Suami Misterius - Bab 727 Tidak Pernah Memiliki Ketulusan Hati

Terkadang wanita yang terlalu sempurna itu seperti seekor ular betina yang menjelma menjadi manusia, saat kamu sudah mengetahui wujud aslinya maka kamu sudah terluka olehnya.

Clara walaupun pintar, pengalamannya terbatas.

Jadi, orang yang seperti itu ada baiknya menjauhlah darinya.

“Kalau begitu mengapa nenek dan ayah masih begitu dekat dengannya?”

Clara bertanya dengan tatapan mata tidak mengerti.

“Dia termasuk anak angkat keluarga Sunarya, nenek dan ayah mempunyai rasa kasih sayang terhadapnya. Jadi mudah untuk menutupi kekurangannya.”

Rudy menjawab.

Tentu saja tidak akan mempercayai keburukan anak yang di rawat sendiri.

Kira-kira seperti itulah perasaan nenek Sunarya terhadap Su Loran.

“Apakah semua orang yang sempurna itu menakutkan?”

Clara menaik-naikkan alisnya, tersenyum seperti seekor rubah kecil yang licik dan berkata, “Di dalam hatiku Paman Sutedja juga adalah seseorang yang sangat sempurna.”

Gadis kecil ini, mulai mengerjaiku lagi.

Rudy dengan tersenyum memandanginya, tiba-tiba ia mengulurkan tangannya dan mendekap Clara dalam pelukannya.

Kedua tubuh menempel jadi satu, udara di sekitar juga terasa seperti menjadi sedikit menawan.

“Kalau begitu akan kuperlihatkan bagian sempurna pada diriku.”

Suaranya yang rendah bercampur dengan sedikit kesabaran dan tekanan.

Rudy tersenyum kecil dan menundukkan kepala menciumnya.

Ia menekan Clara di atas ranjang, saat mereka sedang menjalankan aksi di atas ranjang, Clara berpikir dalam hati: setiap manusia pasti memiliki salah satu bagian yang tidak sempurna, seperti Paman Sutedja setelah melepas baju di atas ranjang ia menjadi seperti hewan buas.

……..di saat bersamaan, Su Loran sedang menuruni tangga yang terbuat dari kayu asli dengan sepatu hak tingginya yang berwarna putih.

Saat sampai di perbelokan, tanpa sadar ia berbalik melihat kearah pintu kamar yang tertutup rapat, dari matanya tampak sedikit pandangan sinis.

Jelas-jelas adalah pria yang dingin, tatapannya saat melihat orang lain juga sangat datar dan dingin, terhadap orang tuanya pun tidak tampak terlalu hangat.

Sedangkan sorotan matanya waktu menatap Clara justru begitu lembut dan lama, sehingga membuat orang yang melihatnya menjadi iri dan benci.

Saat ini, ponsel Su Loran yang berada dalam kantongnya berdering.

Dia menghentikan langkah kakinya dan mengeluarkan ponselnya dari kantong, melihat keterangan panggilan dan ternyata adalah panggilan telepon dari ibu Chen.

Dulu Su Loran dan Markal berpacaran lumayan lama, jadi ibu Chen sudah menganggapnya seperti orang sendiri.

Walaupun dia sudah putus dengan Markal, namun ia tidak memutuskan hubungan dengan ibu Chen.

Su Loran mengangkat telepon.

Dari dalam ponsel terdengar suara ibu Chen yang lembut dan hangat.

“ Loran, kamu sudah lama tidak berkunjung ke rumah bibi, apakah akhir-akhir ini sangat sibuk? Bibi sudah merindukanmu.”

“Bibi, beberapa waktu yang lalu aku ada pertunjukan di luar negeri, kemarin baru pulang. Aku membawakan oleh-oleh untukmu dan Markal, apabila Anda sekarang tidak sibuk aku akan mengantarkannya kesana.”

Sambil memegang ponsel, ia berkata dengan tersenyum.

Dan meneruskan langkahnya menuruni tangga.

Su Loran menyetir mobil menuju keluarga Chen.

Awalnya keluarga Chen tinggal di dalam vila yang berada di pusat kota, kemudian setelah ayah Chen meninggal, keluarga Chen mengalami kebangkrutan. ibu Chen tinggal bersama Markal di kawasan militer.

Jabatan Markal Chen sekarang tidak rendah, ibu Chen seorang diri tinggal di sebuah gedung yang tidak terlalu besar juga tidak kecil, di depan juga ada satpam yang menjaga dan dirumah juga terdapat dua orang pembantu, kehidupannya sudah termasuk baik.

Su Loran membawa oleh-oleh dan masuk kedalam, saat ibu Chen melihatnya, wajahnya terlihat sedikit pucat dan tersenyum ria.

“ Loran sudah datang ya.”

ibu Chen memegangi tangannya dan melihatnya mulai dari atas hingga bawah.

“Kurusan, karena seorang diri di luar negeri, apakah tidak menjaga diri dengan baik?”

“Bibi, aku lagi diet akhir-akhir ini, apabila gemuk nanti susah untuk bergerak.”

Su Loran berkata dengan sedikit bercanda dan membawa ibu Chen duduk di sofa.

Sejak ayah Chen meninggal dunia, kondisi kesehatan ibu Chen tidak baik, tangannya terasa dingin.

“Bibi, aku membawa sedikit oleh-oleh dari luar negeri. Apabila baik untuk Anda, aku akan menitip orang untuk membelinya lagi di luar negeri.”

Su Loran berkata.

ibu Chen melihat kotak hadiah yang begitu indah, sekali lihat sudah tahu bahwa itu pasti tidak murah.

“Membuatmu menghabiskan uang lagi. Aku tahu jelas kondisi tubuhku, tinggal menunggu waktu saja.”

“Bibi, Anda jangan berkata begitu. Terakhir aku menemanimu pergi ke kuil Vientiane, pendeta di sana mengatakan Anda adalah orang yang mempunyai keberuntungan. Markal juga orang yang mempunyai kemampuan, keberuntungan Anda akan segera tiba.”

ibu Chen tersenyum, dengan berat berkata: “Aku tidak berani mendambakan kekayaan dan kemakmuran yang berlimpah, cuma berharap Markal dapat segera menikah dan memiliki anak, walaupun meninggal juga sudah dapat meninggal dengan tenang.”

Su Loran tersenyum, ia mengulurkan tangan mengangkat cangkir teh di atas meja, dan meminumnya sedikit.

Menunjukkan tampang tidak mengerti dan tidak menyambung topik tersebut.

Sebenarnya Markal Chen adalah pilihan yang tidak buruk, dengan mengandalkan kemampuan sendiri ia bisa mendapatkan jabatannya sekarang ini, tidak bisa diremehkan.

Akan tetapi Markal Chen mengambil jalan teknis, juga tidak ada dukungan latar belakang keluarga, walaupun jabatannya terus meningkat namun tidak dapat memiliki kekuatan nyata. Berbeda dengan putra dari keluarga Sunarya, tentunya tidak dapat dibandingkan.

Apabila ia bersama dengan Markal, ia selalu merasa sedikit tidak rela.

Baginya, Markal Chen yang saat ini seperti iga ayam yang tidak menggugah selera namun sayang untuk dibuang.

Saat Su Loran menemani ibu Chen ngobrol di ruang tamu, kemudian terdengar suara pembicaraan dari kantor masuk di pintu depan.

“Markal sudah pulang.”

ibu Chen berkata sambil tersenyum.

Markal adalah orang yang sangat berbakti, saat pulang kerumah hal pertama yang dilakukannya adalah bertanya kepada pembantu bagaimana kondisi ibunya.

Su Loran melihat Markal berjalan masuk, dengan mengenakan baju militernya ia terlihat gagah dan kokoh seperti pohon pinus.

Su Loran tersenyum dan menganggukkan kepala kepadanya.

Markal juga dengan sopan menyapanya, “Halo.”

Kemudian langsung naik ke lantai atas.

Kata “Halo!” ini terdengar sangat asing.

Walaupun kelihatan tersenyum, namun Su Loran terlihat sedikit tercengang.

Mereka masih sering berkomunikasi saat awal putus dulu, Markal Chen masih sering menunjukkan perasaan yang mendalam dan tidak rela terhadapnya.

Kemudian, seiring berlalunya waktu, perasaan itu sudah semakin pudar.

Sebelum Su Loran pulang, Markal tidak kelihatan muncul di ruang tamu.

Setelah ibu Chen mengantar Su Loran, ia pergi ke kamar anaknya.

Markal sedang melihat berkas di kamarnya, setelah melihat ibu Chen masuk baru mengangkat kepalanya.

ibu Chen duduk di hadapannya, menghela napas dan berkata, “ Loran jarang kemari, mengapa kamu tidak memanfaatkan kesempatan bagus ini untuk menghabiskan waktu dengannya?”

“Bukan orang dengan jalan yang sama, tidak perlu untuk menghabiskan waktu bersama.” Markal berkata dengan datar.

“Markal, apakah kamu masih menyalahkan Loran karena putus denganmu saat itu? Dulu, saat keluarga kita mengalami masalah besar tersebut, kamulah yang mengatakannya sendiri tidak ingin membuatnya menderita, kamu sendirilah yang meminta untuk putus. Sekarang, mengapa kamu yang marah? Beberapa tahun ini, apabila ada waktu dia pasti datang untuk melihatku, sebenarnya dia bukan melihatku tapi ingin bertemu denganmu. Sepertinya dia tidak pernah melupakanmu.”

Markal menunggu ibunya selesai berbicara, baru mengangkat bibirnya menunjukkan tertawa dingin

“Ma, kamu sudah berpikir terlalu banyak. Dia bukan tidak dapat melupakanku, namun ia hanya sedang memberikan jalan cadangan untuk dirinya sendiri.”

Dulu saat mereka masih berpacaran, masih di mabuk asmara, Su Loran masih tetap menggantung Ahmed.

Markal juga perlahan-lahan baru mengetahui dengan jelas orang seperti apa Su Loran saat mereka sudah putus beberapa tahun.

Dia bukan seorang wanita yang biasa, makanya bisa mempermainkannya dengan ibunya beberapa tahun itu.

Sikap Su Loran terhadap ibunya sangat baik, memberikan bermacam-macam hadiah yang mahal. Tapi setiap kali saat ibunya masuk rumah sakit, Su Loran tidak pernah sekalipun menjaga ibunya di rumah sakit.

Sikap ramah dan cinta Su Loran terhadapnya hanya terlihat dipermukaan luarnya saja, mungkin sama sekali tidak pernah tulus terhadapnya.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu