Suami Misterius - Bab 856 Apakah Telah Melakukan Sesuatu Yang Tidak Dapat Dimaafkan

Sampai Rudy dan Clara naik ke pesawat, ponsel dimatiin, mereka baru bisa beristirahat.

Keduanya duduk berdekatan, Clara menyandarkan kepala pada bahu Rudy, dia masih tetap terlihat ngantuk.

Rudy tersenyum hangat, menutupkan selimut tipis, dan berbisik, "Tidurlah, aku akan membangunkanmu setelah pesawat mendarat."

Clara mengangguk dan memejamkan matanya dengan tidak segan.

Namun, dia tidak bisa tidur nyenyak. Setelah pesawat memasuki stratosfer, ada pramugari tidak berhenti berjalan di sekitar mereka, dia terus mengantarkan menu makanan dan minuman serta majalah.

Clara merasa sakit kepala diganggu olehnya, dia duduk tegak, menggosok matanya, dan begitu membuka matanya, dia melihat seorang pramugari bersandar di sisi Rudy sedang berusaha bersikap baik padanya.

Dari sudut pandang wanita, pramugari ini tidak terlalu cantik, tetapi dadanya sangat menonjol.

Meskipun Rudy sangat sopan, tidak melirik ke samping, namun situasi seperti ini membuat Clara merasa sangat kesal.

“Tolong tuangkan segelas jus untukku.” Clara tiba-tiba berkata.

Pramugari tertegun sejenak, tetapi dengan profesionalisme yang baik, dia segera tersenyum dan menjawab, "Oke."

Tidak lama kemudian, dia memberikan segelas jus pada Clara, karena saat ini adalah musim dingin, jusnya hangat, jadi Clara tidak bisa mencari masalah, malah berkata dengan sopan, "Terima kasih."

Pramugari tersenyum dan pergi.

Clara meminum jus sambil memandang pria di sebelahnya. Dia tidak menahan diri berpikir, wajahnya ini benar-benar cukup membuat orang tergoda.

Setelah minum setengah gelas jus, Clara tiba-tiba bertanya: “Rudy, apakah kamu melakukan sesuatu yang tidak bisa dimaafkan?”

Rudy tidak terduga dia akan mengajukan pertanyaan seperti ini, dia tertegun sejenak, lalu menjawab dengan bingung: "Tidak, ada apa?"

Clara memegang jus di satu tangan, mencubit dagunya, dan berkata dengan serius, "Kamu begitu tampan, kalau tidak melakukan sesuatu yang tidak bisa dimaafkan, aku pasti enggan bercerai denganmu."

Setelah mendengar, Rudy tertegun dan tidak menahan diri menggelengkan kepalanya tersenyum. Dia terbiasa mengulurkan tangan mengelus kepalanya, gerakan dan tatapannya penuh kasih sayang.

"Apa yang ada di kepala kecilmu ini. Bukannya aku sudah menjelaskannya, karena aku terlalu sibuk, tidak punya waktu berkomunikasi satu sama lain, sehingga terjadi masalah. Karena terjadi masalah, aku akan menemukan cara untuk menyelesaikannya. Aku tidak pernah berpikir ingin bercerai denganmu."

Clara menggigit pipet, tidak melanjutkan topik pembicaraan ini. Dia hanya sembarang berkata, tidak bermaksud membicarakan topik perceraian di dalam pesawat.

Lagipula, dia benar-benar tidak ingat alasan mengapa mereka bercerai.

Menurut pemahamannya tentang dirinya sendiri, semua ini seharusnya emosional. Karena mereka masih memiliki anak, dia tidak berencana menjadi ibu yang tidak bertanggung jawab.

Dalam penerbangan selanjutnya, Clara sudah tidak merasa ngantuk, dia membaca berbagai majalah, akhirnya melewati penerbangan yang membosankan.

Ketika pesawat mendarat sudah pukul sebelas, keduanya langsung kembali ke apartemen.

Wilson sudah tertidur, melihat Clara kembali dengan selamat, Sus Rani hampir menangis.

"Kamu si gadis kecil, setelah pergi langsung hilang kontak, ini benar-benar membuat orang khawatir. Kalau lainkali begitu lagi, jangan berharap aku akan membuatkan makanan enak untukmu." Sus Rani berkata dengan kesal, tapi tatapannya penuh perhatian.

Clara tersenyum polos, dan berulang kali mengatakan dirinya bersalah, dan tidak akan mengulanginya lagi.

Sus Rani membantu mereka membawa koper ke dalam kamar, dan menyuruh mereka beristirahat lebih awal, kemudian pergi. Sus Rani selalu sebagai orang yang sangat tahu diri.

Rudy berjongkok di lantai, mengemas barang bawaannya dengan serius, dan bertanya dengan santai, "Aku melihat kamu lumayan ramah dengan Sus Rani, kamu ingat dengannya?"

Clara tertegun sejenak dan menjawab dengan samar: "Memiliki kesan yang samar, tidak ingat terlalu jelas. Tapi, melihatnya begitu antusias, aku tidak tega mengecewakannya."

Setelah mendengar, Rudy tersenyum, tetapi tidak mengatakan apapun.

Clara berdiri dan rencana pergi ke kamar anak di sebelahnya.

Tidak ada yang memberi petunjuk, Clara berjalan sendiri ke kamar anak.

Hanya ada lampu tidur redup di kamar anak, Wilson tertidur sangat manis di ranjang kecilnya, alisnya yang indah, bulu mata yang tebal dan panjang, hidung kecil, dan sudut bibir yang sedikit terangkat.

Baru belasan hari tidak bertemu, bocah kecil sepertinya semakin tampan.

Clara menyentuh alis Wilson dengan lembut, dia menemukan bahwa putranya semakin mirip dengan ayahnya, ini membuat Clara agak kesal, mengapa gen-nya yang baik tidak tercermin pada putranya.

Si kecil sepertinya merasakan sentuhan, alisnya berkerut, dan bulu matanya yang tebal dan panjang berkedip beberapa kali kemudian dia membuka matanya, sepasang matanya yang indah, memandangnya dengan polos.

"Bu, kamu telah kembali."

"Yah." Clara tersenyum mengangguk, dan mencium bibirnya dengan lembut, "Apakah aku membangunkanmu?"

Wilson mengedipkan matanya beberapa kali, dan segera menutup matanya lagi, napasnya menjadi tenang dan tertidur lagi.

Clara tersenyum dan mencium wajahnya, kemudian pelan-pelan keluar dari kamar anak.

Dia menutup pintu dan berbalik, melihat Rudy sedang berdiri di luar pintu, punggungnya yang tegak bersandar di dinding, dan menatapnya dengan tatapan hangat.

"Pergi mandi dulu dan istirahatlah lebih awal."

"Koper masih belum dikemas." Clara berkata.

"Aku telah mengemasnya, dan sudah meletakkan piyama di rak kamar mandi, jangan sampai kena air." Rudy berkata.

Clara mengangguk dan berjalan ke kamar mandi.

Lalu, terdengar suara air mengalir di kamar mandi.

Rudy berdiri di luar pintu kamar mandi, merokok dan mendengarkan suara air yang berisik, tapi hatinya terasa sangat tenang.

Akhirnya mereka pulang.

Pada hari-hari ketika Clara menghilang, setiap siang dan malam, dia khawatir, cemas, bingung, bahkan gelisah dan takut. Dia takut akan kehilangan dirinya.

Ketika Clara berkata tidak dapat menemaninya sampai tua. Ketika dia melompat ke sungai yang bergelombang dan menghilang, dia merasakan keputusasaan dan kebencian yang tidak pernah ada, dia membenci dirinya sendiri, dan bahkan membenci dunia ini.

Untungnya, dia kembali, mereka kembali, kembali ke kehidupan yang tenang. Saat ini, suara air berisik di kamar mandi, bercampur dengan hiruk-pikuk dunia, bagaikan suara yang paling merdu di dunia.

Setelah mandi, Clara keluar dari kamar mandi. Dia melihat Rudy masih berdiri di luar pintu kamar mandi, rokok di tangannya hampir habis. Rudy menundukkan kepalanya, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.

Rudy tidak berkata, kesunyiannya membuat Clara khawatir.

“Hei.” Clara mengulurkan tangan mendorongnya.

Rudy sepertinya baru kembali sadar, menatapnya dan tersenyum hangat. "Sudah siap mandi?"

Dia mengambil handuk dari tangannya dan menyeka rambutnya dengan lembut. "Selalu tidak mengeringkan rambutmu, bagaimana kalau masuk angin."

Clara tersenyum, tidak berkata, membiarkannya menyeka rambutnya. Tubuh Clara bersandar malas padanya, begitu lembut dan manis.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu