Suami Misterius - Bab 212 Mengeringkan Rambut

“Rudy.” Dia memanggil namanya.

“Ya.” Rudy menjawab, suaranya sangat serak. Kemudian dia tidak berkata lagi, tapi mengambil pengering rambut, dan mengeringkan rambutnya dengan gerakan lembut.

Clara tidak menolak, karena dia suka melayaninya, dia juga senang menikmatinya.

Dia mengambil pengering rambut dengan satu tangan, dan satu tangannya lagi membelai rambutnya. Jari-jarinya yang ramping menyentuh rambutnya yang lembut, dan ujung-ujung jari yang dingin tak terhindarkan menyentuh kulitnya.

Clara juga tidak tahu apakah dia sengaja atau bukan, ketika jari-jarinya secara tidak sengaja menyentuh bagian leher dan telinganya yang sensitif, Clara tidak bisa menahan diri bergetar.

Dia memaksa dirinya bertahan untuk tidak mendorongnya. Bagaimanapun Rudy sedang mengeringkan rambutnya dan menunjukkan penampilan serius. Kalau dia melompat pada saat ini, bukankah itu berarti hatinya merasa bersalah?

Clara menggigit bibirnya bertahan, mumpung hanya butuh delapan atau sepuluh menit untuk mengeringkan rambutnya.

Namun, sebelum rambut Clara kering, Rudy sudah menjeratnya.

Pengering rambut diletakkan di meja rias olehnya, dan tidak dimatikan, pengering rambut masih berdengung.

Clara telah digendong dari kursi olehnya dan diseret ke dalam pelukannya.

Dadanya yang kuat dan panas menekan tulang punggungnya, napasnya jatuh di sekitar lehernya, suhunya terasa panas.

“Rudy, lepaskan.” Clara berjuang beberapa kali, dan detik berikutnya, langsung dipeluk ke sofa di sampingnya.

Tubuhnya yang tinggi dan berat menjebaknya di sudut, wajahnya yang tampan perlaha-lahan membesar di depannya, jarak antara bibir mereka kurang dari satu inci.

“Bukankah kamu kembali untuk menemaniku?”

Kedua tangan Clara menahan di dadanya, mencegah gerakan yang akan dia lakukan. “Aku kembali menemanimu, bukan kembali tidur denganmu, Rudy, jangan sembarang berpikir.”

Rudy sedikit memiringkan kepalanya, bibirnya yang tipis dan seksi menempel di telinganya, bergumam dengan suara magnetiknya, “Bagi seorang pria, paling bagus menemaninya di ranjang.”

“Tidak tahu malu.” Clara menggertakkan giginya, tidak sabar ingin menggigitnya sampai mati.

Kemudian dia benar-benar menggigit pundaknya.

Otot pria sangat kuat, dan rasanya lumayan enak. Clara mengeluarkan seluruh tenaganya merasakan aroma darah di atas lapisan kain baju.

Pria membiarkannya menggigit, dia tidak hanya tidak menghindar, sudut bibirnya malah terangkat senyuman dangkal. Dengan sabar menunggunya melepaskan gigitan.

Ada plum merah cerah di kemeja putih bagian pundaknya. Rudy melirik dengan santai, tidak ada sedikitpun gelombang di dalam matanya, seolah-olah orang yang digigit bukan dia.

"Sudah selesai? Kalau begitu gantian giliranku." Selesai berkata, Rudy langsung memeluknya dan mencium bibirnya.

Ciuman Rudy sombong, kasar, dan tak terkendali, bibir Clara menjadi kebal dicium olehnya, nafasnya juga menjadi terengah-engah, bahkan berperasaan mendekati kematian.

Sebelum Clara sesak nafas, dia melepaskan bibirnya, dan mencium pipinya, dagu, tulang selangka yang indah, dan terus mengarah ke bawah. Pada saat yang sama, telapak tangannya yang tidak bisa diam menyalakan api di seluruh tubuhnya.

Sangat jelas, ciuman dan belaian sederhana sudah tidak dapat memuaskannya, Rudy ingin mendapatkan lebih banyak darinya.

Meskipun pengendalian dirinya selalu sangat baik, tetapi bagaimanapun Rudy sedang berada di usia bersemangat tinggi. Dan nafsu bagaikan banjir. Begitu dibuka satu lubang, maka jangan berpikir ingin menghentikannya.

Rudy terus menciumnya sambil mengubah postur tubuhnya dan memeluknya. Mata yang gelap menatapnya.

Wajah tampak samping pria yang tampan terlihat indah, sepasang matanya yang mempesona, gelap, dalam dan panas, menatap fokus padanya.

Seperti macan yang kejam dan ganas sedang menatap mangsanya.

Pakaian Clara perlahan-lahan dilepaskan, rambutnya berantakan, gerakannya santai dan menawan, sepasang matanya yang jernih, menatapnya dengan polos.

Meskipun dia tidak melakukan apa pun, itu juga merupakan suatu godaan fatal bagi pria pada saat ini.

Ada keheningan sesaat di antara keduanya. Clara mencoba turun dari tubuhnya, namun, lengannya tiba-tiba memeluk erat pinggangnya, dan dia dipeluk ke dalam pelukannya lagi.

“Rudy, apa yang kamu inginkan?” Dia memelototinya dengan ekspresi sedih, matanya yang indah berkedip, mungkin karena baru saja berciuman, suaranya rendah dan lembut, sangat mempesona.

"Apakah kamu tidak tahu? Aku menginginkanmu." Nada suaranya yang rendah terdengar seksi.

Clara mengepal erat tangannya, baru saja ingin menolak, malah langsung dipegang pergelangan tangannya dan menekannya di bawah.

Pria ini benar-benar berbeda ketika berada di ranjang dan meninggalkan ranjang.

Dia selalu memberi orang perasaan tenang, percaya diri, penuh pikiran dan terkendali, serta berhati jernih. Namun, begitu menyentuh ranjang, dia langsung berubah menjadi binatang haus darah yang ganas, dan membuat orang tidak dapat menangkis.

Clara ditekan olehnya di sofa, otaknya berpikir: Kalau begitu terus, cepat atau lambat dia akan mati disiksa pria ini.

Dari sofa, ke ranjang besar, dan kemudian ke lantai, langit cerah di luar jendela sepenuhnya menjadi gelap, Rudy masih tidak bermaksud ingin mengakhirinya.

Akhirnya, Clara benar-benar tidak tahan lagi, dia terus memohonnya dengan belas kasihan, barulah dia melepaskannya.

Clara berbaring di ranjang besar, dengan punggung menghadapnya, dan selimut melilit tubuhnya seperti seekor kepompong.

“Ayolah, mandi dulu baru tidur.” telapak tangan Rudy memegang bahunya, nada suaranya terdengar lembut.

“Tidak mau mandi, tidak ingin bergerak.” Clara bergumam dengan mata terpejam.

“Aku menggendongmu ke kamar mandi, ayo mandi dulu baru tidur.” Rudy mengulurkan tangan memeluknya, tetapi Clara menghindari sentuhannya dengan panik.

Menurut pengalaman sebelumnya, dia pasti akan ‘dimakan’ lagi setelah memasuki kamar mandi.

Rudy menyipitkan matanya, sepertinya dapat menebak pikirannya, senyuman di bibirnya semakin mendalam.

“Pergi mandi, aku tidak akan menyentuhmu malam ini, terlalu sering melakukannya, tubuhku juga tidak tahan.”

Clara membuka matanya yang indah dan memelototinya dengan tajam. Kulitnya yang putih memerah, tidak tahu apakah itu karena marah atau malu.

“Rudy, apakah kamu tahu malu!”

“Di antara wanita dan wajah, selama pria itu sehat secara fisik dan mental, dia pasti akan memilih yang pertama.” Selesai berkata, Rudy merangkul pinggangnya, dan langsung memeluknya masuk ke kamar mandi.

Clara dimasukkan ke bak mandi besar yang berisi air, karena kesal, dia sengaja mengambil air di bak mandi dan memercik ke tubuh pria. Kemeja biru gelapnya menjadi basah, tapi raut wajahnya tidak berubah, dan juga tidak merasa kesal, sangat santai, terlihat tidak terlalu buruk.

“Cuci sendiri? Atau aku yang membantumu?” Dia berdiri di dekat bak mandi dan memandanginya, tatapannya semakin mendalam.

Meskipun telah berjanji tidak akan menyentuhnya, tapi nafsu terlalu sulit dikendalikan.

“Rudy, cepat keluar!” Clara meringkuk di bak mandi, dan sekali lagi memercikkan air padanya dengan marah.

Rudy menepuk bajunya yang basah dengan gerakan anggun. "Setelah selesai, panggil aku." Selesai berkata, dia berbalik dan berjalan keluar, lalu menutup pintu kamar mandi dengan lembut.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu