Suami Misterius - Bab 659 Aroma Rencana Licik

Dalam menghadapi tindakan interogasi Rahma terhadap dirinya, Rudy hanya tersenyum sinis, senyumannya terkesan dingin.

“Rahma, kamu terlahir di empat keluarga besar, mengenai aturan sosial berdasarkan kedudukan kita, masih perlu aku yang mengajari kamu ya?

Kamu bertunangan denganku, juga bukan karena mencintaiku.

Masalah cinta, memang cenderung tergantung takdir.

Seandainya tidak ada nasib untuk menemukannya, tidak ada salahnya juga untuk mencari seorang wanita yang serasi dalam menjalani hidup pernikahan.

Ini alasan pertama untuk pertunangan kita.”

“Kalau Clara ?

Apa alasan kamu menikah dengannya ?

Demi anak ?”

“Karena aku jatuh cinta padanya.”

Nada bicara Rudy sangat wajar.

Sifat Rudy selalu terus terang, tentu saja tidak perlu mengelabui perasaan sendiri.

Rahma tidak dapat menahan untuk tersenyum sinis setelah mendengarnya, suara tertawanya sangat menyindir.

“Rudy, kalau begitu aku malah harus bersyukur karena tidak menikah denganmu.

Jika tidak, apabila kamu menemukan cinta sejati setelah menikah, aku harus menahan amarah dan mengundurkan diri untuk Clara, aku hanya akan semakin sengsara.”

Rudy sedikit memejamkan matanya, tatapannya semakin dingin, lalu mengulurkan tangan untuk mengambil kotak rokok di atas meja.

“Seandainya sebagai lelaki yang telah berumah tangga, aku akan mengendali perasaan sendiri, tidak akan selingkuh.

Apalagi dengan sifat Clara, juga tidak mungkin mau menjadi wanita simpanan.

Akan tetapi, tidak ada gunanya juga membahas ini.

Kita tidak menikah, malahan membatalkan pernikahan.

Sekarang, istriku adalah Clara.”

Rudy tetap akan menjadi suami yang bertanggung jawab, dan tidak akan selingkuh.

Hal satu-satunya yang berbeda adalah dia menikahi wanita yang dicintainya.

Seperti yang dikatakan oleh Rahma, sangat patut disyukuri.

Reaksi wajah Rahma berubah langsung, kesannya sangat suram.

Rahma berusaha menahan emosional sendiri agar tidak hilang kendali.

“Bagaimana dengan Bobo ?”

Rahma bertanya.

Rahma tidak peduli bagaimana hubungan mesra antara Clara dan Rudy, namun Rudy tetap harus bertanggung jawab sebagai seorang ayah.

Tangan Rudy sedang memegang mancis dan menyalakannya, api berwarna biru sedang bergerakan, Rudy menyalakan sebatang rokok dan membuang asap yang tipis, lalu berkata dengan tanpa reaksi :”Bobo bukan anakku.”

“Berdasarkan apa kamu begitu yakin ?

Rudy, meskipun kamu tidak mencintaiku, juga tidak bisa mengelak hubungan darah antara kamu dan Bobo.

Dalam beberapa tahun ini, Bobo mengikuti aku hidup kesusahan di keluarga Rugos, jangan-jangan kamu sama sekali tidak merasa kasihan pada Bobo ya ?

Dia juga anakmu.

Atau karena Clara tidak bisa menerima keberadaan Bobo, makanya kamu tidak mau mengakuinya.

Begitu pentingnya Clara sehingga kamu tidak mau mengakui anak kandung sendiri ?”

Rudy membuang asap rokok, lalu mengerutkan alis sambil menatap Rahma.

Wanita di hadapannya memang terlalu hebat dalam masalah imajinasi.

Tangan Rudy yang menjepit rokok sedang terletak di samping asbak rokok kristal, ujung jarinya sedang mengetuk ringan pada asbak rokok, ruangan yang besar menjadi hening dalam seketika.

Setelah itu, pintu terdorong dari luar, Raymond mendorong pintu dan masuk secara langsung, tangannya masih membawa sebuah dokumen.

Raymond berjalan menghampiri dengan gaya santai, ketika melewati sisi Rahma, dia melirik sekilas, tatapannya penuh dengan kesan sindiran.

Rahma mengerutkan bibir dan merasa sedikit malu, sehingga lanjut berkata :”Kalau kamu sedang sibuk, aku tidak mengganggu lagi.

Tetapi, aku besok tetap akan datang lagi.”

Setelah kepergian Rahma, Raymond tertawa menyindir.

“Kenapa dulu tidak menyadari kalau wanita ini begitu tidak tahu malu, lengket sekali.

Menurutku mendingan tidak perlu menjaga harga dirinya lagi, langsung culik saja orangnya dan buang ke luar negeri, agar tidak memusingkan kepala.

Dengan status dan kedudukan kamu saat ini, gampang saja kalau mau mengurus Rahma.”

Rudy hanya diam dan mengisap rokok, lalu membuang asap rokok sambil menatap ke luar jendela, seolah-olah sedang merenung sesuatu.

“Halo, bos, aku sedang berbicara, setidaknya Anda menjawab juga.”

Raymond mengulurkan tangan dan melambai di hadapan Rudy.

Rudy menarik tatapannya dan membuang abu rokok di ujung jarinya, lalu berkata :”Aku sedang pikir siapa ayah kandung Bobo.”

“Paling juga anak haram dari Rahma dan Santos yang jalang itu.”

Raymond kritik dengan tanpa segan.

“Belum tentu.”

Raymond mengangkat mata dan menatap Raymond :”Seandainya Rahma ingin menimpakan tanggung jawab anak ini kepadaku, dia sudah bisa melakukan ini pada lima tahun yang lalu, tidak perlu menunggu sampai saat ini lagi.

Mungkin saja, Santos bukan ayah kandung Bobo, sedangkan ayah kandung Bobo, sedang diam-diam mengontrol semua masalah ini.”

Meskipun kejadian ini kelihatannya hanya ulah keributan dari Rahma, namun Rudy yang sensitif tetap mencium aroma rencana licik.

“Kamu sedang curiga sama siapa ?”

Raymond bertanya.

Rudy tersenyum sinis dan berkata, “Seluruh kejadian ini kelihatannya sangat membingungkan, namun di dalam kota A, tidak banyak orang yang berani mencari masalah denganku.

Kamu coba selidiki Nalan Vi, Gevin dan Viona Sutedja sedang sibuk apa dalam waktu dekat ini ?”

“Viona Sutedja sedang diawasi oleh departemen sekretaris, tidak mungkin bisa berulah.

Sedangkan Gevin, aku sudah suruh orang mengawasi pencatatan keuangannya di perusahaan Electric Technology, sama sekali tidak ada kejanggalan.”

Raymond berkata.

“Ada wakil CEO yang mengawasi tindakannya, di departemen keuangan juga ada orang yang mengawasinya, tetapi sama sekali tidak menyadari kejanggalan apapun.

Kalau begitu hanya ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama adalah Gevin memang tidak bermasalah.

Kemungkinan keduanya adalah, Gevin terlalu hebat mengelabui.

Tunggu saja, cepat atau lambat pasti akan ketahuan.”

Rudy tersenyum sinis dan menjawabnya.

Raymond mendengarnya hanya menggerakkan pundak sendiri dengan tidak berdaya.

Masalah keluarga Sutedja memang tidak pernah berujung, orang yang sudah terkalahkan juga bisa mulai bangkit kembali.

“Gevin sama Nalan Vi memang cari mati ya, kamu sudah menyerahkan perusahaan cabang kepadanya, kamu juga tidak bermaksud mencelakai mereka, mereka mau apanya lagi.”

“Mungkin juga di dalam benak hati mereka, aku adalah penyerang yang berasal dari luar.”

Rudy tersenyum menyindir diri sendiri, lalu memadamkan rokok ke dalam asbak rokok di sampingnya.

“Seandainya Bobo bukan anak kandung Santos dan juga bukan anak kandungmu, jadi sebenarnya berapa banyak selingkuhan Rahma saat bersamamu.”

Raymond tidak bisa bertahan untuk melirik Rudy.

Rudy mengerutkan alis dan melirik jam di pergelangan tangannya, lalu langsung mengalihkan pembicaraannya, “Kamu sama Hyesang janjinya jam berapa mau ke kilang anggur ?”

“Oh, Hyesang barusan meneleponku, katanya tidak bisa pergi lagi, dia diseret pulang oleh ayahnya.”

“Apa yang terjadi ?”

Rudy mengerut alis dan bertanya.

Namun Raymond malah menampakkan tampang bersenang di atas kesusahan orang lain, lalu tersenyum berkata :”Sama seperti kamu, masalah dengan wanita juga, sekarang dia sedang berusaha mengatasi masalahnya.”

…. Pada saat ini, Hyesang berada di ruang baca dan sedang mendengar didikan ayahnya.

Keributan yang ditimbulkan oleh Risma Mirah pada acara pernikahannya sangat mempermalukan nama baik keluarga Sutedja.

Meskipun Risma Mirah telah dikurung ke dalam rumah sakit jiwa, seluruh kejadian ini telah teratasi dengan alasan penyakit sakit jiwa nona Mirah, namun Dimas Sutedja tetap terus menahan amarah ini, sehingga kadang kalanya akan memanggil anaknya yang bandel ini dan mulai memaki padanya lagi.

Di dalam ruang baca, Hyesang sedang menuangkan teh untuk Dimas Sutedja dengan gaya menyanjung, sikapnya terkesan sangat tulus dan rendah hati, “Ayah, ayah begitu lama bicaranya, minum teh dulu untuk melembapkan tenggorokan.”

“Kamu tidak perlu pura-pura lagi.”

Dimas Sutedja melotot sekilas pada Hyesang, meskipun kata-katanya terkesan enggan menerima, namun tetap mengulurkan tangan untuk menerima gelas dan meneguk teh di dalamnya.

Dimas Sutedja meletakkan gelasnya, dia tidak bertenaga untuk memaki orang, sehingga melambaikan tangannya pada Hyesang dan berkata dengan nada tidak sabar :”Sudahlah, jangan menambah risi di depan mataku lagi, mengobrol saja sama ibumu.”

Kata-kata Dimas Sutedja bagikan perintah yang mengampuni Hyesang, sehingga Hyesang langsung berdiri dan meninggalkan ruang baca.

Pada ruang tamu di lantai dasar, Tary sedang menonton televisi.

Tary melihat Hyesang turun dari lantai atas, dia langsung mengambil remote dan memadamkan televisi.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu