Suami Misterius - Bab 683 Asalkan Kamu Mati

Clara duduk di samping sambil minum, mata jernih sedikit tertutup, juga tidak tahu sedang memikirkan apa.

Pokoknya, hari ini dia merasa gelisah tanpa sebab.

Setelah Clara minum setengah botol minuman, kemudian, ponsel yang di letakkan di samping meja mendadak berdering.

Dia mengambil ponsel dan melihatnya sejenak, telepon dari Rudy.

Setelah Clara menekan tombol terima panggilan, meletakkan ponsel ke samping telinga, dari sebelah sana terdenga suara rendah Rudy, "Masih rekaman?"

"Eng."

Clara menjawab sepatah, "Tidak terlalu lancar, kondisi hari ini tidak terlalu baik."

"Suasana hati orang ada naik turunnya.

Kondisi hari ini tidak terlalu baik, besok baru rekaman lagi.

Sekarang aku tidak sibuk, pergi jemput kamu?"

Rudy berkata dengan suara lembut.

"Hari ini aku masih harus tinggal sepanjang hari di studio rekaman."

Clara sambil bicara, mengangkat mata, kebetulan melihat beberapa pengawal yang berjaga di depan pintu, "Tapi, kamu bisa kemari membawa pergi beberapa pengikut ini.

Aku berjalan kemana maka mereka akan ikut kemana, menyebalkan sekali."

"Mereka demi keamananmu, sayang, patuh ya."

Rudy menghibur dengan suara lembut.

Clara tidak senang mengangkat sudut bibirnya, saat mau membantah, staf dari studio rekaman berjalan ke sampingnya, berkata dengan sopan: " Guru Santoso , apakah kamu sudah selesai istirahat?

manajer Wu menyuruh kamu ke sana."

"Aku sudah mau sibuk, tutup dulu ya."

Clara berkata satu kalimat ke telepon, kemudian langsung menutupnya.

Dia berdiri dari tempat duduk, sambil tersenyum berkata pada staf, "Aku ke toilet sebentar, segera ke sana."

Dia mengenakan sepatu hak tinggi, berjalan ke arah toilet.

Begitu dia bergerak, beberapa pengawal itu juga ikut ke sana.

Di depan pintu toilet.

Punggung Clara bersandar di pintu, kedua lengan dilipat ke dada, wajah penuh ketidaksabaran berkata pada beberapa pengawal berpakaian hitam: "Aku masuk ke toilet, kalian juga mau ikut?"

"Nyonya, kami tunggu di depan pintu, jika ada hal tak terduga, kamu bisa memanggil kami."

Clara tidak sabar lalu menghela nafas, berbalik dan jalan ke dalam toilet.

Setelah dia selesai masuk toilet, berjalan ke depan wastafel dan mencuci tangan.

Dia baru saja membuka keran air, tiba-tiba lampu dalam toilet padam, ruangan yang sempit dan kecil mendadak jadi remang-remang.

Clara mengerutkan kening, dia mengira lampu di dalam toilet rusak, terbiasa mengangkat kepala melihatnya.

Ada empat atau lima lampu yang terpasang di atas langit-langit toilet, tidak mungkin rusak bersamaan, jelas sekali, jika bukan mati lampu, maka ada orang yang mematikan saklar lampu.

Clara mengulurkan tangan, dalam kegelapan memegang keran air, lalu mencuci tangan, saat bersiap mau pergi.

Tiba-tiba ada bayangan hitam muncul di depan cermin.

Dalam ruangan sempit yang gelap, bayangan hitam yang bergerak di cermin memang cukup menakutkan.

Jantung Clara berdegup kencang, membalikkan kepala dengan gelisah, tapi sama sekali tidak ada orang di belakangnya.

Hanya ada suara percikan air mengalir di samping telinga.

Clara mengira dia salah lihat, membalikkan kepala ingin mematikan keran air, akhirnya, baru saja berbalik, langsung melihat ada seorang wanita berdiri di belakangnya.

Spontan Clara ingin berteriak, tapi tangan wanita itu sudah membekap mulutnya.

Karena di dalam toilet terlalu gelap, Clara tidak melihat wajah orang itu dengan jelas, samar-samar hanya bisa mengenali orang itu adalah seorang wanita dari tinggi badan dan kontur wajahnya.

Dengan instingnya dia mengulurkan tangan memegang pergelangan tangan itu, ingin menjatuhkan orang itu.

Namun, tidak menunggu dia bertindak, wanita itu mendadak mengangkat sebuah botol, dan menyemprotnya.

Clara hanya merasakan uap merasuki hidungnya, dengan aroma yang kuat, masih belum sempat merespon, mata langsung terasa gelap, langsung jatuh ke lantai.

….…hampir dalam waktu bersamaan, Rudy mendapatkan kabar.

“Sebelah sana sudah bertindak.”

Raymond duduk di sofa, menyilangkan kedua kaki sambil berkata, “Gevin sungguh pintar mengambil kesempatan dan bergerak cepat.”

“Suruh para bawahan lebih hati-hati dan siaga, jangan sampai Clara berada dalam bahaya.”

Rudy memerintahkan.

“Tenang saja, secara diam-diam atau pun secara terbuka, aku sudah mengutus puluhan orang untuk mengikutinya, dijamin kakak ipar tidak akan kehilangan sehelai rambut pun.

Selain itu, berdasarkan kemampuan kakak ipar, membereskan Rahma sungguh terlalu mudah.”

“Dalam segala hal lebih baik berhati-hati.

Meskipun kita sengaja memberi kesempatan, tapi Rahma bisa membius Clara dan membawanya pergi dari studio rekaman, masih tidak terlalu bodoh.”

Rudy menyalakan sebatang rokok, mata yang gelap dan dingin.

….…Clara tidak tahu berapa lama dia tidak sadarkan diri, saat bangun, langit sudah gelap.

Dia merasa agak dingin, angin malam menembus pakaian tipis yang ada di badan, dia kedinginan hingga terus menggigil, perlahan membuka kelopak mata.

Clara terjatuh ke lantai, menyadari kaki dan tangannya terikat, membuka mata, yang masuk dalam pandangan adalah langit gelap, tidak melihat bulan, bintang malah bersinar terang sekali.

Clara menggerakkan jari-jarinya, memaksakan diri duduk, kemudian, melihat Rahma yang duduk di sampingnya.

“Rahma, kenapa kamu?”

Clara melihat Rahma, merasa cukup tak berdaya, “Untuk apa kamu membawa aku ke sini?”

Ini di mana?”

“Kamu tidak tahu ini di mana?”

Rahma tersenyum, lalu berdiri dan jalan ke pagar.

Clara baru memperhatikan, saat ini mereka sedang berada di atap.

Karena langit sudah gelap, dalam sekejap dia tidak bisa mengenali sedang berada di mana.

Rahma berdiri di samping pagar, mengulurkan tangan menunjuk sebuah tempat.

“Masih belum mengenalinya?”

Clara sedikit menyipitkan mata, samar-samar melihat puncak kastil.

Di sini, ternyata adalah villa Rudy yang ada di pesisir Marina.

“Di sini, seharusnya adalah kamar pernikahan antara aku dan Rudy.”

Nada bicara Rahma terdapat beberapa perasaan sedih dan kecewa, “Sayang sekali, villa ini masih belum selesai renovasi, aku sudah putus dengan Rudy.”

“Untung saja kamu belum pernah tinggal di sini, jika tidak, aku akan merasa jijik.”

Clara setengah duduk di lantai, mengatakan, “Aku tidak suka menggunakan barang bekas orang lain.”

Rahma membalikkan kepala, melihat dia, tersenyum sinis, “Rudy juga pernah aku gunakan, bukankah kamu tetap menggunakannya.”

“Dia mengatakan, dia tidak pernah menyentuhmu.”

Clara berkata sambil mengangkat alis.

“Dia berbohong!”

Clara meliriknya sekilas, tidak berencana terus membahas topik ini dengannya.

Tangannya yang ada di belakang, sedang mencoba membuka tali di tangannya.

Agar Rahma tidak menyadarinya, dia harus terus mengatakan sesuatu, untuk mengalihkan perhatian Rahma.

“Rahma, kamu membawa aku ke sini, jangan-jangan hanya demi menyesali dan mengingat masa lalumu.”

Jujur saja, aku juga tidak tinggal lama di villa ini, anak masuk ke TK sangat tidak leluasa.”

Mengungkit anak, jelas sekali perasaan Rahma sedikit bergejolak.

“Clara, anakmu adalah seorang anak, apakah anakku bukan seorang anak juga?

Mengapa kamu mau menghalangi Rudy mengakui Bobo?”

Clara: “……Rahma, kapan kamu melihat dan mendengarnya kalau aku tidak membiarkan Rudy mengakui Bobo?”

Dia sungguh merasa diperlakukan tidak adil dengan menjadikannya kambing hitam.

Rudy tidak mau mengakui Bobo, itu karena Bobo memang bukan putranya.

Apa hubungannya dengan dia.

Tapi, jelas sekali, dia menjelaskan apa pun, Rahma juga tidak akan mau mendengarnya.

Rahma hilang kendali dan berjalan ke sini, sangat kasar dan tidak masuk akal menarik Clara berdiri dari lantai, mendorongnya ke samping pagar.

“Clara, asalkan tidak ada kamu, asalkan kamu mati, maka tidak akan ada orang yang menghalangi Rudy mengakui Bobo!”

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu