih dan bersih, bagaikan teratai kecil yang sedang mekar dihadapan Marco.

Marco hanya terasa tenggorokannya menjadi kering, suaranya juga ikutan serak. ”Apa ?”

“Ya kado ulang tahun, abang Marco, jangan-jangan kamu lupa hari ini ulang tahunku.” Clara menaikkan dagu kecilnya, menatap dia dengan tatapan polos.

Dengan paniknya Marco mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya dan memberikan padanya, dia juga tidak mengetahui apa yang sedang di paniknya.

Clara menerima kado yang terhias indah, tidak langsung membukanya. Sebenarnya, dia sama sekali tidak tertarik dengan isinya.

Meskipun tidak mengetahui apa isi kotak ini. Tetapi logo Zocai yang berada di bungkusan kotak telah menjelaskannya.

“Terima kasih abang Marco, jarang-jarang kamu masih ingat merek favoritku.” Clara tersenyum manis, menyambung lagi :” Milki mereka mau adakan acara, kebetulan di akhir pekan ini, kamu mau ikut rayakan bersamaku ?”

“Akhir pekan....” Marco baru saja membuka mulut, langsung dipotong oleh Elaine.

“Akhir pekan ini Marco mau temani aku belanja di Hong Kong, tidak ada waktu menghadiri acara yang kacau balau.” Lengan Elaine melingkar di pinggang Marco, melilitnya bagaikan seekor ular.

Clara melihat Elaine yang sengaja pamer mesra dengan Marco di hadapannya, telah tidak ada rasa sedih lagi, malahan merasa sedikit membosankan.

Clara mengangkat bahu dengan santai, “Kalau begitu tidak ganggu kalian, aku naik ke atas dulu.”

Clara baru saja menginjak tangga, langsung mendengar suara perdebatan Elaine dan Marco.

Dia tidak mempedulikannya, langsung pulang ke kamarnya.

Setelah itu, Vivi mengetuk pintu dan masuk ke dalam, dengan ekspresi bersukacita.

“Tuan Ortega sudah pulang. Raut wajahnya hitam bagaikan kuali pada saat pulang. Nona Elaine sedang menangis di kamarnya.”

Clara duduk di depan cermin berdandan, tidak merasa heran dengan kata-kata Vivi.

Barusan dia berkali-kali memanggilnya dengan abang Marco, dia sendiri saja juga ingin muntah, tentu saja Elaine akan tidak senang.

“Nona Elaine barusan memaksa Tuan Ortega temani dia ke Hong Kong di akhir pekan ini, Tuan Ortega bilang dia terlalu bising, lama sekali mereka berdebat, Nyonya juga tidak berhasil menasihatinya, Tuan Ortega pergi dengan emosi.” Vivi bersambung lagi.

Clara melengkungkan sudut bibir yang sinis, “Dia sudah menjamin di hadapanku, kalau Marco akan menemaninya ke Hong Kong akhir pekan ini, seandainya Marco tidak pergi, mukanya mau letak dimana. Biarpun Marco sangat memanjakannya, juga tidak mungkin melantarkan pekerjaannya.”

“Nona Elaine benar-benar manja.” Bahkan Vivi juga mengeluhnya.

Clara tersenyum dan diam. Membuka bungkusan kotak aksesoris dengan tidak konsentrasi, di dalamnya berisi sebuah gelang Zocai.

Clara bahkan tidak melihat dengan teliti, langsung memberikan gelangnya pada Vivi. “Aku tidak kekurangan aksesoris, kamu pakai saja.”

“Ya ? Kasih aku ya !” Vivi membuka lebar mulutnya karena kaget. “Tetapi ini hadiah dari Tuan Ortega untukmu, begitu berharga lagi.”

Meskipun Vivi berkata demikian, namun tatapannya menetap pada gelang tersebut. Dia benar-benar menyukainya, gelang Zocai, siapa yang tidak suka.

“Ambil saja.” Clara tersenyum dan memberikan untuknya.

“Nona, kamu benaran tidak suka gelang ini ya ?” Vivi memegang gelangnya, bertanya dengan rasa tidak percaya.

Gelang yang begitu cantik, kenapa bisa ada orang yang tidak menyukainya ?

“Suka atau tidaknya tidak tergantung dengan barang, tetapi tergantung orang yang memberinya, dan niatnya.” Clara menjawab.

“O, aku mengerti. Bagaikan bisa bersama dengan orang yang kita cintai, hidup berkecukupan juga akan merasa bahagia. Kalau sama orang yang tidak disukai, hidup mewah juga tidak akan bahagia.” Vivi menyelesaikan pembicaraannya, dengan wajarnya memakaikan gelang pada tangannya.

Clara tersenyum, mengeluarkan sebuah kotak aksesoris dari laci meja dandan, di dalamnya terisi aksesoris yang pernah dipakai ibunya, setiap ulang tahunnya, dia akan memakai salah satunya.

“Vivi, kamu bantu aku pilih, bagusnya pakai yang mana ?”

“Nona pakai apapun bagus.” Vivi baru saja menerima sebuah gelang emas putih dari Clara, dengan senang hati menyanjungnya.

Akhirnya Clara memilih sebuah jepitan rambut berbahan kristal dan menjepit diatas kepalanya, dan menggantikan gaun, kelihatannya sangat mencuci mata.

Setelah menggantikan bajunya, dia turun ke lantai bawah bersama Vivi.

Dalam ruang tamu, Rina telah menyiapkan semuanya, kue besar bertingkat tiga terletak di pertengahan ruangnya, sangat menarik perhatian. Rina selalu berbakat dalam mengindahkan kenyataan.

Rina mengaplus tangan terlebih dahulu, suasananya sangat ramai.

Clara melihat wajah yang tersenyum di sekelilingnya, merasa sangat palsu. Dia tiba-tiba kepikiran dengan penganggur di rumahnya, meskipun selalu memasang wajah yang dingin, namun sangat nyata, kadang-kadang membuat dia merasakan kehangatan.

“Clara, ulang tahunmu, yang paling harus berterima kasih adalah ayahmu, ayahmu yang memberi nyawa untukmu.” Rina memeluk pinggang Clara, seolah-olah mereka adalah seorang Ibu dan anak kandung.

Clara tersenyum palsu, melirik sekilas Yanto Santoso yang berdiri di samping, mengucapkan kata yang bertentangan dengan hatinya, “Terima kasih Ayah.”

“Iya.” Yanto Santoso meresponnya, “Kalau sudah bertambah setahun, kedepannya harus belajar pengertian.”

“Clara kita selalu sangat pengertian. Akhir tahun ini Elaine akan menikah, Clara masih akan menjadi pengiring pengantin untuk kakaknya lagi.” Rina menjawabnya sambil tersenyum.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu