Suami Misterius - Bab 1055 Kalau Begitu Terpaksa Kawin Lari

"Tidak ada duanya?

Kamu ini mau menikah dengan raja atau menikah dengan presiden hah.”

Diana menjawab dengan wajah serius, "Dari sudut pandang 'Genetika Medis', tidak ada dua orang di dunia ini yang memiliki gen yang persis sama. Dengan kata lain, kita yang ada di dunia ini masing-masing adalah unik atau satu-satunya."

"Cih.”

Setelah teman sekamarnya mendengarnya, dia mencemooh, “Diane, kamu bisa serius dikit tidak sih. Kita ini sedang membicarakan dan mendiskusikan tentang masalah percintaan. Ini adalah permasalahan pelajaran yang sangat sulit dan ketat.”

Diana pun berkata dengan santai, “Tuntutanku tidak terlalu tinggi, yang penting pria, masih hidup, laporan pemeriksaan fisik menyebutkan kalau seluruh tubuhnya sehat dan semua anggota tubuhnya utuh sempurna.

Cukup aku suka dia dan kakekku juga suka dia.”

“Jika seandainya kamu suka, tapi kakekmu tidak suka, bagaimana dong?”

Tanya ketua kamar.

Diana tampak bingung sejenak, lalu berkata, “Kalau begitu...terpaksa kawin lari.”

Diana jelas tidak akan mungkin seperti ayahnya, Jay yang begitu bodoh itu. Yang bahkan tidak memiliki keberanian untuk bersama dengan orang yang disukai.

Menurut rumor, Jay Zhou dan Novanya sama-sama jatuh cinta dan cintanya sangat besar sampai ingin hidup dan mati bersama. Sayangnya, Novanya adalah seorang cinderella. Dia berasal dari keluarga biasa dan ayahnya adalah seorang pemabuk. kakek Zhou dengan tegas tidak menyetujui hubungan mereka. Akhirnya, Jay putus dengan pacar yang sangat dicintainya, lalu dengan patuhnya menikah dengan Susana, gadis yang sangat populer dan dari keluarga terpelajar.

Tapi akibatnya, setelah menikah dia masih berhubungan dengan mantan pacarnya secara diam-diam. Dan itu benar-benar merugikan orang lain.

Setelah Diana selesai berbicara, dia mengambil kesempatan itu untuk menghadap ke komputernya dan langsung mengambil mouse untuk mencari file yang tersembunyi.

Baru saja dia mengklik video itu, saat itu sang aktor di film itu baru saja melepas bajunya dan memperlihatkan otot-otot yang kokoh dan kuat.

Belum sempat Diana ngiler, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk dari luar.

Diana masih belum bereaksi, tapi ketua kamarnya sudah melompat menghampirinya dan langsung menekan tombol shut down di komputernya.

Diana, "..." Dia melihat layar komputer yang tiba-tiba menjadi gelap di depannya, dan membatin dalam hati, pantaslah jadi ketua kamar. Dia pasti sudah menonton banyak film, kemampuan meresponnya ini pasti terlatih dari kebiasaan.

Ketua kelas wanita mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam, matanya melirik menyapu semua orang, "Kamar kalian hari ini sangat ramai sekali."

"Kita sedang bersama-sama mendiskusikan mengenai anatomi.”

Jawab semua orang dengan serempak.

Ketua kelas wanita, "... em..kalau begitu silahkan kalian teruskan diskusinya."

Setelah dia selesai berbicara, dia menoleh untuk melihat Diana, "Bu Guru Lena mencarimu, kamu sana segera pergi ke kantornya."

Ketika Diana mendengar Lena mencarinya, dia merasakan kepalanya langsung pusing dan bingung tidak karuan.

Lena adalah ketua direktur departemen ginekologi Rumah Sakit dan juga dosen profesor kehormatan dari universitas kedokteran Dan Diana adalah muridnya yang berorientasi untuk mengembangkan bakatnya.

Setiap kali, Profesor Lena mencarinya, pasti tidak akan ada hal bagus terjadi. Selain memberi tugas ya menentukan topik pelajaran.

Diana berjalan keluar dengan enggan dari gedung asrama, membawa tasnya dan pergi ke area belajar mengajar.

Dia masuk ke ruang kerja Lena. Seperti biasa, pertama Lena akan memberikan kritik edukasi. Ucapan yang setiap kali Lena katakan padanya adalah dia terlalu malas dan tidak punya motivasi yang lebih baik, serta sangat menyia-nyiakan bakatnya.

Diana dengan patuh hanya bisa menundukkan kepalanya mendengarkan setiap nasehat dan teguran Lena. Tapi dia membatin, ini semua benar-benar bukan karena dia malas, tapi karena masalah di rumah yang terlalu banyak,

Ada ayah yang tidak pernah membuat dirinya tenang, dan juga ada ibunya yang sangat khawatiran dan suka mencurahkan hatinya.

Selain itu, kakeknya juga selalu tidak setuju dia belajar kedokteran. Kakeknya selalu ingin dan selalu mengingatkannya untuk mewarisi perusahaan keluarga. Setiap hari selalu ingin untuk melemparkannya langsung ke perusahaan agar bisa terus bergaul dan berurusan setiap harinya dengan para produser film.

Walaupun dia punya bakat dan kemampuan yang hebat dan luar biasa pun, dia tetap tidak akan bisa menyelesaikan semua kesibukan itu dalam satu waktu.

Biasanya, Lena mengomelinya paling lama sepuluh menit. Tapi hari ini, kondisi fisik dan mental Lena kelihatannya sangat bagus, sehingga dia masih tidak berniat berhenti mengomel meskipun sudah lewat setegah jam lebih.

Diana tanpa sadar menutup telinganya dengan jarinya. Telinganya sangat lelah mendengar semua itu.

Untungnya, pada saat ini ada seseorang yang mengetuk pintu, lalu berjalan masuk ke dalam.

“Desta, kenapa bisa kamu datang kesini?”

Lena melihat Desta yang berdiri di depan pintu, dan akhirnya bertanya karena cukup terkejut.

“Ibuku baru pulang dari luar negeri, dia membawakanmu sesuatu.”

Desta menenteng sebuah kotak yang terbungkus dengan rapi dan indah sambil berjalan masuk.

Suara rendah dan begitu berat namun mempesona itu semerdu suara rendah dari double bass.

Suara ini begitu merdu seolah bisa membuat orang hamil hanya dengan mendengarkan suaranya.

Diana tanpa sadar menoleh. Ketika dia melihat wajah pria itu dengan jelas, dia sangat terkejut.

Bukankah ini pria muda tampan yang ditakutinya di kamar mandi hari itu yang sampai tidak bisa buang air kecil? tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini.

Sungguh, kehidupan ini begitu sempit dan tidak mungkin tidak bertemu lagi.

"Ibumu ini terlalu repot-repot deh, sampai menyuruhmu khusus datang kesini untuk memberikan oleh-oleh ini. Aku kan bisa mengambilnya lain hari.”

Lena menaruh kotak hadiah itu. Saat dia hendak mengatakan sesuatu lagi, seorang dosen laki-laki masuk dan berkata kepadanya, "Profesor Lena, wakil kepala universitas memintamu kesana sebentar."

"Baik."

Jawab Lena, lalu berkata kepada Desta, "Kamu tunggu aku sebentar ya. Aku akan segera kembali.

Ada lagi, tolong bantu aku mengawasinya dan jangan biarkan dia kabur. "

Selesai Lena bicara, dia pun buru-buru pergi.

Desta ingin menolak, tapi tak berdaya karena Lena sudah pergi dan tidak memberinya kesempatan menolak.

Sehingga, dia terpaksa tetap di sana, melakukan amanah yang sudah dipercayakan kepadanya oleh orang lain.

"Hai, cowok ganteng. Ketemu lagi ya, takdir kita berdua benar-benar cukup besar ya.”

Diana mengangkat tangannya dan menyapa Desta dengan senyum.

Desta meliriknya dengan santai, jelas sekali kamu Desta mengenalinya juga.

Tapi, Desta mengabaikannya, dia hanya duduk di kursi yang jaraknya beberapa langkah darinya, lalu mengeluarkan ponselnya, menundukkan kepala melihat ke ponselnya.

Diana merasa diabaikan, tapi karena dia orang yang tidak terlalu ambil hati. Jadi, dia sama sekali tidak sakit hati. Dia mengangkat dagunya lalu melihat ke arah pintu masuk.

Dia membatin, kapan lagi saat yang tepat untuk kabur kalau tidak saat ni? Dia tidak ingin terus di sana dan mendengarkan semua omelan Lena.

Diana langsung bangkit dari kursinya dan berjalan cepat ke arah pintu.

Namun, ketika dia melewati Desta, tiba-tiba Desta mengulurkan tangannya, dan satu tangan dengan kuat menggenggam tangan Diana.

Desta bahkan tidak memandangnya, tatapannya masih saja tertuju pada ponsel. Tapi dia berhasil dengan tepat menggenggam pergelangan tangan Diana. Itu benar-benar keahlian yang hebat.

"Kembalilah duduk."

Kata Desta.

Diana menggoyang-goyangkan lengannya dengan kuat. Tapi telapak tangan Desta seperti borgol yang dengan kuat menggenggamnya, bagaimana pun berusaha melepasnya tetap tidak bisa terlepaskan.

Dia menaikkan alisnya, "Aku tidak mau duduk kembali, memang kamu bisa melakukan apa padaku hah.”

Lepaskan aku, kalau tidak, jangan salahkan aku kalau aku tidak akan segan denganmu.”

Desta menutup telinganya pura-pura tidak mendengarnya, tapi tetap memegangi pergelangan tangan Diana dengan satu tangannya, dan tidak bergerak sedikitpun.

Diana tidak bisa melepaskan diri. Dia kesal sekali, lalu satu tangannya yang lain menindih pergelangan tangan Desta, lalu dengan tepat menyentuh persendian di pergelangan tangan Desta. Tepat bersiap melepaskan pergelangan tangan Desta itu.

Namun, dia tidak menyangka Desta bereaksi dengan begitu cepat. Desta segera menyadari apa yang ingin dia lakukan. Desta memutar pergelangan tangannya, lalu melepaskan tangan Diana. Lalu, Desta membalik tangannya dan dengan tepat berhasil menggenggam kedua tangan Diana secara bersamaan. Lalu, dengan keras menyudutkan Diana ke samping dinding.

Sepasang mata hitam dan gelap pekat sedikit menyipit, berfokus menatap tajam ke Diana.

Ekspresi wajah Desta dingin.

"Aku terlalu meremehkanmu ya."

Jika tadi, respon Desta sedikit lebih lambat saja, Diana pasti sudah berhasil.

Dengan kata lain, Diana hampir saja berhasil.

Tuan muda Sunarya yang bermartabat dari keluarga Sunarya, seseorang yang melewati pelatihan utama di ketentaraan. Jika seorang gadis kecil berhasil melepaskan tangan darinya, itu pasti adalah hal yang benar-benar memalukan untuk Desta. Kedepannya, dia tidak perlu lagi bergabung dalam apapun karena malu.

Diana menatapnya dengan tatapan kosong, mungkin karena dia tidak menyangka dirinya tidak berhasil.

Sebelumnya, Dia tidak pernah gagal sekalipun.

Setelah dia sadar apa yang terjadi, pipinya menggembung karena marah, dia melotot dan meronta, "Lepaskan aku. Jika tidak, jangan salahkan aku kalau aku tidak segan denganmu.

Aku benar-benar tidak akan segan denganmu loh."

Desta tidak berusaha keras untuk menekannya ke dinding. Dan sayangnya, perbedaan alami kekuatan antara pria dan wanita membuat Diana benar-benar tidak dapat melepaskan diri.

Desta melengkungkan sudut bibirnya, melihat dengan senang dia yang terus berusaha melawan. Seolah seperti kucing yang bermain-main dengan tikus.

“Tidak perlu segan, aku ingin lihat. Kamu punya trik apa lagi.”

Katanya.

Desta sudah bersiap, mustahil bagi gadis di depannya ini untuk terlepas dari lengannya.

Namun, ternyata dia terlalu meremehkan gadis ini.

"Kalau begitu jangan salahkan aku ya."

Mata indah Diana memancarkan kelicikan, lalu detik berikutnya, dia berteriak kencang, "Tolong, tidak sopan sekali, lepaskan aku, kamu jangan menyentuhku!”

Desta, "..."

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu