Suami Misterius - Bab 144 Datang Mengacaukan Situasi

“Tampaknya Tuan Keempat Sutedja datang, di ruang pameran kedua.” Seseorang bergumam.

“Oh, ternyata.” Wajah Luna seketika mengerti.

“Apa yang terjadi?” Clara bingung.

Luna menjelaskan, "Tuan Keempat Sutedja adalah orang yang menikmati kekayaan, dia menghadiri acara ini jika tidak memakai penjagaan jarak, gadis-gadis itu akan mengejarnya."

“Haruskah begitu, dia bukan uang rupiah, semua orang akan menyukainya,” kata Clara acuh tak acuh.

"Seluruh Sutedja Group berada di tangannya. Bukankah dia merupakan uang rupiah yang dapat berjalan? Dan aku juga mendengar bahwa Tuan Keempat Sutedja tidak hanya kaya raya, tetapi juga tampan luar biasa. Begitu dia tiba, dia bahkan tidak perlu keluar keliaran, sudah dapat menarik perhatian nona-nona itu. Siapa akan peduli dengan cucu pertama tanpa kekuasaan. "

“Jadi dia di sini untuk mengacaukan situasi?” Clara tidak mengerti.

"Tentu saja. Jika bukan datang mengacaukan situasi, apakah datang untuk bermain. Aku pernah mendengar bahwa keluarga Sutedja memiliki peraturan bahwa putra tertua yang mewarisi bisnis keluarga. Sekarang putra tertua dari keluarga Sutedja sakit parah, Menurut logika itu harus diwariskan kepada cucu tertua. Tetapi sekarang Sutedja Group berada ditangan Tuan Keempat Sutedja, dan cucu putra tertua Sutedja jelas tidak sudi. Diperkirakan setelah menikah dan menarik bantuan luar, dia akan merebut kekuasaan. "Luna sebagai perantara senior, sangat tertarik terhadap gosip ini.

Setelah mendengarkan, Clara tidak tahan menggelengkan kepalanya, "Air keluarga Sutedja sangatlah dalam."

Untungnya itu tidak ada hubungannya dengan dia, dia hanya menganggap mendengar lelucon saja.

Keduanya berdiri diluar batasan itu, kemudian telepon Clara berdering.

“ Rina memintaku untuk pergi ke sana, tidak tahu ingin melakukan apa lagi.” Clara menutup teleponnya dan berkata kepada Luna.

Clara menuruti perkataan Rina datang kedepan pintu ruangan dan dengan sopan mengetuk pintu.

Terdengar suara orang tua dengan tegas dari dalam berkata, "Silakan masuk."

Clara mendorong pintu kemudian masuk. Di dalam ruangan terdapat Rina dan empat orang lainnya di sana. Diseberangnya duduk seorang nenek tua yang bermartabat. Clara juga pernah melihat Nyonya Besar Sutedja sehingga dia mengenalinya sekilas.

Setelah sedikit terkejut, Clara dengan sopan menyapa.

Nyonya Besar Sutedja menatapnya dan mengangguk, pada dasarnya puas terhadap penampilannya.Sangat sopan dan tidak menyanjung, Hal ini sangatlah langka.

Tentu saja, Nyonya Besar Sutedja tidak akan tahu apa yang dipikirkan oleh Clara. Dalam pandangan Clara, bahkan Nyonya Besar Sutedja adalah bangsawan, hubungan keduanya tidak ada kaitannya, dia tidak perlu menyanjung di depan seseorang yang tidak bisa memberikannya manfaat sekecil apa pun, bukankah itu terlalu berpura-pura.

“Duduklah,” Nyonya Besar Sutedja menunjuk ke posisi di sebelahnya.

Clara juga duduk dengan baik, meskipun tidak terlalu memperhatikan tetapi sopan santun yang dasar tidaklah buruk.

Nyonya Besar Sutedja hanya menanyakan beberapa pertanyaan sekilas, dan Clara bisa menjawab dengan baik, merespons dengan santai. Nyonya Besar Sutedja sangat jarang tersenyum.

Melihat ini, wajah Rina berubah menjadi masam. Sebelum Clara masuk, dia berusaha keras memperkenalkan Elaine, tetapi ekspresi Nyonya Besar Sutedja sangatlah cuek.Dia telah mengobrol begitu lama dengan Clara jelas menyukainya.

Rina sangatlah cemas, tetapi tidak dapat melakukan apapun.

Untungnya, pada saat ini terdengar suara ketukan pintu, dan seorang pria setengah baya berjalan masuk, membisikkan sesuatu di telinga Nyonya Besar Sutedja, dan Nyonya Besar Sutedja mengedipkan matanya, matanya yang keruh menunjukkan kemarahan.

Dia melambaikan tangannya, memberi tanda kepada pria itu untuk turun. Lalu dia tersenyum dan berkata kepada Clara beserta yang lainnya, "Aku masih urusan, jadi aku tidak menyambut kalian lagi."

Clara meninggalkan dengan senang, karena berbicara dengan nenek tua yang memiliki identitas dan pintar ini sangat melelahkan.

Setelah rombongan itu pergi, wajah Nyonya Besar Sutedja langsung masam dan menepuk meja dengan keras, "Apa yang ingin dia lakukan, Apakah tidak dapat melihat kebaikan Revaldo dan Gevin!"

Pria paruh baya berdiri di belakangnya, dengan hati-hati tidak berani mengatakan apa-apa.

Nyonya Besar Sutedja meminjam beberapa lukisan terkenal dari Tuan Keempat Sutedja dari pameran, dengan alasan ini Tuan Keempat Sutedja secara pribadi mengantar sendiri, jelas mengetahui niat dan tujuannya, tetapi tidak dapat membuat orang melihat kesalahannya.

Ini adalah kepintaran Tuan Keempat Sutedja.

“Apakah anda masih ingin bertemu nona dari keluarga Chen dan Wang?” Pria paruh baya itu bertanya dengan hati-hati.

“Tidak perlu lagi.” Nyonya Besar Sutedja mengulurkan tangan dan menekan tulang hidungnya. Bagaimanapun dia sudah tua dan tidak berguna lagi. "Siapkan mobil, pulang."

...

Pada saat yang sama, Clara berjalan keluar dari ruang pameran bersama ibu dan kakak tirinya, serta nenek dan sepupunya

"Nenek, bibi, aku masih ada urusan, pamit duluan." Selesai berkata, dia membawa tasnya, menginjak sepatu hak tinggi, dan melangkah di atas tangga.

Elaine menatap punggungnya dan berkata dengan marah, "Ibu, apakah dia akan mengandalkan orang kaya?"

Rina menepuk punggungnya dengan nyaman, "Tenanglah, bagaimana keluarga Sutedja bisa mentolerir barang bekas yang telah melahirkan anak."

“Tetapi Nyonya Besar Sutedja jelas tidak tertarik denganku.” Elaine frustrasi.

"Pendapat Nyonya Besar Sutedja tidak berarti keinginan Tuan Muda Sutedja, kita harus menemukan cara dari sisi Tuan Muda Sutedja. Mari kita pulang menceranakan lagi." Selesai berkata, Rina tanpa sadar melihat ke arah Clara pergi.

Di sisi lain, Clara sudah masuk kedalam mobil, dia benar-benar memiliki urusan.

Beberapa hari berikutnya, pekerjaannya tidak selesai-selesai. Hampir semua dihiraukan Clara sampai ia menerima telepon dari Miko.

Clara selalu menyuruh Miko menatap gerak-gerik keluarga Santoso, tetapi tidak terpikir Rina begitu cepat berencana untuk melakukan.

"Aku baru mengetahui Tuan muda Sutedja sedang bermain di Versailes Club, Elaine telah menyuap staf didalam, kurasa dia ingin membuat pertemuan diantara dia dengan Tuan muda Sutedja."Kata Miko.

Setelah Clara selesai mendengarkan, dia mengangkat bibirnya dengan dingin. Ibu dan anak keluarga Muray dalam menggoda lelaki benar terdapat ribuan cara.

Setelah Clara menutup telepon, ia mencari nama Marco dari buku alamat telepon, dan kemudian memanggil nomornya.

Proyek baru Keluarga Ortega sudah mulai menghasilkan uang, Clara sebagai pemegang saham, dan Marco ingin menunjukkan laporan keuangannya kepadanya. Karena Clara terlalu sibuk dengan syuting film dan iklan, dia tidak bisa meluangkan waktu.

Hari ini kebetulan tidak hanya bisa membaca laporan, tetapi juga bisa membawa Marco melihat pertunjukan yang bagus.

Clara meluangkan waktu untuk datang ke Versailes Club, dan Marco telah menunggu lama.

Dia memilih tempat yang bagus, dekat dengan jendela, disudut yang biasa-biasa saja, tetapi mampu melihat dengan jelas segala sesuatu di lobi.

“Maaf, sedikit macet.” Clara tersenyum dan duduk di seberangnya, kemudian meletakkan mantelnya di belakang kursi.

Marco tersenyum dan menyerahkan menu makan kepadanya, dan menjawab, "Aku baru saja tiba."

Clara membuka menu makanan dan memesan segelas cappuccino dan kue strawberry.

Marco yang duduk di seberangnya, menyicipi kopinya dengan anggun, dan tangan lainnya sudah membuka file itu. "Ini adalah laporan keuangan kuartal terakhir.Kamu lihat apakah ada masalah."

Clara mengambil dokumen yang diserahkannya dan menatap halaman-halaman itu dengan serius. Evi pernah mengajarinya cara membaca laporan dan buku ketika dia masih hidup, sehingga Clara tidak binggung dengan hal-hal ini.

Laporannya dibuat sangat jelas, pendapatan serta pengeluaran dapat dilihat secara sekilas, bahkan sebenarnya tidak ada yang perlu dilihat.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu