Suami Misterius - Bab 225 Melihatmu Sekali Akan Menghajarmu Sekali

Mobil sport Ferrari merah berhenti didepan pintu kantor catatan sipil, sangat mencolok.

Gevin Sutedja keluar dari mobil duluan, memutar satu putaran kemudian membuka pintu di sisi Clara Santoso, dan berkata tanpa ekspresi, "Keluar."

Clara kemudian turun dari mobil dan menyipitkan mata melihat gedung kantor catatan sipil.

"Tuan Sutedja membawaku ke kantor catatan sipil, apakah berencana menikah denganku sekarang."

“Jika tidak?” Gevin mengerutkan kening menatapnya, dia yang berstatus tinggi ini seolah-olah bersedia menikahinya adalah berkah terbesar Clara.

Clara juga memandangnya lucu, mengangkat bahu dan berkata, "Aku tidak membawa dokumennya."

“Apakah kamu tidak menyimpannya di dompetmu?” Tanya Gevin Sutedja.

"Tuan Sutedja, apakah kamu terlalu lama tinggal di luar negeri. Pendaftaran pernikahan di dalam negeri memerlukan buku akte rumah tangga." Clara menatapnya dengan ekspresi asing.

Setelah mendengar, Gevin mengangkat alisnya, "Kalau begitu sekarang pulang mengambilnya."

Dia mengatakan dengan spontan dan wajar, mengulurkan tangan untuk meraih Clara, mencoba untuk menariknya ke dalam mobil.

Namun, begitu tangannya menyentuh lengan Clara, langsung ditolaknya begitu saja.

“Uh, kamu!” Gevin menutup lengan dengan tangannya, sakit hingga berkeringat dingin. Menatapnya dengan pandangan yang tidak terduga.

Clara Santoso masih merasa marah, mengangkat kakinya dan menendangnya di antara pinggulnya. Jika bukan karena Gevin menghindar dengan cepat, kakinya benar-benar akan patah.

Sepatu hak tinggi Clara menendang lutut kaki kirinya. Gevin kesakitan hingga berlutut dilantai dan menatap mata Clara yang marah.

Tangan Clara menggosok pakaiannya, merasa seperti sangat menjijikkan.

Dia menginjak sepatu hak tinggi dan berjalan ke depan Gevin Sutedja. Kali ini, gilirannya menatap dia dengan arogan. "Gevin, apakah otakmu terjepit pintu? Siapa mengatakan ingin menikah denganmu!"

Setelah dia selesai berkata, dia tidak bisa menahan kemudian menendang lutut Gevin dengan sepatu hak tinggi, "Kalian keluarga Sutedja apakah memiliki penyakit ilusi, berpikir diri sendiri adalah seorang kaisar, ingin menikahi siapa pun! Gevin Sutedja, aku memperingatkanmu, lain kali jauhi aku, jika tidak, aku melihatmu sekali akan menghajarmu sekali! "

Setelah Clara berkata, dia membawa tasnya dan berbalik pergi. Lagipula, dia termasuk figur publik, jika masalah memukul orang ditempat umum diperbesarkan tidak baik baginya.

Gevin Sutedja menatap punggungnya yang leluasa, dan perlahan mengangkat bibirnya kemudian tersenyum.

Gadis ini lebih menarik dari perkiraannya.

Dia berjongkok dilantai dalam waktu yang lama kemudian perlahan berdiri. Dan berjalan dua langkah, lututnya terasa sakit, dan lengannya hampir tidak dapat bergerak.

“Gadis ini terlalu kejam.” Gevin Sutedja tidak dapat mengemudi. Sehingga dia meninggalkan mobilnya didepan pintu kantor catatan sipil dan menaiki taksi ke rumah sakit.

Ketika ia selesai perban lengannya, ia kembali ke kantor catatan sipil, Ferrari merahnya telang hilang.

Di pintu kantor catatan sipil adalah zona dilarang berhenti. Mobilnya parkir di sana dengan mencolok, sehingga tidak aneh jika diseret.

Gevin tersenyum pahit, sepertinya dia benar-benar tinggal di luar negeri terlalu lama.

Dia memanggil sekretaris dan menghubungi tim polisi lalu lintas. Setelah menyelesaikan serangkaian prosedur, dia mengambil mobilnya kembali. Setelah seharian sibuk, langit telah gelap.

Gevin kembali ke rumah dengan sangat lelah, begitu dia memasuki pintu, dia melihat Nalan Vi duduk di sofa ruang tamu menunggunya.

“Akhirnya kamu pulang, aku meneleponmu kenapa tidak menjawabnya,” kata Nalan Vi dengan cemas.

“Oh, aku tidak mendengarnya,” jawab Gevin Sutedja dengan santai.

“Kamu dan Nona Santoso apakah benar sudah mendapatkan akta pernikahan?” tanya Nalan Vi lagi.

Gevin menggelengkan kepalanya, "Dia tidak membawa dokumen hari ini."

"Untung saja," Nalan Vi tampak bersyukur, "Nak, jika kamu menikah dengan Clara Santoso, berarti kamu menyerahkan warisan perusahaan."

Setelah Gevin mendengarkan, ia menghelakan nafas. "Ibu, sadarlah. Apakah kamu masih berpikir aku berhak untuk merebutnya?"

"Kenapa tidak, nenek dan kakekmu berada di pihak kita. Selama kamu memiliki dukungan keluarga yang kuat, kamu memiliki modal yang sama dengan Rudy," Nalan Vi berkata dengan tegas.

Gevin tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan getir, "Ibu, jangan lupa bahwa dibelakang paman ada keluarga Sunarya. Kecuali aku menikahi putri keluarga presiden."

"Sepertinya keluarga presiden tidak memiliki anak perempuan, bahkan cucu perempuan juga tidak ada," kata Nalan Vi dengan serius.

Gevin tertegun sejenak, tiba-tiba merasa tidak bisa menangis atau tertawa. Dia hanya berkata dengan asal-asalan tetapi ibunya menganggapnya serius. Bahkan jika keluarga presiden memiliki anak perempuan, mereka juga akan memandang rendah dirinya.

"Ibu, kita tidak bisa melawan paman, bahkan nenek juga menyadari kenyataan ini, jadi aku baru mencari menantu yang berindentitas tidak rendah seperti Clara Santoso, dan memiliki latar belakang keluarga yang kaya, hal ini seperti sedang membuka jalan keluar untuk diriku. Selain itu, keadaan ayah sekarang, aku juga tidak ingin merebut lagi."

“Justru karena situasi ayahmu sekarang sehingga kita harus memperebutkan itu, jika tidak, saat bapakmu menutup mata, kita bertiga bersiaplah akan diusir keluar dari rumah,” kata Nalan Vi dengan tidak puas.

Gevin menekan bibirnya dengan dingin dan tidak mengatakan apa-apa, termasuk pemberontakan secara diam.

Melihat penampilannya, kemarahan Nalan Vi terpendam didalam hati. "Baik baik baik, aku mundur selangkah berkata. Bahkan jika kamu tidak ingin bersaing dan memperebutkan, hanya ingin menikahi seorang menantu menjalani kehidupan dengan damai dan tenang, kamu juga tidak boleh menikahi Clara, aku telah menyelidikinya..."

“Aku juga menyelidikinya.” Gevin menyela pembicaraan Nalan Vi. Kenyataannya, semua nona bangsawan yang termasuk kedalam daftar Nenek Sutedja, dia juga mencari orang memeriksa mereka satu per satu. Mengenai hal Clara, meskipun telah disembunyikan oleh Yanto santoso, tetapi jika ingin mengetahuinya tidaklah sulit.

Satu-satunya hal yang tidak dapat ditemukan Gevin dan Keluarga Sutedja adalah Clara melahirkan seorang anak bernama Wilson. Hal yang ingin disembunyikan Rudy Sutedja, tidak akan ada yang bisa mengetahuinya.

“Apakah kamu mengetahuinya?” Mata Nalan Vi melebar dengan takjub, dan emosinya sedikit tinggi. "Kamu telah mengetahuinya mengapa masih ingin menikahinya, dia sudah tidak perawan."

“Ibu.” Gevin menaikkan volumenya dan menekan suara Nalan Vi.

"Dia hanyalah terlalu muda dan tidak mengerti kemudian dilecehkan orang. Apakah gadis-gadis bangsawan itu perawan? Jangan bercanda, sekarang di masyarakat ini, jika ingin mencari wanita perawan hanya bisa ditemukan di taman kanak-kanak. Ayahku juga bukan pria pertamamu, dia juga tidak menolakmu"

Wajah Nalan Vi berubah menjadi kusam sejenak, dan tidak dapat berkata apa pun. Akhirnya, mengucapkan sebuah kalimat, "Lupakan saja, aku malas mengaturmu lagi."

...

Clara Santoso juga tidak peduli dengan lelucon Gevin Sutedja.

Hatinya tidak sebesar itu, dan dia tidak pernah berpikir untuk berhubungan dengan keluarga Sutedja. Di matanya, keluarga Sutedja adalah genangan air berlumpur, ketika menginjaknya kemungkinan akan terjebak didalamnya.

Clara mungkin sudah stress, baru akan meninggalkan kehidupannya yang damai, malahan pergi menginjak air berlumpur keluarga Sutedja.

Dia masih seperti biasanya menyuting film, merekam lagu, dan menjalani hidupnya selangkah demi selangkah.

Namun, Clara mungkin tidak pernah berpikir bahwa Nenek Sutedja akan mencarinya.

Clara kemudian berjalan keluar dari studio rekaman dan melihat terdapat sebuah mobil Mercedes-Benz hitam yang parkir didepan pintu, sekretaris setengah baya berdiri di samping mobil, dan Clara juga merasa sedikit bingung ketika dia diminta untuk naik mobil dengan hormat.

Tetapi karena etika, Clara kemudian memasuki ke mobil Nenek Sutedja. Sebenarnya, dia juga penasaran ingin mengetahui tujuan Nenek Sutedja mencarinya.

“Aku datang tiba-tiba, tidak tahu apakah telah mengganggumu.” Sikap Nenek Sutedja sangat ramah, dan terdapat senyuman di wajahnya yang keriput.

“Anda terlalu segan, aku baru saja selesai bekerja, dan bersiap untuk pulang.” Clara juga menjawab dengan senyuman, tidak rendah hati ataupun sombong. " Hanya saja, aku tidak tahu apa yang anda inginkan. Sebenarnya anda tidak perlu datang sendiri, cukup teleponku saja, selama aku bisa melakukannya, aku tidak akan menolak."

Clara mengucapkan kata-kata itu dengan sopan, tentu saja, kedua tidaklah bodoh, tidak ada yang akan menganggap serius kata-kata itu. Mereka bukan kerabat dan bukan teman dekat, dan Nenek Sutedja juga tidak akan sebodoh itu mengira dia akan melakukakan segalanya deminya.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu