Suami Misterius - Bab 993 Merubah Yang Palsu Menjadi Asli

“Apa katamu?” Clara hanya melihat bibir Tamtam bergerak, tetapi tidak mendengarkan suara, jadi Clara bertanya dengan bingung.

"Tidak ada." Tamtam berkata dengan acuh tak acuh, kemudian menoleh dan menatap Clara, "Apakah kamu akan pulang dan berbicara dengan suamimu tentang masalah "penceraian"."

“Um.” Clara menghela nafas.

"Perlukah aku mengantarmu?" Tamtam berkata lagi.

“Tidak perlu, aku bisa menggunakan aplikasi taksi.” Clara mengeluarkan ponselnya dan memanggil sebuah taksi online. Lalu, masuk lift turun ke bawah.

Saat Clara kembali ke apartemen, Rudy tidak ada di rumah.

Jika Rudy pergi ke unit departemen, maka paling cepat, kembalinya saat sebelum makan malam.

Clara makan sup ayam yang dimasak oleh Sus Rani dan merasa sedikit mengantuk. Kemudian Clara tidur dengan sangat nyenyak di siang hari. Saat bangun, Rudy sudah kembali.

Rudy duduk di samping tempat tidur, mengenakan pakaian santai yang berwarna putih. Cahaya matahari sore masuk ke dalam melalui jendela dan Rudy bermandikan cahaya matahari, tampak sangat lembut dan tenang.

Rudy sedang membaca buku dan gerakan membalik halaman buku dengan jari-jarinya yang panjang tampak begitu elegan.

Melihat Clara sudah bangun, Rudy sedikit melengkungkan bibirnya, tersenyum sambil meletakkan buku, kemudian meggulurkan tangan dan menggosok kepala Clara. "Sudah bangun?"

“Um.” Clara menggosok matanya, kemudian bangkit dari tempat tidur dan duduk, lalu bersandar di lengan Rudy.

“Hari ini begitu cepat kembali?” Clara bertanya.

“Aku tidak pergi ke unit, tetapi pergi mengurusi beberapa hal yang lain,” Rudy menjawab.

“Hal apa?” Clara bertanya.

“Kasus Su Loran sudah ditutup, percobaan penculikan dan pembunuhan dihukum 15 tahun penjara,” Rudy menjawab.

“Oh, bagus, kedepannya tidak akan pernah melihat orang itu lagi.” Clara menghela nafas dengan ringan dan bertanya lagi, “Bagaimana dengan Ahmed?”

"Kasus Ahmed masih dalam penyelidikan. Karena melibatkan banyak hal, jadi tidak akan selesai dalam waktu cepat. Jika kasus ini selesai, hukumannya mungkin akan lebih berat daripada Su Loran," Rudy menjawab.

“Salah sendiri.” Clara hanya punya satu komentar terhadap Ahmed.

Rudy tersenyum, tersenyum dengan acuh tak acuh.

Clara membenamkan dirinya di dada Rudy, sangat diam, tidak tahu apa yang ada di pikiran Clara.

“Ada apa?” Rudy bertanya.

“Rudy, aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu.” Clara mengangkat dagunya dan menatap Rudy dengan mata cerah yang indah.

Rudy memejamkan mata, kemudian menatap Clara dengan tatapan hangat sambil menunggu perkataan selanjutnya dengan sabar.

“Rudy, bisakah kita, bercerai?” Clara berkata dengan ragu-ragu.

Setelah Rudy mendengarkan, matanya yang hangat menjadi serius. "Clara, jangan bercanda."

“Aku tidak bercanda.” Clara mengerutkan bibir merahnya, dengan tatapan serius. "Bagaimana jika aku tidak bercerai dan kemudian membuat pamanku marah besar."

“Apakah kamu tidak takut bahwa aku akan sedih?” Rudy mengangkat alisnya sedikit dan berkata dengan setengah bercanda dan setengah serius.

Clara mengangkat pipi Rudy dengan kedua tangan dan berkata sambil tersenyum, "Suamiku tidak begitu lemah."

Rudy memegang tangan Clara dan meletakkannya di perut yang membuncit, "Selama kehamilan tidak boleh bercerai."

“Kamu pikir aku ini buta hukum.” Telapak tangan Clara membelai perutnya dengan lembut dan mengangkat dagunya, “Selama kehamilan, kamu tidak boleh menceraikanku, tapi aku bisa menceraikanmu.”

Rudy mengulurkan tangan dan memegang dahinya dengan sangat tidak berdaya, "Clara, perceraian bukanlah sebuah lelucon."

“Aku tahu.” Clara mengangguk, “Tapi kondisi kesehatan pamanku juga bukan sebuah lelucon.”

“Jadi?” Rudy mengangkat alisnya. Bukankan ini mengharuskan Clara memilih antara dirinya dengan Ezra?

"Jadi, mari kita berpura-pura bercerai," Clara berkata.

"Perceraian bahkan dibedakan antara asli dan palsu?"

"Bagaimanapun juga, berikan saja sertifikat perceraian kepada pamanku, dia juga tidak akan bisa membedakan asli dan palsu." Clara berkata.

“Apakah kamu pikir Paman begitu mudah dibodohi?” Rudy sedikit pasrah dan tidak tahu harus bagaimana.

Ezra menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai pejabat, bagaimana dirinya bisa dibodohi dengan begitu mudah. Benar-benar tidak tahu siapa yang memberi ide buruk ini kepada Clara.

"Suamiku, apakah besok kamu ada waktu? Segeralah selesaikan masalah ini, agar pamanku bisa merasa tenang." Clara berkata sambil mengayunkan tangan Rudy dengan ringan.

Rudy: "..."

“Jika kamu tidak berbicara, maka aku anggap kamu menyetujuinya.” Clara mencondongkan tubuh ke depan dan mengecup sudut bibir Rudy, kemudian bangkit dari tempat tidur dengan gembira, “Apakah sudah waktunya menjemput Wilson kembali dari sekolah? Aku akan pergi menjemputnya bersamamu. "

"Sus Rani sudah pergi menjemputnya," Rudy berkata.

Begitu Rudy selesai bicara, dari arah koridor sudah terdengar suara langkah dongdongdong, kemudian suara ketukan pintu kamar dan dari luar pintu terdengar suara Wilson.

"Ibu, ayah, bolehkah aku masuk?"

Clara berjalan mendekat dan membuka pintu, kemudian menggandeng tangan Wilson dan membawanya ke kamar anak-anak.

Rudy ditinggalkan di sana dan tampak sedikit sakit kepala.

...

Pada hari ketiga, Rudy menemani Clara pergi ke rumah sakit.

Clara berdiri di depan tempat tidur Ezra dan dengan sangat serius menjamin, "Paman, kami telah mendiskusikannya, kami akan pergi ke Biro Urusan Sipil untuk mengurus perceraian. Kami pasti akan meletakkan sertifikat perceraian di depanmu sebelum makan siang."

Ezra mengangguk puas, kemudian mengangkat kelopak matanya dan menatap Rudy, "Jangan salahkan aku, Tuan Muda Sunarya, seseorang jika sudah berusia pasti berharap anak-anaknya aman sentosa."

"Aku mengerti," Rudy berkata dengan nada stabil.

Ezra menasehati lagi Clara: "Tuan Muda Sunarya adalah orang yang baik, jadi jangan berdebat tentang properti. Manusia hidup hanya memerlukan makanan, pakaian, rumah dan transportasi. Uang terlalu banyak juga tidak bisa dihabiskan, itu hanyalah sebuah angka."

Clara mengangguk, dalam hatinya berpikir: Betapa bagusnya kalau saja keluarga Sunarya memiliki kesadaran seperti pamannya.

Setelah selesai berbicara, Ezra menginstruksikan Tamtam, "Biarkan Pak Li pergi bersama kalian."

Pak Li adalah sopir Ezra dan bisa dianggap sebagai orang kepercayaannya.

"Paman, kami membawa mobil sendiri kemari, tidak perlu merepotkan Paman Li untuk mengantar kami."

"Biarkan Pak Li mengikuti kalian. Setengah tahun yang lalu, dia baru saja bercerai dan dia memiliki pemahaman yang lebih baik tentang prosesnya." Ezra selesai bicara, kemudian melambaikan tangan pada mereka, setelah itu, berbaring di tempat tidur. Ini jelas-jelas terlihat tidak ingin lagi membahas topik ini.

Clara: "..."

Clara berbalik dan melihat Tamtam,kemudian mengedip mata padanya terus-menerus.

Tamtam menutupi mata dengan tangannya, tampak bingung dan tak berdaya. Tamtam juga tidak menyangka bahwa orang tuanya akan mencari seseorang untuk menatap Rudy dan Clara saat ingin pergi ke Biro Urusan Sipil.

Sejak kapan IQ orang tua keluarganya meningkat seperti ini?

"Apa yang masih kalian lakukan di sini? Pak Li sudah menunggu kalian di lantai bawah. Cepatlah pergi. Jika pagi ini bisa diselesaikan, maka waktu makan siang tidak akan terganggu," Ezra mendesak.

Clara: "..."

“Ayo pergi, jangan berlambat-lambat.” Rudy meletakkan lengannya di pinggang Clara dan antara senyum dan tidak senyum berkata.

Clara: "..."

Mengapa Clara tampak merasa masalah ini akan sulit dilaksanakan, tidak tahu apakah menyesalinya saat ini sudah terlambat atau belum. Bukankah sudah sepakat ini hanya perceraian palsu, atau ingin merubah yang palsu menjadi asli?

Clara mengikuti Rudy keluar dari bangsal, kemudian berjalan ke lift dan perlahan-lahan berjalan keluar dari gerbang rumah sakit.

Mobil Ezra berhenti di pintu depan rumah sakit. Sopir Pak Li sudah berdiri di samping pintu mobil dan dengan antusias membuka pintu untuk mereka.

“Paman Li, aku ini pergi menjalani prosedur perceraian, mengapa kamu terlihat begitu bahagia?” Clara berkata dengan kepala menunduk.

"Setelah kalian menyelesaikan prosedur, Pak Ezra akan keluar dari rumah sakit. Tidakkah aku bahagia?" Pak Li tersenyum dengan polos.

Clara: "..."

Senyum begitu manis, bisakah mempertimbangkan sedikit perasaan orang lain?

“Paman Li, aku dengar dari pamanku, kamu baru saja bercerai setengah tahun yang lalu.” Clara juga menanyakan sebuah pertanyaan yang menyayat hati.

Saling menyakiti, semuanya baru merasa seimbang.

Akibatnya, Pak Li masih tersenyum dan menjawab: "Oh, aku terlalu ceboroh saat itu, sudah bukan pasangan muda lagi, masing-masing tidak bisa saling melepaskan. Jadi, kami menikah lagi bulan lalu."

Clara: "..."

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu