Suami Misterius - Bab 344 Ada Seseorang Ingin Bertemu Denganmu

Di dalam mobil, Clara bersandar di jendela, kebetulan melihat Wini dimasukkan ke dalam sebuah mobil van yang sudah usang, kemudian, orang-orang itu beramai-ramai pergi.

Satu tangan melingkar kemari dari belakang, merangkul pinggangnya yang ramping, sekuat tenaga menariknya, dia langsung terjatuh ke dalam dada yang penuh kehangatan.

“Kepala sakit tidak? Duduk dengan baik dan diam.”

Clara berbaring dalam dadanya, bibir merah secara disengaja dan santai menggesek lembut di dagunya, nafas yang harum, “Hanya terbentur sedikit saja, aku juga bukan terbuat dari kertas.”

Telapak tangan Rudy menahan dagunya, jari-jari yang agak dingin menyentuh keningnya, memang hanya terbentur hingga agak memar sedikit saja, tidak ada masalah besar. Tapi wanita yang dia cintai, walau berkurang satu helai rambut saja, dia juga akan merasa sayang sekali.

“Kelak, jangan sering kembali ke keluarga Santoso.” Dia berkata dengan suara dingin.

“Oh.” Clara mengangguk dengan patuh. Sangat alami bersandar dalam pelukannya, dan tidak bisa menahan diri untuk menghela nafas, “Wini ditendang keluar begitu saja, sungguh sayang sekali.”

“Yanto juga bukan orang bodoh.” Rudy mengucapkan sepatah kata.

“Benar, moral Wini memang perlu dipertanyakan.” Clara tersenyum senang dalam penderitaan orang, sepasang mata menyipit menjadi sebuah garis panjang, sama seperti seekor rubah licik.

“Kali ini Rina dan putrinya juga belum tentu akan mendapatkan keuntungan, Yanto bisa berada dalam posisi hari ini, tentu saja bukan orang bodoh. Orang-orang itu mendadak datang mencari, aku saja bisa memikirkan kalau itu adalah perbuatan Rina dan putrinya, apakah Yanto tidak bisa memikirkannya? Saat ini mungkin sedang melampiaskan amarah pada mereka. Melampiaskan amarah pada wanita termasuk kemampuan apa, Yanto manusia sampah ini, juga tidak tahu pada waktu itu bagaimana mamaku bisa menyukainya, sungguh buta sekali!”

Clara selesai bicara, wajah penuh rasa mendapat keuntungan sambil mengulurkan tangan memeluk leher Rudy, “Tetap pria pengangguranku yang paling baik.”

“Senang omong kosong.” Rudy sangat memanjakan mencubit wajah mungilnya sejenak.

……

Dan pada saat bersamaan ini, keluarga Santoso tetap penuh keributan.

Wini sudah dibawa pergi oleh sekelompok orang itu, ketika pergi menangis sambil menjerit, nenek Santoso sepanjang jalan mengejar keluar rumah, melihat Wini dimasukkan ke dalam mobil dengan kasar. Nenek Santoso sangat marah sekali, dan langsung pingsan di sana.

Ester dan Yanto panik dan tergesa-gesa mengangkat nenek Santoso masuk ke dalam rumah, nenek Santoso sadar kembali, lalu sambil menangis sambil memarahi: “Sekelompok orang yang tidak memiliki hati nurani ini, selama bertahun-tahun Wini bekerja keras menjadi budak di rumah mereka, sekarang suaminya sudah meninggal, masih tidak ingin melepaskannya. Wini pernah mengatakan padaku, kakak sepupunya datang untuk pinjam uang, suaminya merasa tidak puas, dua orang berdebat sebentar, langsung mulai berkelahi, suaminya tersandung dan jatuh dari tangga, karena hal itu kakak sepupunya juga dijatuhi penangguhan hukuman mati, sudah diperlakukan cukup tidak adil.

Wini tidak ingin terus tinggal di sana, memohon padaku agar membawa dia keluar dari sana, dan memberi dia sesuap nasi untuk bertahan hidup. Orang-orang itu omong kosong, bahkan memfitnah dirinya. Jika dia memang memiliki rumah dan tabungan, masih perlu datang ke rumah kita untuk melayani aku nenek tua ini, dan melihat raut wajah istrimu yang buruk itu!”

“Ma, kamu jangan panik dulu, jangan marah hingga merusak kesehatan. Aku tidak akan hanya melihat dan tidak peduli pada Wini……” Yanto berusaha menghibur ibunya, setelah dokter keluarga selesai melakukan pemeriksaan, dia baru merasa tenang dan pergi meninggalkan kamar nenek.

Di dalam ruang tamu lantai satu, pembantu sedang sibuk.

Orang-orang itu menerobos masuk, banyak orang yang bertindak, kemudian, mulai berkelahi, merusak dan menghancurkan banyak barang, ruang tamu hampir semuanya kacau berantakan.

Rina sedang memerintahkan pembantu untuk bersih-bersih. “Sekelompok orang desa yang tidak pernah melihat dunia luar, benar-benar kasar dan brutal. Semua yang sudah dirusak ini, menjual mereka juga tidak cukup untuk ganti rugi! Pak No, jejak kaki yang ada di lantai harus dilap sampai bersih. Vivi, buang keluar karpetnya, besok suruh toko furnitur kirimkan satu set yang baru, semua yang pernah diinjak oleh orang-orang desa itu, aku tidak ingin menggunakannya lagi.”

Rina selesai bicara, melihat Yanto turun dari tangga, segera menyambutnya dengan senyuman, “Yanto, kenapa kamu turun, kembali ke kamar dulu, di sini berantakan sekali……ah……”

Kata-katanya belum selesai diucapkan, langsung ditampar oleh Yanto.

Rina tercengang karena tamparannya, menutup wajahnya, seketika tidak bisa merespon, termenung melihat Yanto.

“Ma!” Yunita melihat situasi, segera pergi ke samping Rina, setengah memeluknya. “Pa, apakah tidak bisa dibicarakan baik-baik jika ada masalah, untuk apa sampai semarah ini.”

“Yanto, aku tahu Wini dijemput pulang hatimu merasa tidak nyaman, tetapi jangan lampiaskan amarah padaku, kita sudah menjadi suami istri selama bertahun-tahun, posisiku dalam hatimu, masih tidak bisa dibandingkan dengan seorang wanita liar.” Rina bersikap impulsif mengatakannya.

Yunita malah sedikit mengerutkan alis, menarik-narik lengan bajunya tanpa ketahuan. Yanto sedang marah sekali, sekarang keras dilawan dengan keras, yang rugi pasti mereka.

Benar saja, kemarahan Yanto bertambah pada saat bersamaan, mengangkat tangan dan menampar Rina sekali lagi. Tetapi, kali ini Rina ada persiapan, begitu memalingkan wajah, tamparan Yanto hanya pelan melewati samping dagunya saja.

“Pa, kamu tenang dulu jangan marah.” Yunita takut Yanto memukul lagi, segera menghadang di hadapan Rina.

Yanto marah hingga kedua mata juga memerah, lengan gemetaran menunjuk mereka ibu dan anak, “Hal baik yang sudah kalian lakukan, apakah masih harus aku yang mengungkapkannya! Bagaimana orang-orang itu bisa mencari sampai ke rumah, dalam hati kalian jelas sekali.”

Yanto juga tidak bodoh, Wini berada di keluarga Santoso tidak pernah bepergian, juga tidak pernah berinteraksi dengan orang luar, bagaimana orang-orang itu bisa mencari ke sini, dan berani menerobos ke dalam rumah wakil walikota, jika mengatakan kalau tidak ada yang memberi perintah di balik semua ini, Yanto pasti tidak akan mempercayainya.

Dan siapa orang itu, Yanto tahu dengan jelas hanya tidak mengatakannya. Kepergian Wini, orang yang langsung mendapat keuntungan adalah Rina dan putrinya.

Yunita juga tahu jelas hanya tidak mengatakannya, untuk saat ini sudah tidak bisa menganggap Yanto bodoh dan terus menipunya.

“Papa, kami adalah satu keluarga, tidak peduli aku dan mamaku melakukan apa pun, semuanya juga demi kamu.” Yunita mengucapkan kata-kata yang berperasaan kuat. Dia sungguh orang yang pintar, juga pandai berbicara. Kata-kata ini tampaknya sudah hampir mengakuinya, tapi sebenarnya tidak mengakui apa pun.

“Papa, terlalu banyak masalah dalam diri Wini, orang-orang dalam keluarga suaminya juga tidak mau melepaskannya. Lebih baik biarkan dia pulang dulu sementara waktu, tunggu selesai mengurus masalah warisan yang tersisa dalam keluarga suaminya, baru mengajaknya pulang ke sini juga tidak telat.

Apalagi, pemilihan umum sudah akan tiba, pada saat penting ini, kamu jangan sampai terjadi kesalahan, seandainya sampai terjadi suatu skandal, sungguh keuntungan yang didapat juga tidak cukup menutupi kerugian.”

Yunita benar-benar terlalu memahami Yanto, setiap kalimat yang diucapkan langsung menancap di atas titik kelemahan Yanto. Raut wajahnya tetap buruk sekali, tapi tidak menyerang lagi, hanya pergi dengan penuh amarah.

Yanto kembali ke kamar, baru teringat awalnya hari ini ingin merundingkan masalah pemilihan umum dengan tuan muda keempat Sutedja, ada perlindungan dari tuan muda keempat Sutedja, posisinya sebagai sekretaris komite partai sungguh bisa didapatkan dengan penuh keyakinan.

Yanto tidak sabar mengeluarkan ponselnya, menelepon Clara. Akhirnya, Clara dan Rudy sudah meninggalkan kota A, sedang berada dalam pesawat dan terbang ke arah selatan.

“Rudy, kamu menipuku untuk naik pesawat, masih belum mengatakan mau membawaku pergi kemana?” Clara tidak tahan untuk mempertanyakannya.

“Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.” Rudy tersenyum hangat sambil mengatakannya.

“Siapa?” Clara bertanya lagi.

“Nanti kalau sudah tiba kamu akan mengetahuinya.” Rudy menjawab.

Clara sedikit memonyongkan bibir, sudah terbiasa mengulurkan tangan mencubit pinggangnya, “Cepat katakan, jangan sengaja mempermainkan orang hingga sulit memahaminya. Jika bertemu dengan orang tua, aku harus mempersiapkan hadiah dulu, ini adalah sopan santun. Jika bertemu dengan saingan cinta, aku perlu menyiapkan senjata, agar tidak dirugikan!”

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu