Suami Misterius - Bab 321 Orang Terdekat Dan Orang Tercinta

Keesokan hariya adalah acara penghargaan, Clara hadir dengan berpakaian cukup megah.

Luna menyiapkan cheongsam merah untuknya, cheongsam dengan bagian leher yang tinggi, dan aksen kancing yang halus dan indah, memancarkan aura kecantikan wanita. Warna mawar merah sangar cocok dengan warna kulit Clara, karena memperlihatkan kulit seputih gioknya.

Di mobil pengasuh, Luna bertanya dengan suara rendah,”Perihal Ratu perfilman, apa kamu sudah mengatakannya kepada Tuan Muda Sutedja?”

“Harusnya, tidak masalah.” kata Clara.

“Apa maksudmu harusnya?” Luna terkejut. Apa Tuan Muda Sutedja tidak bisa diandalkan?

“Kakak Luna, kita curang seperti ini, apa itu baik?” Clara merasa tetap tidak enak hati dan bersalah.

“Kamu ini terlalu baik deh. Kamu kira ini ujian nasional SMA apa, sehingga tidak mengijinkan untuk memalsukan sesuatu. Yang berpura-pura kaya dan bermartabat dalam lingkaran ini lebih banyak daripada kelihatannya. Kalau tidak, mana mungkin ada banyak sekali para pemula yang tiba-tiba melejit dan terkenal begitu saja.” kata Luna emosi dan begitu galak.

“....” Clara dimarahi lagi.

Mobil pengasuh tiba di tempat acara penghargaan.

Clara menapakkan kaki di karpet merah, lampu yang berkilauan dan tatapan mata yang ramai terus mengikutinya sampai masuk ke gedung acara.

Nominasi artis terbaik diumumkan di bagian akhir acara. Clara sampai hampir tertidur menunggu pengumumannya, hingga sorang tamu VIP dalam acara penghargaan ini membacakan nama Clara.

Clara baru tersadar, dia pun melepaskan hiasan mahkota di belakang layar.

Setelah terkejut sejenak, Clara pun menata suasana hatinya dan berdiri dengan begitu anggunnya lalu berjalan naik ke atas panggung.

Lampu sorot dan kamera semuanya mengikutinya. Pada saat ini, puluhan ribuan mata benar-benar tertuju padanya dan dia menjadi perhatian semua orang..

Clara berdiri di podium pengambilan piala. Lalu mengambil piala emas dari tangan tamu VIP pembaca nominasi. Kemudian, dia pun berhadapan dengan para penonton di bawah panggung dan membacakan pidato syukur karena telah mendapatkan piala.

Skrip dari pidato syukur ini dibuat oleh Luna. Clara hanya bertanggung jawab untuk membacanya. Kata-katanya begitu umum dan resmi.

Terima kasih kepada sutradara Guo dan para kru yang ikut bekerja. kalianlah yang memberikanku kesempatan kali ini. Piala ini adalah hasil dari kerja keras kita bersama dan lain-lain.

Hanya satu kalimat terakhir yang dibuat sendiri oleh Clara.

Clara berkata, “Terakhir, terima kasih orang terdekat dan orang tercintaku. Terima kasih kalian selalu berada di sampingku dan memberikanku kekuatan dan dukungan yang besar. Aku mencintai kalian.”

Kata ‘Orang tercinta’ yang diucapkan Clara sangat menarik perhatian penonton di acara itu. Siapa yang tidak tahu kalau pria di belakang Clara adalah Tuan Muda Sutedja.

Seperti dugaan, topik utama di halaman depan koran dan majalah besoknya pasti akan meledak lagi. Clara ratu perfilman baru telah menunjukan cintanya ke pacar pebisnisnya yang kara raya ke publik dalam acara penghargaan. Tema berita yang sangat hot dan meledak.

Luna yang duduk di bawah panggung pun jadi pusing melihatnya.

Setelah acara penghargaan itu selesai, malamnya Clara menjadi kabar terpanas di weibo. Gambarnya piala emas penghargaan perfilman, dipadukan dengan satu kalimat yaitu 'menemaniku tumbuh dewasa'.

Maksud yang terkandung di dalamnya adalah, piala emas penghargaan X ini menjadi bukti perjalanan Clara tumbuh dewasa sebagai seorang artis.

Tapi kenyataannya, orang yang menemaninya sepanjang jalan itu adalah Rudy. Rudy yang menemaninya dari seseorang yang masih baru alias pemula selangkah demi selangkah berubah jadi dewasa. Melindungi dengan begitu perhatian dan menunggunya dengan sabar untuk beranjak dewasa.

Menunggu adalah pengungkapan cinta yang terlama dan teromantis.

Setelah membaca berita Weibo malam itu, Rudy pun tersenyum bahagia.

....

Keesokan harinya setelah acara penghargaan, Clara mendapat telepon dari Yanto.

Di telepon itu, nada bicara Yanto begitu lembut tidak seperti biasanya. Dan mengatakan kata-kata yang tidak pernah diucapkannya sebelumnya, yaitu mengatakan beberapa kata untuk mendukung dan menyemangati Clara.

Bisa dilihat dengan mudah, setelah Clara ditetapkan menjadi ratu perfilman. Itu cukup membuat Yanto sangat bangga.

Punya seorang anak perempuan yang bermain dalam film atau drama, itu bukanlah hal yang terlalu penting untuk dipamerkan. Tapi harga dan martabat seorang ayah dari ratu perfilman itu pasti sudah berbeda.

Terlebih lagi, di pidato yang diucapkan Clara, dia sengaja menyebutkan kata orang terdekat yang merujuk pada keluarga.

Sebenarnya, orang terdekat dan orang tercinta yang dimaksud Clara merujuk pada Wilson dan Rudy. Tapi Yanto salah paham akan hal itu.

Yanto meminta Clara pulang dan makan bersama keluarga dengan nada bicara yang begitu ramah. Clara menangani hal ini dengan asal-asalan. Setelah dari tadi sibuk sampai malam hari, barulah Clara pulang ke rumah Keluarga Santoso dengan mengendarai mobilnya.

Biasanya ketika dia sampai di rumah Keluarga Santoso, yang menyambutnya adalah Wulan.

Hari ini ternyata diganti dengan seseorang yang wajahnya asing bagi Clara.

“Nona besar sudah pulang. Cepat silahkan masuk.” Wanita itu membungkuk memberi hormat ke Clara sambil memberikan sepasang sandal merah muda di kaki Clara.

Clara pun memandanginya, kelihatannya berumur tiga puluh tahun. Tidak terlalu cantik tapi punya wajah yang cukup memikat. Dia mengenakan rok kain yang terlihat sudah lama. Roknya sedikit kebesaran sehingga memperlihatkan begitu kurusnya dia seolah dengan mudah bisa tertiup oleh angin saja.

Tapi Clara tahu, wanita ini bukanlah wanita yang lemah dan sesederhana kelihatannya. Kalau tdak, dia tidak mungkin bisa sampai mengesampingkan Wulan dan berlari ke teras depan untuk menawarkan keramahannya.

Clara mengangguk hanya sebagai sopan santun lalu dia mengganti sepatunya dan masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu hanya ada Nenek Santoso dan Yanto. Rina dan kedua anaknya tidak ada di sana.

Yanto tidak banyak bicara dan Nenek Santoso cukup ramah terhadap Clara.

“Clara sudah pulang ya.” Nenek Santoso mengulurkan tangannya dan menarik Clara ke sampingnya. Lalu dia mengenalkan wanita tadi, “Kalian sudah ketemu kan tadi. Clara, ini adalah bibimu. Dia dari rumah tua yang dulu, dan dia datang belum lama di sini.”

Clara tekejut, dia pun memandangi wanita asing di depannya dengan curiga. Bibi? Mana ada bibi yang tidak pernah dikenalnya tiba-tiba muncul begitu saja.

Nenek Santoso juga menjelaskan, “ Wini, adalah anak dari adik sepupu jauhku. Kehidupan di rumah lama sangat tidak baik. Jadi aku memintanya datang ke sini untuk merawat dan menjagaku. Walaupun merupakan kerabat yang hubungan darahnya sudah sangat jauh tapi ibunya sebelum meninggal, sangat baik sekali kepadaku. Jadi kalian generasi-generasi muda ini jangan sampai mengasingkannya.”

“Bibi.” Sapa Clara begitu sopan.

Begitu melihat Wini, langsung tahu kalau dia adalah wanita yang cerdas dan licik. Setelah memuji Clara, dia pun pergi ke dapur untuk bantu-bantu.

“Nenek, ayah, aku ke atas dulu mau ganti baju. Setelah itu, turun lagi untuk makan bersama kalian.” Selesai bicara, Clara mengirim tatapan matanya kepada Wulan mengisyaratkan untuk segera ikut naik ke atas.

Clara baru masuk ke kamar, Wulan pun mengikutinya dari belakang.

Wulan mengeluarkan satu stel baju rumah dari lemari dan menyerahkannya kepada Clara. Clara ganti baju sambil mendengarkan Wulan bercerita mengenai Keluarga Santoso dalam satu bulan ini.

Selama satu bulan ini, Keluarga Santoso benar-benar cukup ramai dan berisik.

“Tidak lama setelah kamu pergi, keluarga Maramis datang langsung ke sini untuk minta maaf. Sedangkan Vito benar-benar bukan anak yang baik, dia tidak mengucapkan satu kalimat minta maaf pun dan malah mengeluh kalau Ester adalah anak yang tidak perhatian dan dewasa. Nenek Santoso pun akhirnya marah sekali dan mengusir keluarga Maramis.

Lalu kebetulan sekali, orang-orang dari keluarga Liu datang di hari yang sama untuk melamar.

Nona Ester sedang dalam masa perceraian, setiap harinya wajahnya selalu cemberut dan berkerut dan kondisinya depresi. Sedangkan Nona Elaine malah sangat bahagia menyiapkan pernikahannya. Pasangan yang akan dinikahinya adalah pria yang awalnya dikenalkan untuk Nona Ester. Karena ini, Nenek Santoso pun emosi dan jatuh sakit. Nenek Santoso masuk dan menginap di rumah sakit selama satu minggu lebih. Setelah keluar dari rumah sakit, dia beralasan kalau dia butuh orang untuk merawatnya maka dari itu dia membawa Wini datang ke sini.

Dia bilang kalau Wini adalah anak perempuan dari kerabat jauhnya. Beberapa tahun lalu suaminya meninggal dan dia tidak punya anak. Seorang diri kasian di rumah tua itu. Jadi Nenek Santoso merasa ini waktu tepat sekali untuk mengajak Wini ke sini untuk menemaninnya.”

Selesai mendengar ini, Clara tidak bisa menahan diri tersenyum kecut.

“Ternyata yang tua masih saja memang yang paling licik dan ganas. Jika Nenek Santoso ingin ada seseorang yang merawatnya. Rina sebagai nyonya di rumah ini bisa sangat muda mengusirnya. Sedangkan Wini yang datang kemari dengan menggunakan cara bergantung kepada kerabat dekat maka tidak akan mungkin semudah itu diusir. Terlebih lagi Wini datang kesini untuk menjaga Nenek Santoso. Dia juga bisa dibilang tidak makan dan tinggal di sini gratis.

Setelah Wini datang ke sini, pasti rumah ini jadi semakin ramai dan berisik ya.”

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu