Suami Misterius - Bab 1082 Ciuman Pertama

Pada saat yang sama, di sisi lain.

Vivi mengemudikan mobilnya dan membonceng Diana, sedang menyusuri jalanan.

Diana meletakkan tangannya di jendela mobil dan melihat ke samping keluar jendela. Ketika kegelapan mulai datang, seluruh kota diselimuti oleh cahaya lampu memberi orang perasaan samar yang membuat orang merasa ini tidak nyata.

Mata indah Diana yang berkaca-kaca, kelihatannya juga tampak samar. Ujung jarinya mengusap lembut ke bibir merahnya. Mengingat kembali rasa ketika Desta menciumnya.

Dada pria itu sungguh lebar dan kokoh, ketika berciuman tadi, Diana mencium aroma mint samar di antara bibir dan giginya, baunya sangat harum dan memikat.

Diana merasa pipinya masih terasa panas, jantungnya masih berdebar-debar.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Tanya Vivi tiba-tiba sambil memegang setir.

Diana menoleh ragu-ragu, menatapnya dan berkata dengan serius " Vivi, ternyata bibir pria juga lembut ya, agak dingin, seperti permen mint."

Vivi "..."

Vivi memegang setir di satu tangan dan mengulurkan tangan lainnya untuk menyentuh kening Diana. "Apa kamu mabuk?"

“Hanya beberapa teguk alkohol saja. mana mungkin bisa semudah itu mabuk.” Jawab Diana menurunkan tangan Vivi dari keningnya.

“Jadi, wajahmu tersipu memerah seperti pantat monyet, karena sedang membayangkan hal mesum ya.” kata Vivi tiba-tiba.

“Apa wajahku merah sekali?” tanya Diana sambil meletakkan tangannya di pipi, lalu menurunkan jendela mobil yang ada di sampingnya. Angin malam yang masuk dari luar jendela bisa menurunkan suhu panas di wajahnya.

"Karena kamu tidak mabuk, jadi kamu ini sengaja mendapat keuntungan dari tuan muda Sunarya?"

“Itu adalah ciuman pertamaku, padahal jelas-jelas dia yang mendapat keuntungan, ok!” kata Diana sambil memegangi wajahnya. Padahal jendela mobil jelas-jelas sudah terbuka tapi pipinya masih saja panas.

"Ciuman pertama?" Vivi dengan sengaja memperpanjang nada bicaranya, dengan membawa sedikit niat menggoda "Aduh, kalau begitu apa aku sudah menghancurkan hal baikmu dengan menarikmu keluar dari mobil tuan muda Sunarya?”

"Baguslah kalau kamu tahu itu.” gumam Diana, melirik tersenyum lalu berkata lagi "Namun, kamu begitu karena peduli dan perhatian padaku, jadi aku tidak akan mempermasalahkan dan tidak akan minta pertanggungjawaban karena telah merusak takdir baikku.”

Kedua orang itu terus bicara dan tertawa, hingga mobil sudah berhenti di depan gerbang pintu vila keluarga Zhou.

Di jok belakang mobil Vivi ada kotak kado kecil dengan kemasan yang sangat bagus, dia berbalik untuk mengambilnya dan menyerahkannya pada Diana. "Aku akan kembali ke kampus besok. Jadi, aku lebih awal mengucapkan selamat ulang tahun padamu ya. Selamat bertambah satu tahun lebih tua lagi."

Diana mengambil kotak hadiah itu, tersenyum dan berkata "Terima kasih."

“Sama-sama, sampai jumpa lagi.” selesai Vivi bicara dengan riangnya, dia pun melambaikan tangan pada Diana.

Diana membuka pintu dan keluar dari mobil, memandang vila kecil dalam kesunyian malam, senyum di wajahnya perlahan menghilang dan menghela napas berat meski tidak ada apa-apa.

Vila keluarga ini, sungguh membuatnya sulit tersenyum ataupun tertawa.

Ketika Diana masuk ke vila dan berdiri di teras depan untuk mengganti sepatu, dia mendengar pertengkaran dan tangisan di ruang tamu.

“Bahkan jika Daria bukan anak kandungmu. Kamu juga melihatnya tumbuh dewasa. Memintamu mengadakan pesta ulang tahun untuknya, apa maksudmu dengan menunda-nunda seperti ini. Sebenarnya apa maksudmu hah!” Suara Jay cukup keras hingga rasanya bisa mengangkat atap.

Susana menangis terisak, lalu berkata "Diane sudah menginjak umur dewasa tahun ini. Tapi kamu tidak peduli sama sekali dengan hari ulang tahunnya. Sekarang, kamu malah ingin mengadakan pesta ulang tahun untuk Daria. Kamu mau minta orang luar bagaimana berpikir dan memandang tentangku!”

Daria satu tahun lebih tua dari Diana dan ulang tahun mereka hanya beda beberapa hari saja. Dan Jay tidak pernah memperhatikan hari ulang tahun Diane, tapi dia malah mau menyiapkan dan mengatur sebuah pesta ulang tahun untuk Daria.

Kepribadian Susana itu sangat lemah, dia bahkan tidak bisa menolak dan cukup sering ditertawakan.

"Kamu tidak hidup untuk dilihatkan ke orang lain. Apa hubungannya dengan orang luar bagaimana memikirkan dan memandangmu. Lebih baik jalani hidupmu sendiri saja, itu sudah cukup. Diane bukannya punya kamu sebagai ibunya. Kamu menyiapkan kalung khusus untuk Diane, tapi kamu sama sekali tidak memikirkan Daria.”

Setelah mendengarkan kata-kata Jay, Susana masih saja menangis, bahkan tidak bisa membantah semua ini.

Diana berdiri di depan pintu dan sudah tidak sanggup mendengarkan pertengkaran ini lagi. Dia memakai sandalnya lalu masuk ke dalam ruangan.

Susana sedang duduk di sofa sambil menyeka air matanya. Wajah Jay merah marah. Ketika dia melihat Diana, dia langsung memelototinya "Seorang gadis keluar main-main di tengah malam seperti ini dan kembali dalam keadaan mabuk, apa kamu masih punya rasa malu hah!"

Diana tersenyum sinis mendengar ucapan ini "Sekarang jam sembilang kurang, apa sudah larut malam? Apakah sastra ayah diajari oleh guru musik? Selain itu, kamu hanya melototiku seperti itu saja, langsung bisa tahu kalau aku minum alkohol. Wow, benar-benar kagum sekali dengan kemampuan melihatmu itu.”

Diana hanya minum sedikit alkohol dan dia sama sekali tidak mabuk. Jika Desta mencium bau alkohol ketika dia menciumnya itu hal yang wajar dan masuk akal. Tapi Jay berbeda. Dia berada delapan kaki jauhnya darinya. Jika dia bisa mencium bau alkohol di diri Diana, itu berarti dia punya hidung anjing.

Dan Jay begitu yakinnya kalau Diana sudah minum alkohol dan sedang bermain-main di luar. Ini semua pasti laporan dari Daria. Ketika Diana sedang menelepon Vivi dan mereka janjian bertemu di bar, Daria saat itu sedang berdiri di luar pintu. Sepertinya dia mendengar isi dari percakapan di telepon.

"Apa yang sedang kamu katakan? Apa ini caramu bicara dengan orang yang lebih tua!” kata Jay marah. Tapi sayangnya dia tidak tega memukul dan memaki Diana lagi, jadi dia sudah terbiasa meluapkan amarahnya kepada Susana.

"Lihatlah putri baik yang kamu didik ini. Dia benar-benar tidak memiliki pendidikan dan tata krama sama sekali."

Susana masih menangis, tangisnya semakin terisak dan sangat sedih.

Diana benar-benar marah. Dia berjalan dan menarik ibunya dari sofa. Dia berkata dengan dingin kepada Jay "Karena menurutku ibuku tidak bisa mengajariku jadi anak yang baik, kalau begitu silahkan bercerai. Dan silahkan nikahi siapapun yang kamu anggap baik.”

“Kamu, apa ini ucapan yang patut kamu katakan kepada ayah hah!” Jay meraung marah.

“Apa yang kamu katakan kepada ibuku barusan, bukanlah apa yang harus dikatakan seorang suami kepada istrinya” kata Diana tanpa terlihat lemah sama sekali.

Jay sangat marah dan mengangkat tangannya, jelas sekali dia bermaksud untuk memukulnya. Susana tiba-tiba berdiri di depan putrinya, menangis dan berteriak "Kamu pukul, kamu pukul saja aku dan anakku ini sampai mati. Dengan begitu kamu bisa menarik Novanya masuk ke dalam rumah ini!”

Wajah Jay langsung jadi semakin tidak menyenangkan. Dia tercengang dan tak bisa mengatakan apa-apa begitu mendengar ucapan Susana ini. Dia pun menurunkan tangannya dan langsung naik ke atas.

Diana merasa selama dua puluh tahun ini, akhirnya ibunya bersikap tangguh dan berani melawan.

Setelah pertikaian itu selesai, Diana kembali ke kamar dan duduk di depan meja rias, bersiap melepas riasan dan pergi ke kamar mandi.

Dia menghapus riasan di wajahnya dengan penghapus riasan. Ketika dia melepas anting-antingnya, dia baru menyadari kalau anting di telinga kirinya hilang.

Jika dia kehilangan anting yang biasa, dia tidak masalah. Tapi anting Diana yang dipakainya hari ini adalah anting yang dipesan khusus modelnya. Anting perahu emas itu bertatahkan kristal merah muda yang indah. Ini adalah hadiah dari kakeknya yang dipesan khusus untuk merayakan umurnya yang menginjak umur dewasa.

Diana cemas, dia sama sekali tidak tahu kapan anting-anting itu jatuh, jadi dia pun membungkuk dan melihat sekelilingnya untuk mencarinya.

Dia mengerutkan kening sambil mencari anting-anting itu, Susana mengetuk pintu kamarnya lalu masuk.

Karena Susana tadi baru saja menangis, jadi mata Susana masih bengkak.

“Ma, anting-anting pemberian kakekku hilang, apa kamu bisa membantuku mencarinya.” Kata Diana berjongkok di tanah dengan kepala menunduk, tanpa mengangkat kepalanya.

Susana berdiri diam dan tidak bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak tahu bagaimana memulainya.

“Ada apa?” tanya Diana mengangkat kepalanya, menatap ibunya dengan bingung.

“Diane, kalung yang Ibu berikan padamu, apa kamu bisa memberikannya kepada Daria? Lain hari, aku akan membelikanmu lagi.” kata Susana sedikit ragu-ragu.

Diana langsung berdiri dari lantai, wajahnya langsung jadi tidak menyenangkan.. Dan bertanya dengan wajah dingin "Atas dasar apa?"

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu