Suami Misterius - Bab 729 Alergi Yang Parah Dapat Menyebabkan Kematian

Dia menundukkan kepala dan mematuk bibir merah Clara dengan lembut.

Bibirnya begitu lembut dan memiliki sedikit aroma yang harum, segar seperti cahaya matahari.

Clara merasa sedikit malu dengan manja mendekapkan wajahnya ke dalam dadanya, dengan suara teredam berkata: “weekend TK Wilson mengadakan pertemuan orang tua. Aku tidak leluasa untuk muncul di tempat umum, bisakah kamu pergi untuk menemui wali kelasnya untuk mengetahui bagaimana kondisinya di taman kanak-kanak.”

“weekend?”

Rudy merasa ragu sebentar kemudian menjawab: “Aku usahakan.”

Mobil berjalan dengan kecepatan yang stabil.

Supir dan pengawal duduk dengan tenang di kursi bagian depan.

Clara yang mendekap di dada Rudy mendengar dengan jelas suara detak jantungnya.

“Rudy, detak jantungmu sangat cepat.”

Dia mengangkat kepalanya tertawa seperti seekor rubah kecil.

“Hanya kamu yang mempunyai kemampuan untuk membuat hatiku menjadi begini, apakah kamu sudah puas?”

Suara Rudy yang menarik dan dalam tersebut tersirat kehangatan.

Clara mengangkat kepala, dengan otomatis ia menciumi bibir Rudy dengan lembut.

Kecepatan mobil tiba-tiba berubah menjadi lebih lambat.

Pengawal yang berada di kursi depan tidak menoleh ke belakang, akan tetapi dengan serius mengingatkan: “Pak, jarak sampai ke tempat pemotretan nyonya sekitar lima ratus meter lagi.”

“Ya, berhenti di persimpangan depan.” Rudy berkata.

Dengan perlahan mobil berhenti di persimpangan jalan, Clara merangkul lengan Rudy terlihat ia tidak rela untuk keluar dari mobil.

“Ikut denganku pergi ke markas militer?”

Rudy berkata sambil tersenyum.

“Tentu saja aku ingin. Akan tetapi hari ini tim kami melakukan promosi, aku sebagai tokoh utama wanita apabila tidak hadir pasti akan dimarahi. Dalam bidang ini kedudukan Sutradara Wu sangatlah penting, apabila membuatnya malu, kedepannya aku akan kehilangan pekerjaan ini.”

Dengan tidak berdaya ia menghela napas dan dengan tidak rela turun dari mobil.

Dia berjalan menuju ke arah tim nya dengan sambil terus melihat ke belakang.

Clara baru saja memasuki tempat pemotretan, tukang rias dan asistennya sudah langsung menghampirinya.

Setelah selesai memperbaiki riasannya dia berjalan masuk ke dalam aula pesta, dalam seketika ia menjadi pusat perhatian.

Clara dan pemeran utama pria bersama-sama berdiri di samping sutradara untuk menerima wawancara dari wartawan.

Para wartawan ini sudah di atur sebelumnya, sehingga pertanyaan yang diajukan semua berhubungan dengan film yang mereka perankan.

Clara dan pemeran pria dapat menghadapinya dengan bebas.

Clara adalah orang yang sudah menikah, jadi tidak nyaman apabila menerima ejekan dari orang lain.

Sedangkan pemeran utama pria baru-baru ini menjalin hubungan asmara dengan seorang aktris terkenal, jadi para wartawan lebih memperhatikan masalah pribadinya.

Setelah wartawan sudah cukup bertanya, sekarang adalah saatnya untuk melakukan foto grup dari para kru dan pemeran utama.

Saat ini, mereka baru menyadari pemeran wanita ketiga Samara tidak berada ditempat.

Akan tetapi hanyalah seorang pemeran wanita ketiga, sama sekali tidak terlalu penting.

Sutradara Wu dan para pemeran wanita dan pria berfoto bersama.

…..dan disaat yang bersamaan Samara sedang bersembunyi di satu sisi untuk menerima panggilan telepon.

Masih sama seperti dulu sebuah nomor yang tidak dikenal, suaranya terdengar feminim dan lembut.

“Kasusnya sudah selesai, sekarang kamu sudah tidak bermasalah lagi. Mengenai Altria dia hanya kekanak-kanakan saja, tunggu amarahnya sudah mereda kamu cobalah untuk membujuknya, kalian masih bisa menjadi teman.”

“Si bodoh itu aku tahu bagaimana cara membujuknya. Akan tetapi, sudah seharusnya aku berterima kasih padamu untuk masalah kali ini. Apabila tidak ada kamu tidak akan mudah bagiku untuk terlepas dari masalah ini.” Samara berkata.

Mendengar perkataan tersebut, lawan bicaranya tertawa dengan sedikit menakutkan.

“Aku sudah begitu susah payah membantumu, tidak tahu apakah layak atau tidak. Hanya memintamu untuk menghadapi seorang Clara saja, namun kamu begitu bodoh seperti seekor babi. Semakin tidak berguna saja.”

“Apakah kamu berpikir kamu pintar, bukankah kamu juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya.”

Samara tersenyum dan membalas perkataannya.

“ Samara, sebaiknya kamu memahami kondisi dengan jelas, aku membantumu keluar, bukan untuk membuatmu bersilat lidah denganku.”

Lawan bicaranya tampak mulai marah, suaranya terdengar tidak puas.

“Jadi kamu mau aku melakukan apa?” Samara bertanya.

“Apakah kamu tahu bahwa Clara alergi terhadap mangga?” lawan bicaranya berkata.

“Terus kenapa?” Samara tidak mengerti.

Apa hubungannya dengan dia kalau Clara alergi atau tidak.

“Orang dari keluarga Qin semuanya alergi terhadap mangga, bahkan ada yang mempunyai reaksi alergi yang parah. Masalah alergi ini, apabila tidak ditolong tepat waktu akan menyebabkan kematian. Aku dengar Clara seperti ibunya, mempunyai alergi berat terhadap mangga.”

“Maksudmu adalah…..” Samara terlihat seperti mengerti dan mematikan teleponnya.

Ia menyimpan ponselnya, kemudian berjalan memasuki tempat acara.

Di tempat acara terdapat banyak orang dari media massa, jadi kelihatan lebih ramai dan kacau.

Samara sembarangan mencari salah satu aktor massa yang sedang bertugas dan memberinya sebuah amplop surat yang tebal. Kemudian, berbisik di telinganya.

“Apakah bisa melakukannya dengan baik?”

Aktor massa wanita tersebut memegangi amplop surat di dalam kantongnya sambil menganggukkan kepala.

Setelah itu, mereka berdua berpisah dan kembali ke tempat masing-masing.

Sebenarnya dia bukan seseorang yang memiliki topik pembicaraan, seorang pemeran wanita ketiga sebagai staff pemain posisinya tidaklah begitu penting.

Akan tetapi dia terus berada di sekitar sutradara dan beberapa pemeran utama dan ikut tertawa bersama.

Setidaknya dia juga bisa ikut masuk dalam kamera saat wartawan sedang mengambil gambar.

Semua orang berkumpul menjadi satu, berbincang-bincang dan bersenda gurau.

Dan tidak ada satupun yang menyadari seorang aktor massa wanita yang memiliki paras wajah yang umum berjalan menuju area minuman, dari lengan bajunya ia mengeluarkan sebuah mangga dan menggigiti kulitnya hingga terbuka, kemudian ia memeras jus mangganya dan dimasukkan ke dalam beberapa gelas minuman.

Di dalam gelas minuman tersebut terdapat sampanye berwarna merah, setelah dicampur dengan jus mangga juga tidak terlihat ada yang berbeda.

Kemudian, wanita tersebut melihat seorang pelayan yang sedang berjalan ke arahnya, lalu ia berkata, “Halo, bagaimana cara kamu bekerja, apakah kamu tidak melihat bahwa nona Clara dan nona Samara tidak memiliki minuman, cepat antarkan untuk mereka.”

“Oh, baik.”

Pelayan mengira dia adalah asisten dari salah satu aktor, dia bersikap menghormatinya dan membawa baki berisi minuman berjalan menuju tempat Clara dan yang lainnya berada.

Di sisi lain, Clara sedang berbicara dengan seseorang dari media massa, dari belakang datang seseorang yang dengan tiba-tiba menepuk bahunya. Ia merasa sakit dan menoleh ke belakang, ternyata itu adalah Tamtam Qin dengan tersenyum berdiri di belakangnya.

“Mengapa kamu datang? Bagaimana kamu bisa masuk?”

Clara bertanya dengan sedikit terkejut.

“Aku punya banyak jalan. Karena tahu kamu hari ini sudah menyelesaikan filmmu, makanya ikut kesini untuk bersenang-senang. Tunggu acaranya sudah selesai, ayo pulang bersama, ibu sudah menyiapkan makanan yang kamu sukai.”

“Ok.” Clara menganggukkan kepala.

Saat ini, staf pemain pemeran pria nomor dua berjalan kemari, dengan hormat menyapanya dengan sebutan guru Santoso, Clara dengan sopan berbincang dengannya.

Tamtam masih berdiri di satu sisi, dan memilih beberapa makanan kecil untuk dimakan.

Clara sedang berbicara dengan pemeran pria nomor dua dan Samara juga ikut bergabung.

Melanie takut Clara akan dirugikan, sehingga ia juga ikut bergabung.

Kemudian seorang pelayan pria berjalan kemari dan Samara memanggilnya, ia mengambil dua gelas anggur dari baki dan memberikan salah satunya kepada pemeran pria nomor dua tersebut.

Samara tidak memberikannya kepada Clara untuk berjaga-jaga agar ia tidak dicurigai nantinya.

Clara sedikit merapatkan bibirnya dengan datar melihat apa yang akan dilakukannya.

“Apakah kak Clara tidak minum?”

Samara bertanya kepadanya.

Clara mengangkat bahunya dan tidak ada maksud untuk mengambil segelas anggur.

Ia hanya menyaksikan permainan apa yang akan dilakukan Samara namun tidak ada maksud untuk ikut serta di dalamnya.

Pelayan tersebut masih berdiri disana tidak tahu apakah harus pergi atau tetap berada di sana.

Walaupun suasananya tidak tegang, namun kondisinya berubah menjadi sedikit tidak enak, saat ini Tamtam tiba-tiba datang dan mengulurkan tangannya mengambil segelas anggur dari baki yang di bawa pelayan tersebut kemudian langsung meminumnya.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu