Suami Misterius - Bab 437 Hanya Ingin Peluk

Hati Rudy sangat iba, dia tidak pernah menduga Clara akan sakit parah setelah dihebohkan dengan masalah Keluarga Sutedja.

Meskipun suhu tubuh Clara telah menurun, tapi dia tidur sampai sore keesokan harinya baru bangun. Mungkin karena tidur terlalu lama dan tubuh sangat lesu, sehingga dia tampak linglung, kelihatan tak bertenaga.

Akibat tidak bertenaga dan dia tidak ingin bergerak, sehingga dia pun tidak bangun dari tempat tidur, lanjut merebah dan tidur.

Rudy menyampingkan semua pekerjaan, fokus merawat pasien kecilnya di rumah.

Dia turun tangan untuk memasak, masak bubur daging dan dua lauk ringan, kemudian menyajikannya ke depan ranjang Clara.

Namun, Clara baru saja pulih dari demam tinggi, sama sekali tidak memiliki nafsu makan.

Rudy tentu tidak akan membiarkannya terus berbaring di tempat tidur tanpa makan dan minum, jadi dia memaksanya bangun dari tempat tidur.

"Makan dulu sebelum tidur."

Clara agak rentan dan sensitif saat sakit, temperamen tidak baik. Tangan terjulur, menjatuhkan mangkuk bubur yang disodorkan Rudy.

Mangkuk jatuh ke lantai dan hancur berantakan, bubur panas di mangkuk tersebar di lantai, udara langsung diselubungi aroma bubur.

Clara awalnya hanya sembarang melampiaskan emosi, tidak bermaksud menjatuhkan mangkuk. Melihat mangkuk bubur jatuh di lantai, dia tertegun.

Dia menatap Rudy dengan sedikit rasa bersalah, Rudy tampaknya tidak marah, malahan mengambil alat-alat untuk membersihkan potongan porselen yang hancur berkeping-keping dan bubur yang bertumpahan di lantai, kemudian kembali ke kamar dengan semangkuk bubur lagi.

Clara tidak nafsu makan saat melihat bubur kental yang dihidangkan, menggelengkan kepala dengan tak acuh.

"Aku tidak mau makan, tidak nafsu makan."

Melihat Clara mengerutkan kening saat melihat bubur, Rudy bertanya dengan sabar dan suara hangat, "Lalu apa yang ingin kamu makan, aku akan membuatnya untukmu."

"Aku tidak mau makan apa-apa. Jangan ganggu aku lagi. Aku ingin tidur sebentar.” Clara memutar kepalanya dan hendak tidur, tetapi ditahan oleh Rudy.

Satu tangannya memegang mangkuk bubur, tangan yang lain menahan pundak Clara, "Ayolah, makan sedikit pun jadi, sesudah makan baru bisa makan obat."

Clara memang sudah tidak nyaman sejak awal, kepala pusing, ditambah dengan paksaan Rudy, dia seketika merasa sangat kesal. Matanya membelalak sambil menatap Rudy, tatapan memburam, air mata mengalir turun tak terkendali.

Sebenarnya, dia sendiri tidak ingin menangis, tetapi orang yang sakit cenderung lebih rentan, gampang menangis.

Begitu dia menangis, Rudy mulai panik, segera memeluknya.

Clara bersandar di dadanya, sambil menangis, dia meninju dadanya, "Rudy Sutedja, aku benci kamu, kamu hanya bisa menggertakku… ..."

Rudy mencium air mata di pipi Clara dengan lembut, membujuknya dengan sabar.

Clara akhirnya berhenti menangis, lalu Rudy mengambil mangkuk bubur hangat dan menyuapnya sedikit demi sedikit, akhirnya Clara menghabiskan setengah mangkuk di bawah bujukan Rudy.

Setelah makan bubur, Clara minum obat, kemudian tertidur lagi di ranjang.

Rudy benar-benar lelah setelah kesibukan dua hari ini dalam merawat Clara. Seusai mandi, dia menemaninya tidur.

Malam ini, keduanya tidur cukup nyenyak.

Pada pagi hari berikutnya, Rudy tetap bangun pagi-pagi seperti biasanya. Saat membuka mata dan melihat wajah cantik yang masih tertidur nyenyak di sampingnya, hatinya terasa hangat dan damai.

Dia membangunkan tubuh bagian atasnya, mendekati Clara dan mencium pipinya dengan lembut, kemudian turun dari tempat tidur dengan hati-hati, bersiap menyiapkan sarapan untuk Clara.

Pintu kamar baru saja ditutup, Clara yang sedang berbaring di tempat tidur perlahan membuka matanya, matanya berkilau-kilau, tidak terlihat rasa mengantuk akibat baru bangun.

Mungkin karena dia tidur terlalu lama dalam dua hari ini, sehingga dia bangun pagi pada hari ini.

Ketika dia membuka matanya, dia melihat Rudy tidur di sampingnya. Rudy sangat diam saat tertidur, tidak tampak sikap kedinginan dan kesombongan, hanya terdapat tanda-tanda kelelahan di antara alisnya.

Selama dia sakit, Rudy terus merawat dirinya. Clara tahu betapa susahnya untuk merawat dirinya yang sakit, energi Direktur Rudy agaknya terkuras banyak.

Clara berbaring dengan tenang di tempat tidur, menatapnya sepanjang waktu, sudut bibir memasang senyuman sukacita, juga tersirat secerca kecerdikan.

Setelah Rudy selesai menyiapkan sarapan, dia hendak membangunkan Clara. Awalnya dia kira bakal mengeluarkan banyak tenaga lagi untuk membangunkannya, tidak sangka Clara sudah bangun dan baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya basah.

“Keringkan rambutmu dulu sebelum turun agar tidak masuk angin lagi.” Rudy mengingatkan dengan hangat.

Clara tidak berbicara, dengan patuh kembali ke kamar mandi untuk mengeringkan rambut. Kemudian turun untuk makan.

Sarapan yang disiapkan oleh Rudy amat memenuhi kategori empat sehat lima sempurna, hampir semua hidangan merupakan favorit Clara.

Clara baru sembuh, nafsu makannya tidak terlalu baik, jadi dia tidak makan banyak.

Mereka berdua duduk berhadap-hadapan, Clara masih tidak berbicara dengan Rudy, makan sedikit demi sedikit dengan sumpit tanpa bersuara.

Rudy bertanggung jawab untuk menjepitkannya lauk, juga tidak banyak bicara.

Usai makan, Clara meletakkan peralatan makan, mengambil gelas berisikan susu, lalu meminum susu hangat itu dengan tegukan kecil.

Rudy bangkit dari kursi dan mulai membersihkan peralatan makan.

Saat dia sedang berdiri di depan wastafel untuk mencuci piring, tiba-tiba terdengar suara Clara dari belakang.

"Besok aku akan terbang ke Kota S." katanya.

Tangan Rudy yang memegang mangkuk membeku sejenak, dia tidak menoleh ke belakang, hanya bertanya, "Berapa lama?"

“Setidaknya tiga bulan.” Sahut Clara.

“Baiklah.” Rudy sekedar merespons tanpa bertanya banyak.

Setelah menghabiskan susu, Clara meletakkan gelas kosong di atas meja, bangkit dan berjalan keluar dari dapur, dengan cepat naik ke atas.

Dia kembali ke kamar, menelepon Melanie.

Di sisi lain telepon, keluhan Melanie terdengar terus-menerus, "Produser dan grup sutradara terlalu tidak bisa diandalkan. Pemeran wanita utama baru dipilih mereka seminggu sebelum mulai perfilman dan mendadak memberi pemberitahuan untuk masuk ke grup. Aku baru saja mendapatkan seorang pria tampan di bar minggu lalu, baru saja berencana untuk mencoba menjalani hubungan ini, sekarang malah harus melakukan perjalanan bisnis, hubungan ini pastinya tidak akan berkembang. Mungkinkah aku berhasil menikah dalam kondisi di mana kalian terus memutuskan hubunganku!”

"Pria tampan di studio tidak terhitung jumlahnya, kamu bisa memilih yang mana pun." Jawab Clara, "Jangan mengeluh lagi, sudahkah kamu mengemas barang bawaanmu?"

"Sudah, aku akan menjemputmu di vila tepat waktu besok. Jangan menjerat lama malam ini, jangan sampai tidak bisa bangun pada esok pagi." Kata Melanie dengan mesra sambil tersenyum.

Clara merapatkan bibir, tidak berbicara.

Dia baru saja sembuh, bagaimana mungkin punya energi untuk berhubungan intim dengan Rudy, sebaiknya mereka tidur terpisah pada malam ini.

Setelah malam tiba, meski keduanya berbaring di satu tempat tidur yang sama, tapi mereka tidur terpisah, terpisahkan oleh jarak yang jelas diantara mereka.

Clara mungkin tidur terlalu lama dalam dua hari terakhir, sehingga dia tidak bisa tertidur walau telah berbaring lama di tempat tidur.

Rudy tentunya juga tidak tidur, terus mendengarkan gerak-gerik di sampingnya. Ketika Clara berbalik untuk yang kesekian kalinya, Rudy tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih seluruh tubuh Clara ke dalam pelukannya.

Clara kaget, secara naluriah merentangkan tangan untuk menahan dada Rudy.

"Rudy, kamu ..."

“Takut apaan, aku hanya ingin memelukmu.” Suara magnetis Rudy yang enak didengar itu berputar di gendang telinga Clara, terdengar agak serak.

Mendengar itu, tubuh Clara perlahan kembali rileks.

Punggungnya menempel pada dada Rudy yang hangat, kepala dibantalkan di lengannya yang kokoh, napas menyebarkan aroma jernih yang familiar. Clara meringkuk dalam pelukannya, terbiasa bergerak-gerik untuk mencari posisi yang nyaman, lalu mulai merasa mengantuk.

Tengah dia mengantuk, bibir tiba-tiba tertutup.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu