Suami Misterius - Bab 814 Aku Tidak Perlu Cerai Selagi Tidak Mau

Clara mendorong pintu kamar pasien lalu berjalan melewati ruang tamu kecil.

Ardian sedang duduk di ruang tamu kecil sambil membaca majalah, setelah melihat kedatangan Clara, bibirnya menampakkan senyuman.

“Suster sedang mengganti obat, sebentar lagi baru masuk saja.”

Clara mengangguk, namun tetap berjalan ke depan pintu, dia melihat suster yang sedang mengganti obat Wilson melewati celah pintu.

Wison duduk di atas kasur, wajah kecilnya sangat serius.

Sepertinya Wilson tetap merasa sakit ketika mengganti obatnya, sehingga terus mengerut alisnya.

Pada dahi Wilson ada tujuh jahitan, namun untung saja dapat tertutup oleh rambutnya, sehingga tidak bermasalah apabila meninggalkan bekas.

Setelah suster mengganti obat, Clara bermaksud untuk dorong pintu dan masuk ke dalam, tiba-tiba ada satu lengan yang melewati kepalanya dan membuka pintu kamar.

Clara menoleh secara refleks, lalu melihat wajah Rudy yang tampan.

Tangan Rudy dengan wajarnya melingkar pada pinggang Clara, lalu memeluk dirinya dan berjalan masuk ke dalam kamar pasien.

Setelah melihat kedatangan ayah dan ibu, wajah Wilson menampakkan senyuman.

Dia mengulurkan tangan kecilnya yang gendut dan langsung memeluk pada leher Clara.

“Mama, kamu tidak syuting ya ?”

“Mama tidak syuting lagi, tidak akan pergi lagi,”

Clara memeluk erat pada tubuh Wilson, matanya menjadi basah dalam seketika.

“Mama, kamu kenapa menangis, ada yang jahat padamu ya ?”

Clara menggeleng kepala, setelah itu langsung menghapus air matanya.

Rudy duduk di samping kasur pasien dan mengelus kepala Wilson.

“Mama merasa sedih karena melihat kamu yang sedang terluka.”

Wilson menampakkan ekspresi mengerti, lalu tersenyum dan memegang kepala sendiri, “Mama, aku pria yang kuat, luka kecil ini tidak sakit juga. Dodo bahkan menyerangku secara diam-diam, lain kali kalau bertemu dengannya lagi, aku pasti menghantam habis-habisan."

Kata-kata Wilson yang penuh dengan kesan keras dan kekanakan, langsung membuat Clara tertawa keceplosan di dalam tangisan.

“Papa, kamu kali ini menangkap banyak penjahat lagi ya ?”

Wilson memiringkan kepala kecilnya dan menatap Rudy, sepasang bola matanya hitam dan bersinar, tatapannya bersih dan jernih.

Rudy mengangguk dengan lembut, namun tidak berkata apapun lagi.

Pada saat ini, di luar kamar pasien terdengar suara pembicaraan beserta suara tangisan anak kecil.

Suaranya sangat tidak asing, seolah-olah adalah suara tante yang berkelahi dengan Clara.

Clara mengerut alis secara refleks.

Rudy melihat demikian, langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar pasien.

Anak kecil yang bernama Dodo beserta keluarganya sedang tertahan oleh petugas di luar ruangan VIP.

Dalam dua hari ini, mereka sudah sering berkunjung ke tempat ini, namun setiap kalinya akan terhalang di luar pintu dan hanya bisa pulang dengan tanpa hasil.

Mereka ingin damai di saat ini, jelasnya sudah sangat telat.

Keluarga Sunarya bukan keluarga yang gampang teratasi.

Setelah mereka bertiga meninggalkan tempat tersebut, Raymond baru berjalan masuk dengan gerakan terhuyung-huyung.

Tangannya sedang menjinjing kantong baju, makanan ringan dan boneka mainan.

Dia masuk ke dalam kamar pasien untuk menjenguk Wilson, Wilson terus memanggilnya dengan sebutan paman Raymond, mulutnya sangat manis.

Setelah Raymond keluar dari kamar pasien, dia melihat Rudy sedang berdiri sendirian pada koridor yang sepi dan sedang merokok di samping jendela.

“Di larang merokok di dalam rumah sakit.”

Raymond berjalan menghampiri dan merebut rokok di tangannya, lalu membuang ke dalam tong sampah di samping.

Raymond berdiri di sampingnya sambil memeluk dada, gayanya sangat malas, nada bicaranya juga sangat santai.

“Keluarga Huang ini lucu juga, berulah terus pada sebelumnya, sekarang sudah menjelang kematiannya, baru tahu menangis tragis di sana sini.”

Rudy tidak menjawab pembicaraannya, malahan bertanya dengan nada data :”Sudah selesai mengurus ?”

“Masalah sepele saja, sudah aman.”

Raymond tetap bergaya malas, dan juga menjawab dengan nada malas, “Ayah dari anak yang mendorong Wilson ini bermarga Huang , seorang manajer pada perusahaan dalam negeri, dan juga memiliki sedikit kekuasaan.

Istri dan anaknya sudah berlagak sombong pada hari biasanya, sehingga di dalam kota ini tidak ada yang mau membantu mereka, kali ini memang cari mati sendiri.

Aku sudah selidiki, orang bermarga Huang ini lumayan sering menerima sogokan, wanita simpanan di luar bukan hanya sekedar satu orang.

Terima banyak sogokan tetapi malah berani sombong, jarang bertemu juga orang yang seperti ini.

Kamu bermaksud bagaimana mengurusnya ?”’

Rudy sedikit memejamkan tatapan matanya yang dalam dan dingin, lalu menjawab dengan nada datar, “Aku tidak ingin melihat mereka lagi.”

Kehidupan dirinya dan Clara sudah sering berpisah, ditambah lagi dengan adanya hubungan keluarga Sunarya yang rumit, Rudy sudah menyadari bahwa cepat atau lambat hubungan mereka pasti akan terjadi masalah, seandainya tidak ada kecelakaan Wilson pada kali ini, hubungan mereka tidak akan meletus dengan begitu cepat, sehingga dia sama sekali tidak ada persiapan untuk mengatasinya.

Rudy memendam api amarah di dalam hatinya dan tidak bisa melampiaskan kepada siapapun, sehingga orang bermarga Huang ini memang menjadi pelampiasan sempurna oleh Rudy pada saat ini.

“OK.”

Raymond memperlihatkan gerakan tangan tidak bermasalah kepadanya, lalu bertanya lagi, “Kamu kapan mau pulang ke wilayah perbatasan ?”

“Sementara ini serahkan saja semua pekerjaanku.”

Rudy menjawabnya.

“Baru mendapatkan hasil tetapi malah mau lepas tangan, apa yang terjadi, masalah rumah tangga lagi ya ?”

Raymond jarang sekali melihat Rudy yang begitu murung dan hampir putus asa, setiap kalinya Rudy menjadi kehilangan kendali, hampir semua alasannya dikarenakan Clara

Tatapan Rudy menjadi semakin dingin, lalu meninggalkan satu kalimat kepada Raymond, “Jangan banyak ikut campur.”

Raymond menggerakkan pundak sendiri, lalu melambaikan tangan yang mengisyaratkan dirinya akan pergi.

Saat ini Rudy bagikan sebuah bom yang akan meledak di kapan saja, dia tidak ingin menderita dengan tanpa sebab.

Setelah Raymond pergi meninggalkan tempat, Rudy tetap berdiri di koridor, tangannya memang sebuah mancis.

Api di mancis menjadi terang dan gelap, cahaya yang memancar terus bergerakan di dalam mata Rudy.

Jendela di belakang badannya sedikit terbuka, angin menghembus melewati jendela, api mancis yang bergerakan juga menjadi padam dalam seketika.

Rudy menyimpan mancis ke dalam saku bajunya, lalu mengangkat kepala dan melihat pintu pasien yang sedang terbuka.

Clara berjalan keluar dari kamar pasien, reaksi wajahnya sangat tenang dan datar.

“Wilson sudah tidur ?”

Rudy menatapnya dan bertanya.

Clara mengangguk, lalu berkata lagi :”Dokter barusan bilang, Wilson sudah boleh keluar rumah sakit pada minggu depan.

Aku sudah memesan tiket ke kota A pada minggu depan.”

“Terus ?”

Rudy bertanya lagi,

“Aku akan mengirim surat penceraian untukmu, kartu ATM tabungan dan gaji milikmu, aku tidak akan membawa pergi, apapun yang berhubungan dengan keluarga Sunarya, aku tidak akan ambil.”

Clara berkata padanya, meskipun dia berusaha mempertahankan ketenangan, namun suaranya tetap sangat serak, dan bahkan sedikit gemetaran.

Rudy menatapnya dengan bola mata yang hitam, tatapannya sangat tenang, namun sangat mengerikan.

“Wilson juga bermarga Sunarya.”

Kamu merasa dengan tidak membawa uang keluarga Sunarya, sudah bisa membawa pergi anakku ya ?

Clara, sejak kapan kamu menjadi begitu polos.”

“Terus apa yang kamu inginkan ?

Pelacur juga masih ada harganya, aku sudah temani tuan muda Sunarya tidur dalam beberapa tahun ini dan sama sekali tidak meminta apapun, aku bahkan menghidupi anak dengan uangku sendiri, aku tidak mengganggu masa depannya tuan muda Sunarya lagi, apanya yang tidak bisa puas ?”

Clara dengan refleks menyaringkan nada bicaranya, emosionalnya sudah hilang kendali.

“Tidak puas semuanya, aku tidak mau cerai.”

Rudy menjawabnya, nada bicaranya sangat terus terang dan tidak membawa emosional apapun.

“Tidak bisa seenaknya kamu.”

Clara menyindirnya.

“Pernikahan tentara memang demikian, selagi aku tidak melakukan kesalahan apapun, aku tidak perlu cerai selagi tidak mau.”

Rudy menjawabnya.

Clara jelasnya juga terbengong sejenak, kenapa dirinya malah lupa, pernikahan mereka adalah pernikahan tentara, pernikahan yang paling kukuh di dalam negeri, asalkan Rudy menginginkannya, Rudy dapat menahan dirinya untuk selamanya.

Clara menggigit bibir dan tersenyum sinis, lalu menjawab dengan kata sindiran :”Kalau begitu pisah rumah saja dulu, sampai kamu setuju untuk bercerai.”

Novel Terkait

Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu