Suami Misterius - Bab 59 Pangeran Belum Tentu Bisa di Andalkan

Syuting Film Putri Duyung ini, kurang lebih selama enam bulan mulai dari episode awal sampai episode terakhir.

Ketika kru bubar, Clara masih sedikit kesal.

Namun, di bawah atap langit ini tidak ada jamuan yang tidak berakhir, jika terpisah untuk waktu yang lama, akan bergabung untuk waktu yang lama juga, dan jika terpisah maka akan terbagi, Clara juga berpikir sedemikian terbuka.

Setelah Clara meninggalkan kru, dia menyuruh Melanie untuk mengirim kopernya ke rumah, kemudian pergi ke rumah sakit sendirian.

Didalam kamar pasien.

Evi sedang duduk berjemur di depan jendela, air wajahnya terlihat jauh lebih baik dari beberapa waktu lalu. Tapi, dokter sudah mengingatkan Clara, perawatan Evi sekarang hanya menyembuhkan sementara waktu, bukan untuk permanen, dokter berharap Clara dapat membujuk Evi untuk segera operasi.

“Ibu.” Clara mendorong pintu dan berjalan masuk, dia memegang setumpuk buku tebal di tangannya.

Wajah Evi yang seperti tidak bernyawa, berubah menjadi senyum hangat ketika melihat Clara. “Tidak tahu apa yang kamu sibukkan dari pagi sampai malam, sudah enam bulan tidak kelihatan batang hidungmu. Aku rasa suatu hari nanti ketika aku mati, mungkin kamu tidak akan keburu melihat ku untuk terakhir kalinya.”

“Ibu, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang buruk seperti itu.” Clara berjalan ke samping Evin, dengan hati-hati memapahnya kembali ke Kasur.

“Akhir-akhir ini pekerjaan di stasiun TV sibuk, aku benar-benar tidak punya waktu luang.” Clara menjawab dengan asal.

Evi masih terus berpikir dia masih magang di stasiun TV, Clara juga tidak ingin membuatnya khawatir. Terkadang, berkata bohong juga diperlukan.

Evi duduk duduk bersandar diatas kasur, melihat ke samping, dia melihat meja di samping tempat tidurnya penuh dengan buku, yang semuanya baru saja Clara pindahkan.

Tangannya mengambil sebuah buku, yang ternyata adalah kisah dongeng.

“Kamu membawa ini kemari untuk apa? Untuk membujuk Ibumu seperti membujuk anak kecil ya.”Evi tersenyum tipis.

Clara duduk di pinggir kasur, kepalanya perlahan dengan lembut diletakkan di atas paha Ibunya, satu tangannya mengelus pipinya. “Ibu, Anda sudah tidak ingat ya, semua ini adalah buku yang Anda bacakan untukku ketika aku kecil. Aku sengaja meminta Bibi Wulan untuk mengeluarkannya dari gudang.”

“Ngapain membuka ini lagi. Kamu ini, senang melempar dan pergi. Kamu sudah dewasa, masih mau Ibu bacakan dongeng.” Tangan Evi membelai lembut rambut Panjang anak perempuannya, seperti ketika masih kecil dulu.

“Bahkan sampai usiaku 80 tahun, dihadapan Ibu, aku juga tetap seorang anak kecil.” Clara berkata manja dengan senyum di wajahnya. Dan membuka buku dongeng lain, kemudian diletakkan ke tangan Evi.

“Ibu, Aku masih mau mendengar Anda menceritakan untukku sebuah kisah.”

Clara berbaring diatas tubuh Evi, sepasang matanya yang cerah berkedip, wajahnya terlihat menunggu.

Evi terkekeh tak berdaya, meraih buku itu, kemudian menceritakan kepada Clara sama seperti ketika dia masih kecil. “Dahulu kala, ada seorang gadis kecil yang Ibunya sakit keras, tidak lama kemudian Ibunya meninggal. Ayahnya gadis kecil itu menikahi seorang istri baru, yang membawa dua orang anak perempuan. Ibu tiri memaksa gadis itu untuk bekerja sepanjang hari..”

Clara yang berbaring diatas tubuh Ibunya, merasa mengantuk mendengarkan suara Ibunya yang merdu.

Berangan-angan, seolah kembali lagi ke masa kecil dulu, dia senang tinggal didalam pelukan Ibunya, sambil mendengar Ibunya bercerita, sambil tertidur.

“Sejak saat itu, Pangeran dan Cinderella menjalani kehidupan yang Bahagia bersama…” Setelah Evi selesai menceritakan sebuah buku tentang Cinderella, perlahan-lahan menutup buku.

Clara mengangkat dagunya dan bibirnya yang sedikit memerah.

"Pangeran dan Cinderella sejak saat itu menjalani kehidupan yang bahagia. Kedengarannya sangat indah, tidak heran setiap gadis ingin menjadi Cinderella." Clara menghela nafas.

Evi tersenyum sedikit, mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Clara, "Ya, karena Cinderella dapat bertemu dengan sang pangeran.

“Apa bagusnya bertemu dengan seorang pangeran, pangeran juga belum tentu seorang yang baik.” Clara mengambil buku dongeng itu, kemudian membolak-balikan setiap halaman, sambil terus berkata, “Berjalan bersama di altar pernikahan adalah akhirnya. Mengapa tidak menuliskan tentang kehidupan Cinderella dan pangeran setelah menikah, mungkin setelah hidup bersama selama dua tahun, merasakan bahwa pandangan dan nilai-nilai diantara keduanya terhadap dunia itu berbeda, kemudian bercerai.”

“Anak ini, berpikiran sembarangan saja.” Evi tidak dapat menahan tawanya, sambil menyentil dahi Clara dengan jarinya.

Clara menjulurkan tangannya dan mengelus dahinya yang sakit karena disentil, kemudian mengeluh, “Pokoknya, aku tidak mau menjadi Cinderella.”

“Kenapa?” Evi bertanya.

“Pangeran belum tentu orang yang bisa diandalkan, apalagi, Cinderella tidak ada Ibu, hidup dibawah kelopak mata Ibu tiri, kasihan sekali.” Clara mengerjapkan sepasang mata besarnya yang berair, sambil berkata dengan menyedihkan.

Senyum lembut di wajah Evi menghilang sedikit, dan wajahnya menjadi pucat. "Apakah Rina mempersulit kamu? Jika kamu tidak bahagia dalam keluarga itu, pindahlah. Untungnya, kamu sekarang sudah dewasa."

Clara meraih tangan Ibunya dan memegangnya dengan erat, "Tidak! Itu adalah rumahku, rumah yang ditinggalkan kakek untuk kita, seharusnya mereka yang pindah. Bu, ketika sakit Anda sudah membaik, aku akan menjemput Anda pulang ke rumah, mau ya?”

“Em.” Evi menganggukkan kepala sambil tersenyum.

“Bu, kata dokter, selama Anda telah menjalankan prosedur operasi, penyakit Anda akan segera membaik."

Evi menatapnya, matanya hangat, tapi dia terdiam untuk beberapa saat.

Clara berbicara berputar-putar, dengan tujuan hanya ingin dia menjalani operasi.

Evi tidak bisa menahan untuk tidak menghela nafas. Sudah dikatakan bahwa kesepian lebih berbahaya daripada kematian jantung, seperti hari ini, baginya, benar-benar tidak ada banyak perbedaan antara hidup dan mati. Oleh karena itu, Evi tidak ingin pergi ke meja operasi untuk menderita.

Namun, gadis kecilnya, putrinya, adalah satu-satunya yang tidak bisa dia lepaskan.

“Mengenai operasi, Aku akan dengan serius mempertimbangkannya." Kata Evi, kemudian dia berguling rebahan di tempat tidur, "Aku sedikit lelah, Clara, pulanglah dulu."

“Em.” Clara menganggukkan kepalanya, dan tidak bertanya lebih lanjut lagi. Dia tahu bahwa tergesa-gesa bukanlah hal yang berguna.

Dia dengan hati-hati menyelimuti Ibunya, kemudian berjalan keluar dari kamar pasien dengan tenang.

Setelah meninggalkan rumah sakit, Clara langsung menyetir mobil ke Jalan Gatot Subroto.

Dia terus syuting bersama dengan kru film, sudah hampir dua bulan tidak melihat Wilson, dalam video terakhir, Sus Rani mengatakan bahwa Wilson sudah naik ke mana-mana.

Setelah memasuki perumahan, belok kiri, berjalan sampai ujung, kemudian Clara mematikan mesin mobilnya tepat didepan pintu gedung.

Dia baru saja membuka sabuk pengamannya, hendak turun dari mobil, tiba-tiba ponselnya berdering.

Dia membuka pintu dengan satu tangan, tangannya yang lain dimasukkan ke dalam tasnya, mengambil dan membuka ponselnya, kemudian meletakkannya di telinganya untuk mendengarkan.

“Clara, kamu bergegas ke bandara sekarang, pesawat satu jam lagi akan lepas landas,” Dari ujung lain, terdengar suara Luna berkata dengan panik.

“Pergi ke bandara? Ada apa?” Clara bertanya dengan bingung.

“Aku sudah tidak sempat untuk menjelaskan kepadamu, kamu segera bergegas, jangan menunda semenitpun!” Luna memberinya ultimatum.

Setelah menutup telepon, Clara mendongak dan menatap jendela dengan tirai warna biru langit setengah tertutup, pada saat ini, si kecil seharusnya sedang tidur siang.

Setelah berdiri sebentar di lantai bawah, Clara menyalakan mesin mobil dan melaju ke arah bandara.

Setelah dia tiba di bandara, Luna tidak mengatakan apa-apa, dan sebuah tiket dimasukkan di tangannya.

“ Kota Film ?”Wajah Clara terlihat kebingungan.

“Pergi bertemu Reine.”Jawab Luna.

“Tapi, aku tidak menyiapkan apa-apa.” Clara datang sendiri, Hotel Hilton, pasti tidak akan kembali hari itu juga, dia bahkan tidak menyiapkan pakaian ganti dan kebutuhan sehari-hari.

“Aku sudah memberi tahu Melanie untuk menyiapkan kopermu, dan dia akan segera datang,” Luna berkata lagi.

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu