Suami Misterius - Bab 256 Penipu Kecil

Dia baru selesai bicara, tanpa menunggu nenek Sutedja bicara, nenek Santoso sudah memelototinya terlebih dahulu, “Bukankah kamu hari ini cuti?”

Datang bersama, namun Clara harus pergi duluan, kalau begitu dia dan Ester harus pergi atau kabur? Sungguh menyusahkan saja.

Ucapan nenek Santoso membuat Clara agak kesal. Semua orang yang ada ditempat sampai tercengang, siapa yang tidak tahu kalau itu hanya alasan, hanya tidak ingin mengatakannya saja.

“Penggilan mendadak.” Clara lanjut berbohong dengan wajah yang tenang.

“Karena Nona Clara ada urusan, aku juga tidak akan menahan.” nenek Sutedja berkata dengan datar.

Clara mengambil tasnya dan langsung pergi, namun ditahan oleh Gevin.

“Depan rumah kediaman Sutedja sulit untuk mendapatkan kendaraan, lebih baik aku antar saja?” Gavin tersenyum dengan begitu menawan.

Clara langsung menjaga jarak perlahan, dalam hati berpikir, manusia ini pasti sengaja. Mungkin kulitnya sudah gatal lagi.

“Tidak perlu merepotkan Tuan Gavin, ponselku ada aplikasi taksi online. Namun, nenek dan kakak sepupuku masih harus merepotkan anda, mereka bukan orang Kota A, sama sekali tidak tahu jalan disini, setelah makan malah harus merepotkan tuan muda Gavin untuk mengantar mereka pulang.”

Ucapan Clara malah membuat nenek Santoso merasa sangat senang, dia sedang bingung harus bagaimana membuat kesempatan untuk Ester dan Gavin.

“Kalau Nona Clara tidak keberatan, kita satu jalan sehingga aku bisa sekalian mengantarkanmu.” Suara Rudy yang tiba-tiba terdengar, malah tidak membuat orang merasa canggung. Jari tangan kirinya memegang rokok, ekspresinya datar, nada bicaranya juga terdengar santai.

Semua tatapan orang seisi rumah jatuh padanya, terlihat penuh ekspresi penasaran. Dan Rudy berdiri disana, bagaikan pohon cangsong yang tinggi menjulang, yang terkadang terlihat begitu teduh.

“Kalau begitu maaf merepotkan Tuan muda keempat.” Clara berkata dengan wajah yang begitu datar. Namun kenyataannya, dia sudah menahan tawa sampai hampir terkena luka dalam.

Sutedja Group berada di selatan kota, dia mau ke utara kota, sungguh teramat dan sangat satu jalan….

“Kalau begitu aku akan menunggu kamu diluar terlebih dahulu.” Clara mengambil tas lalu berjalan keluar mansion.

Lalu Johan turun dari lantai atas, dokumen ditangannya langsung diserahkan pada Rudy dengan hormat.

Setelah Rudy melihatnya, ia memegangnya ditangan kanan sambil berkata, “Nek, aku kerja dulu.”

“Hm.” nenek Sutedja menjawab dengan datar.

Lalu Rudy membawa Johan pergi.

Didepan mansion, terparkir mobil Maybach miliknya yang begitu mewah. Sesosok tubuh mungil dan imut berdiri disamping mobil, ia menundukkan kepala, mungkin sudah mulai tidak sabar menunggu, sepatu hak tingginya memainkan batu kecil yang berada di tanah.

Ketika mendengar suara langkah yang mendekat, ia refleks mengangkat kepala, melihat pria yang melangkah mendekat dengan anggun, senyum yang begitu bersinar dan indah mengembang di bibir dan juga matanya yang jernih.

“Paman, sudah bisa berangkat?” dia sengaja menarik panjang nada bicaranya, ada tawa dan juga nada bicara jahil dalam ucapannya.

Berdasarkan usia dan juga urutan generasinya, memanggilnya dengan panggilan ‘paman’ sama sekali tidak keterlaluan.

Ada senyum samar dalam mata Rudy yang tajam. Ia berjalan kesamping mobil, merangkul pinggang Clara yang begitu ramping, hanya dengan sedikit tenaga saja sudah mendekapnya kedalam pelukannya yang kuat.

“Rudy, jangan iseng.” Clara refleks memberontak, sekarang dia semakin berani, ini merupakan depan rumah kediaman Keluarga Sutedja, memeluknya ditempat seperti ini, seolah tidak takut orang lain mengetahuinya.

Satu tangan Rudy merangkul pinggangnya, satu tangan lainnya membukakan pintu, lalu membawanya masuk ke dalam mobil.

Clara terduduk di kursi belakang, belum sempat merespon, tubuhnya yang berat sudah menimpanya, satu tangannya memegang belakang kepala Clara, satu tangan lainnya memegang dagunya, ibu jarinya yang kasar menyentuh bibirnya yang begitu lembut dengan begitu perlahan, rasanya begitu penuh gairah.

Ketika matanya yang hitam dan pekat menatapnya dalam, ada kobaran api yang membakar didalamnya.

“Rudy.” Clara memanggilnya dengan lembut.

“Tidak panggil ‘paman’ lagi?” sudut bibir Rudy mengangkat, ada senyum jahil yang muncul diwajahnya.

Lengan Clara merangkul leher Rudy dengan lemah, lalu memanggil dengan senyum yang begitu manja : “Paman….”

Baru berkata, ciumannya sudah mendarat dan menyumpal mulutnya.

Diluar mobil, Johan berdiri dengan canggung diluar mobil, lalu berbalik dengan malu.

Jangan lihat tidak senonoh, jangan dengar hal tidak senonoh. Johan jauh lebih tahu diri dari pada Raymond.

Dia berdiri diluar mobil terdiam, hingga terdengar suara jendela mobil dibelakangnya terbuka, ia baru perlahan menoleh.

Satu sisi jendela diturunkan, ketika melihat kesana tidak terlihat ada yang berbeda.

Johan melangkah cepat kesana, membuka pintu pengemudi. Lalu menyalaka mobil.

Mobil berjalan perlahan, Clara bersandar di dada Rudy yang hangat dengan sedikit terengah. Lalu mengulurkan tangan untuk mencubit pinggangnya dengan sedikit kesal.

Rudy tersenyum tipis, memegang tangannya yang nakal, meletakkannya didepan bibirnya dan mengecupnya.

“Pergi ke Villa tepi laut.” Rudy berpesan.

Johan menancap gas, menyusuri jalan raya di tepi laut, melaju dengan cepat dan stabil.

Maybach hitam berjalan masuk kedalam pekarangan, perlahan berhenti didepan pintu utama. Rudy menggandeng tangan Clara dan masuk kedalam villa.

Begitu pintu tertutup, dia sudah tidak sabar dan menekan Clara di pintu.

Biasanya tidak ada orang yang tinggal di villa, tirai jendela di ruang tamu setengah terbuka, sinar matahari yang hangat mengenai wajah tampannya, Clara mengangkat dagunya, menatapnya dengan wajah kagum, tanpa sadar muncul kata’pria yang menggoda’ dalam benaknya.

Disaat ini, tubuh mereka begitu dekat, dia perlahan menundukkan kepalanya, bibirnya yang tipis berjarak tidak sampai satu millimeter dari wajahnya.

“Merindukanku?” dia bertanya dengan lembut.

“Tidak.” Wajah Clara memerah, menjawab dengan jawaban yang bertolak belakang dengan hatinya.

Dia menyipitkan matanya, matanya yang hitam memandangnya dengan dalam, lalu mendaratkan ciuman yang panas di bibirnya.

Tangan Clara mencengkrang kemeja Rudy, dicium oleh Rudy sampai pikirannya tidak bisa berpikir jernih lagi, tanpa sadar tubuhnya sudah digendong olehnya dan diletakkan diatas sofa kulit yang ada di ruang tamu.

Meskipun Rudy sudah pernah melakukannya satu kali, karena staminanya, Rudy tetap membuat Clara tersiksa setengah mati.

Setelah selesai, Clara membelakanginya dengan terengah-engah.

Setelah Rudy selesai mandi, ia kembali merangkul Clara, bibirnya mendekat di telinga dan bertanya : “Merindukanku tidak?”

“Tidak tidak tidak!” Clara menoleh, tangannya lembut mendorong dada Rudy yang kuat dengan lemas.

Rudy menangkap tangannya yang nakal, melangkahkan kaki panjangnya, menekan tubuhnya dibawah, sambil tersenyum nakal, “Penipu kecil.”

“Kamu yang penipu! Rudy, sebenarnya kamu merindukan diriku atau merindukan berhubungan tubuh denganku?”

“Rindu berhubungan badan denganmu.” Rudy menjawab dengan serius.

Asalkan pria itu normal, tidak mungkin tidak menginginkan hal ini. Hanya saja, Rudy bukan type orang yang begitu mudah melakukan hal ini, kalau tidak bagaimana mungkin harus menunggu selama 20 tahun lebih baru menemukannya.

Clara : “…..”

Dia berbalik sekali lagi, tidak ingin memperdulikannya.

Rudy tertawa kecil, kembali mendekatinya. Menciumi bahunya yang harum berkali-kali.

“Rudy, kalau kamu berani maju, aku akan benar-benar tidak memperdulikanmu lagi.” Clara berkata dengan kesal.

“Hanya ingin memelukmu saja.” Rudy merangkulnya, meletakkan dagu diatas kepalanya, lalu menggesekkannya dengan lembut.

Clara menggerakkan tubuhnya, mencari posisi yang nyaman dalam pelukannya, lalu perlahan tertidur.

“Mandi dulu baru tidur?” Rudy berkata.

Clara menggeleng, “Capek, tidak ingin gerak.”

“Aku gendong kamu ke kamar mandi untuk mandi.” Dia berkata lagi, lalu bersedia untuk menggendongnya, namun malah ditahan oleh Clara.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu