Suami Misterius - Bab 648 Karena Dia Tidak Mengerti

Selesai mendengarnya, Rahma terlihat begitu tenang.

Bagaimana pun Rahma menerima pendidikan terbaik jadi dia tidak mungkin begitu gegabah dan bodohnya.

“Jika kamu tidak mau bercerai, kalau gitu kita pisah tempat tinggal saja dulu. Nanti kalau kamu sudah mempertimbangkan dengan baik dan paham semuanya, baru kita urus administrasi perceraiannya.

Lagipula, tidak ada pembagian harta gono gini, serta tidak perlu juga berebut anak jadi pernikahan ini sangat mudah saja untuk bercerai.”

Selesai bicara, Rahma berdiri dan ingin pergi tapi dia malah mendengar Santos yang bicara dengan suara berat dan kesal, “Rahma, kamu akan menyesal.”

“Jika mengatakan mengenai menyesal. Aku benar-benar sedikit menyesal telah menikah denganmu.

Santos, aku tidak akan pernah membiarkan Bobo terus tinggal di rumah Keluarga Rugos. Dia menjadi anakmu sama sekali tidak mempunyai apa-apa. Bahkan untuk berpartisipasi dalam perkemahan musim panas di luar negeri saja menjadi sesuatu yang begitu megah.

Tapi dia adalah anak Rudy. Kedepannya semuanya akan bisa terkendali dengan baik.”

Setelah Rahma bicara, dia pun berjalan keluar dari kamar dengan sepatu hak tingginya.

Tumit runcing dan tipis sepatu hak tingginya menginjak lantai kayu merah sehingga membuat suara dernyitan yang kuat.

Dulu, tidak peduli seberapa terburu-burunya Rahma, dia pasti ingat untuk melepaskan sepatunya dulu baru masuk ke dalam. Kalau tidak, dia pasti akan dimaki mati-matian oleh ibu mertuanya.

Sekarang, dia akhirnya tidak perlu lagi memedulikan al seperti ini.

Rahma keluar dari kamar. Begitu keluar, dia melihat kopernya sudah terbuka di lantai. Baju di dalamnya sudah berantakan tidak karuan.

“Apa yang sedang kamu lakukan?”

Mata Rahma melotot marah.

Ibu mertuanya menendang baju yang ada di lantai dengan tidak sabarnya.

“Kamu mau pergi terus pergi gitu, mana aku tahu kamu membawa barang keluarga Rugos atau tidak jadi tentu saja aku harus memeriksanya dulu.”

Rahma sangat marah sekali tapi dia tidak ingin banyak bicara omong kosong dengan wanita tua tidak berpendidikan di depannya lagi.

Dia berjongkok dan memasukkan baju-baju yang berantakan di lantai ke dalam koper.

Di saat itulah, dia menyadari ada satu jam tangan yang tidak ada di sana.

Jam tangan itu adalah kado ulang tahun yang diberikan ibunya ketika dia berumur deapan belas tahun. Harga pasarannya saat itu kira-kira ratusan juta.

Dulu, ketika dia pergi meninggalkan rumah Keluarga Mirah, dia hampir tidak membawa semua barangnya, dia hanya membawa beberapa perhiasan dan jam ini.

Kemudian, karena kehidupan yang sangat sulit. Dia pun menjual perhiasannya dan menyisakan jam ini saja sebagai kenang-kenangan.

Sekarang jam tangan itu jatuh ke tangan ibu mertuanya, Rahma sangat tidak senang sekali.

Tapi dia benar-benar tidak ingin lagi mempunyai hubungan ada ada masalah apapun dengan Keluarga Rugos.

Di masa depan, selama ada perlindungan dan penjagaan dari Rudy, dia dan Bobo ingin apapun tidak mungkin tidak mempunyainya.

Ketika berpikir seperti ini, Rahma pun tidak menggubrisnya. Dia langsung menenteng kopernya dan pergi.

Dia menenteng kopernya dalam perjalanan turun. Begitu sudah turun ke bawah, dia menghentikan taxi dan memberikan alamat kepada taxi tersebut.

Dia menerima telepon dari Rudy ketika dalam perjalanan. Dia sangat terkejut dan tidak menyangka.

“Aku sore ini ada waktu, aku akan langsung ke perusahaan menemuimu. Aku ingin bertemu baik-baik denganmu dan membicarakan mengenai masalah Bobo.”

Setelah dia dan Rudy mengkonfirmasi waktu pertemuan. Telepon ditutup.

“Gevin, apa kamu bisa membantuku?

Aku ingin tahu dimana Clara sekarang. Apa kamu bisa membantuku memeriksanya?”

“Apa yang akan kamu lakukan dengan bertemu dengan Clara?

Rahma, kamu jangan terlalu gegabah ya. Latar belakang Bobo, kita masih punya banyak waktu dan rencana yang panjang ke depannya.” Gevin berusaha membujuknya. Tapi dia terus bicara tanpa henti.

Rahma tidak senang dan akhirnya memotong ucapannya, “Gevin, aku sangat tahu jelas dengan apa yang aku sedang lakukan.

Hanya saja, bahkan kamu sekarang tidak ingin membantuku ya?”

Gevin tidak bisa membantah dan berkata lagi. Dia pun terpaksa menutup telepon dan dengan cepat memberi informasi kalau Clara sedang syuting acara TV di salah satu stasiun TV.

Rahma pun menaruh kopernya ke dalam rumah yang disewanya lalu buru-buru memanggil taxi untuk pergi ke stasiun TV.

Clara sudah selesai syuting di stasiun TV. Mobil artisnya perlahan keluar dari halaman stasiun TV.

Rahma panik dan langsung maju keluar dan berlari ke depan mobil itu untuk menghentikan mobil itu.

Sopir mengerem dadakan sedangkan Clara yang belum sempat memasang sabuk pengamannya. Hampir saja Clara terbang keluar dari bangkunya. Kepalanya terbentuk bangku di depannya dan membuatnya sedikit pusing.

“Nona Clara, Nona Clara, anda baik-baik saja kan!”

Asisten barunya panik tidak karuan.

Clara mengulurkan tangan dan mengusap-usap keningnya lalu menggelengkan kepala sambil bertanya, “Apa yang terjadi?”

Sedangkan sopir yang duduk di depan sudah menurunkan mobil dan tidak bisa menahan diri memaki, “Kamu sudah gila ya, bisa-bisanya lari ke depan dadakan begitu. Kamu sudah tidak mau hidup lagi apa! Cari tempat yang lebih jauh sana kalau mau mati, jangan membebani dan merepotkan orang lain dong.”

Wajah Rahma memerah dimaki seperti itu. Tapi dia masih bersikap dengan tenang dan melihat ke jendela mobil, “Aku sedang mencari Clara.”

“Nona Clara, ternyata seorang fans anda.”

Tahun ini, fans anda benar-benar cukup gila ya.”

Kata asisten muda yang tidak mengerti apa-apa.

Kemudian, ketika Clara melihat Rahma saat itu, wajahnya sangat kesal sekali.

Dia awalnya tidak ingin memedulikannya sama sekali jadi mengisyaratkan asistennya untuk menyuruh Rahma pergi.

Tapi, asisten muda barunya itu tidak mengerti situasinya saat ini. Dia malah menyuruh Rahma masuk dan naik ke dalam mobil.

“Nona Clara, dia bilang kalau dia temanmu.”

Clara memandang Rahma yang tidak punya malunya langsung duduk di sampingnya. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa melihat semua ini.

Rahma bilang kalau dia temannya lalu benar –benar temannya gitu?

Jika Rahma bilang kalau dia leluhur kayanya, apa dia juga malah harus berhenti dan memujanya gitu! “Turun saja kamu. Besok tidak perlu datang bekerja lagi.”

Kata Clara dengan acuhnya.

Asisten muda itu terkejut dan baru menyadari kalau dia melakukan kesalahan, matanya saat itu juga memerah.

“Nona Clara, apa aku melakukan kesalahan?

Kamu beritahu aku saja apa kesalahanku, aku akan berusaha merubahnya.”

Clara semakin tidak bisa berkata apa-apa.

“Clara, kalau kamu tidak senang kamu marah saja kepadaku. Kamu jangan meluapkan emosi dan kemarahanmu kepada asisten mud ayang tidak tahu apa-apa.”

kata Rahma di waktu yang tepat.

Asisten muda masih saja tidak bisa membaca situasi yang sebenarnya. Dia malah melihat Rahma dengan penuh terima kasih dan syukur.

“Aku memecatnya bukan karena untuk meluapkan kemarahan. Tapi karena dia tidak mengerti situasi sama sekali.”

Kata Clara dengan acuhnya.

Rahma tidak bisa mengatakan apapun lagi dan asisten muda itu pun akhirnya turun dari mobil.

Mobil masih berhenti di tempatnya tadi dan sopir tidak tahu harus memutuskan menjalankan mobilnya atau tidak.

“Tolong langsung ke Sutedja Group.”

Kata Rahma kepada sopir. Lalu dia menoleh memandang Clara, “Aku janjian bertemu dengan Rudy membicarakan mengenai Bobo. Kamu pergi bersama-sama saja untuk mendengarkan semuanya.”

“Aku tidak tertarik.”

Kata Clara.

“Clara, ini bukanlah masalah yang bisa seenaknya kamu untuk kabur dan menghindarinya begitu saja.

Rudy harus bertanggung jawab kepadaku. Karena kalian ini suami istri jadi kalian ini satu kesatuan. Aku harap kalian punya pendapat yang sama.”

Clara sama sekali tidak ingin ikut masuk di dalam masalah ini. Baru saja ingin membantahnya, tiba-tiba Rahma sudah bicara dan memotong duluan, “Clara, yang ada di dalam mobil sekarang tidak hanya kita berdua. Apalagi, di sini adalah gerbang masuk stasiun TV. Banyak sekali pasang mata yang menatap. Apa kamu tidak takut kalau masalah ini jadi besar dan jadinya tidak ada untungnya apa-apa bagi kamu artis yang begitu terkenal dan populer ini.”

Rahma yang tidak punya apa-apa dan berani melakukan sesuatu karena tidak takut kehilangan apapun itu membuat Clara geleng-geleng dan tidak bisa berkata apa-apa.

Sopir masih diam dan melihat ke Clara.

Cara pun berkata dengan tak berdayanya ke sopir, “Pergi ke Sutedja Group.”

Sopir mengangguk, menyalakan mesin mobil dan segera melaju ke lalu lintas.

Mobil Limosine masuk ke parkiran bawah tanah dii gedung besar Sutedja Group. Clara turun duluan lalu Rahma segera mengikuti di belakangnya seolah dia takut Clara akan melarikan diri saja.

Mereka berdua masuk satu persatu ke dalam lift. Clara meletakkan jarinya di mesin pengenal, lalu mengulurkan ujung jari dan menekan tombol angka di lantai paling atas.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu