Suami Misterius - Bab 576 Kita Bahas Sebentar

“Satu bulan yang lalu, Lena Tahar sudah pulang negeri, kamu tahu masalah ini kan.”

Reimi bertanya.

“Iya.”

Raymond menjawabnya dengan tanpa reaksi apapun.

“Raymond, kalau bisa, boleh tolong bilang sama Lena , ayahnya sakit parah, ingin bertemu dengannya.

Bagaimanapun, mereka juga ayah dan anak.

Sudah melewati beberapa tahun ini, meskipun seberapa besarnya dendam ini, seharusnya juga harus memudar.”

“Dokter Tahar sakit ?

Kenapa tiba-tiba sakit pula ! Dulu bukannya sangat semangat, masih ada tenaga untuk selingkuh.

Memang kamu yang lebih hebat, hanya berapa tahun ini saja sudah bisa merengut semua tenaga lelaki itu.”

Raymond membuang asap rokok tipis, pembicaraannya terpenuhi kesan sindir.

Ekspresi Reimi sangat suram, wajahnya terpenuhi oleh emosi dan malu.

“Raymond, bagaimanapun, aku juga kakak kandungmu, kamu tidak perlu terus menyindirku.

Banyak hal, kalau sudah terlanjur dilakukan tidak akan ada kesempatan menyesal lagi.”

“Akhirnya menyesal juga ya ?”

Raymond tersenyum sinis.

Namun Reimi dengan mata yang kemerahan, malah berkata dengan keras kepala :”Aku tidak menyesal, aku hanya ingin bersama dengan lelaki yang aku cintai, aku ada kesalahan apanya.”

“Tidak tahu menyesal.”

Raymond hanya melempar kalimat ini dengan nada sinis, lalu memadamkan rokoknya ke dalam asbak rokok dengan kuat.

Reimi terus mengungkit nama cinta, namun lelaki yang dia cintai adalah lelaki yang telah berumah tangga, ada istri dan anak, umurnya lebih besar hampir dua puluh tahun dibanding dirinya.

Pada saat yang sama, juga ayahnya dari pacar adik kandung sendiri.

Namun di dalam pandangan Reimi hanya ada cinta, sama sekali tidak tahu moral dan malu.

Seumur hidup ibunya Lena terus berkorban untuk rumah tangga, ketika mengetahui suaminya selingkuh dengan kakak kandung pacar anak perempuannya, hampir saja bunuh diri karena emosi.

Setelah itu, nyonya Tahar diberitahukan mengidap kanker, Reimi malah semakin memaksa Tuan Tahar untuk cerai dengan istrinya.

Hal ini membuat penyakit nyonya Tahar semakin berat, sehingga meninggal dunia setelah menjalankan operasi.

Raymond benar-benar tidak bisa membayangkan, kenapa kakaknya sendiri bisa menjadi orang seperti ini.

Raymond berdiri, dia merasa dirinya tidak ada topik lagi dengan Reimi .

Pada tahun itu, apa yang bisa dikatakan, dia sudah mengatakannya, namun Reimi sama sekali tidak mempedulikannya.

Waktu berlalu hingga saat ini, dia tetap saja tidak menyadari kesalahannya, kalau begitu buat apa dia mubazir air ludah sendiri lagi.

Raymond berbalik badan berjalan ke arah ruang CEO, Reimi buru-buru berdiri juga, “Raymond, anggap saja aku memohon padamu, kamu tidak boleh bantu aku untuk kali ini lagi ya ?”

Raymond menghentikan langkahnya, balik menoleh ke arahnya, dan tersenyum sinis.

“Bantu ?

Aku seorang mantan pacar yang diputuskan oleh Lena , mana ada pengaruh sebesar itu.

Bukannya lebih cocok kalau kamu yang menasihati, kamu kan ibu tirinya, setidaknya masih membawa status sebagai orang tua.”

Raymond selesai berkata, langsung beranjak keluar.

Dia berjalan keluar ruang CEO, ketika berdiri di depan pintu lift untuk menunggu lift, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi sebuah nomor, “Coba cari tahu, Tuan Tahar mengidap penyakit apa.”

Dia selesai menelepon, pintu lift di depannya sudah terbuka.

Johan yang menjadi asisten CEO berjalan keluar dari lift, melihat Raymond, tersenyum menyapa seperti biasanya.

“Tuan Raymond.”

Namun Raymond malah berkata dengan tampang serius :”Waktu dekat ini departemen sekretaris kenapa pula, melepas masuk orang yang tidak berhubungan, sanggup kerja ya kerja baik-baik, kalau tidak sanggup suruh pulang saja semuanya.”

Raymond selesai mengeluh, beranjak kaki panjangnya dan masuk ke dalam lift.

Johan mengulur tangan untuk meraba hidung sendiri, merasa dimaki dengan tanpa sebabnya.

Pada sebelumnya, Rahma memang di bawa masuk oleh Gevin yang bandel itu.

Pada kali ini, Reimi juga dilepas masuk oleh Rudy.

Tetapi akhirnya menyalahkan semua ini pada dirinya, apalah dayanya.

Johan merasa sepertinya dia butuh berdoa ke tempat ibadah, dikarenakan waktu dekat ini nasibnya memang sial sekali.

Bukan hanya semua tuduhan, bahkan hari peringatan pernikahan yang paling penting juga demikian, meskipun dia telah mengajukan cuti setengah hari pada satu minggu sebelumnya.

Tetapi alhasil, dikarenakan tuan Raymond merajuk dan melantarkan pekerjaan, jadinya hanya dirinya yang bisa mengikuti Rudy untuk turun ke lapangan.

Setelah itu, nasib buruk bukan hanya terjadi pada Johan yang sebagai asisten kecil ini, bahkan CEO Sutedja juga cemberut sekali.

Pada awalnya mengira akan langsung pulang ke rumah setelah selesai rapat, namun malah menunda pekerjaan setengah harinya dikarenakan konstruksi di kota tua , malam ada acara entertain yang tidak bisa ditolak lagi, setelah dirinya tiba di rumah, waktu sudah hampir mendekati jam dua belas malam.

Lampu di ruang tamu tetap masih menyala, Clara setengah menyandar di sofa, tubuhnya tertutupi oleh sebuah selimut tipis, sepertinya sudah tertidur.

Layar televisi masih menyala, namun sudah memadamkan suaranya.

Raymond melirik sekilas, siaran internasional, sedang menayangkan berita internasional.

Rudy meletakkan jas dengan sembarangan, meringankan langkahnya untuk berjalan menghampiri.

Tangannya mengelus lembut pada wajah Clara yang sudah tertidur manis.

Clara belum tertidur dalam, sehingga langsung membuka matanya, menatapnya dengan tatapan kabur.

“Kamu sudah pulang ya ?”

“Iya.”

Rudy menjawab lembut, “Maaf, ada urusan mendadak, pulangnya malam.”

“Rudy, kamu masih belum masak untukku lagi.”

Dia mencibir dengan bibir merahnya dan berkata.

“Sekarang mau makan ?”

Suara Rudy yang serak dan lembut, membawa sedikit kesan memanjakan yang tidak terlalu jelas.

Clara ragu sejenak, lalu menggeleng kepalanya.

“Sudahlah, makan di jam sekarang mudah gemuk.”

“Bagus juga kalau bisa gemuk lagi.”

Rudy berkata.

“Gemuk akan jelek kalau masuk kamera, kalau tidak bisa terima film lagi akan jadi pengangguran.”

Clara berkata dengan ekspresi serius.

“Kalau menganggur, aku yang menghidupi kamu.”

Rudy juga menjawab dengan ekspresi serius.

“Kalau cerai bagaimana.”

Clara berkata lagi.

Semua orang sering mengatakan, wanita harus mengandalkan diri sendiri daripada lelaki.

Rudy selesai mendengarnya, sedikit mengerut alis, “Kamu mau cerai denganku ? “

“Kalau kamu, kamu akan cerai denganku ?”

Clara tidak menjawab dan balik bertanya.

“Tidak akan.”

Rudy menjawab dengan tanpa ragu.

“Kenapa ?”

Clara jelasnya ingin menggali sedalam mungkin.

“Tidak ada mengapa, seperti aku mencintaimu, tidak ada alasan.”

Dia menatap matanya, menjawab dengan lembut.

Pada kenyataannya, anggap saja demi Wilson, Rudy juga tidak mungkin cerai dengan Clara.

Anak kecil membutuhkan pertumbuhan pada keluarga yang utuh, ada pengaruh dalam kesehatan fisik dan batin.

Oleh sebab itu, meskipun sebelumnya mereka masih tidak saling berperasaan, Rudy tetap akan memberikan jaminan pernikahan untuknya.

Sifat Rudy, selalu mementingkan tanggung jawab.

Namun mengenai Clara, selain tanggung jawab, ada unsur perasaan juga, yang membuat dirinya tersentuh, dan sering merindukannya.

Pada dasarnya Clara masih merasa puas dengan jawabannya, dia mengulurkan tangan, melingkar pada lehernya, dan memeluk mesra di dalam pelukannya.

“Aku bawa kamu istirahat di atas.”

Rudy selesai bicara, langsung memeluk dirinya dari sofa, lalu menginjak tangga, dan masuk ke kamar tidur.

Rudy tinggal sepanjang sore di lapangan konstruksi, tubuhnya terpenuhi debu, sehingga dia mandi terlebih dahulu setelah kembali ke kamar.

Ketika dia keluar dari kamar mandi, Clara sedang duduk termenung di depan jendela.

“Masih belum tidur, tidak ngantuk ya ?”

Dia berjalan menghampiri, dan bertanya dengan nada lembut.

Clara menggeleng kepalanya, “Kalau kamu, capek ?”

“Lumayan.”

Dia selesai berkata, langsung duduk di hadapannya, “Kalau kamu masih belum mau tidur, kita bahas sebentar.”

Clara menatapnya dengan tatapan jernih, lalu perlahan-lahan mengangguk kepalanya.

Seandainya tidak bahas lagi, malam ini dirinya sudah pasti tidak bisa tidur dengan baik.

Namun setelah bahas juga belum tentu bisa tidur nyenyak.

Pada dasarnya hasil pembahasan hanya ada dua, pertama adalah menemukan kesepakatan, keduanya adalah menghancurkan hubungan.

Tentu saja, Clara tidak berharap jenis yang kedua.

“Rudy, kamu pernah mendengar lagu 《 Dandelion Engagement 》 ?”

Clara bertanya dengan nada datar.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu