Suami Misterius - Bab 556 Istriku, Aku Sudah Pulang

Putri keluarga Zhou sangat menyukai Hyesang dan sangat membencinya.

Ahyon pernah mendengar Ramzez membicarakannya. Selama bertahun-tahun, keluarga Zhou dan keluarga Sutedja selalu berniat untuk mengadakan pernikahan politik, tetapi Hyesang tidak pernah menyetujuinya.

Ahyon tidak bersedia untuk pergi, Hyesang juga tidak memaksanya.

“Pernikahan dimulai jam 12, aku bersiap untuk pergi sekarang, aku bisa sekalian mengantarmu ke kantor.” Kata Hyesang.

Ahyon mengangguk, ia mengenakan mantel dan ikut pergi bersama dengannya.

Mobil melewati sebuah kopitiam bergaya Hong Kong, Hyesang membeli sebungkus sarapan untuk Ahyon.

“Sampai di kantor jangan lupa sarapan, kalau kamu sakit karena kelaparan akan membuatku sedih.” Hyesang berkata dengan senyuman hangat.

Ahyon memegang bungkusan kantong itu dan kemudian berkata dengan kaku, “Terima kasih.”

“Sama-sama” Hyesang tersenyum lalu membungkuk dan mencium bibirnya yang merah.

Ahyon dibuat tidak berdaya oleh ciumannya.

Hyesang memegang dagunya yang kecil dengan lembut dan berkata sambil tersenyum, “Sama-sama.”

... Putra komite politik provinsi menikah, seluruh orang-orang kelas atas di Kota A akan ikut bergabung untuk merayakannya.

Rudy dan Clara juga masuk dalam list tamu yang diundang.

Rudy mengenakan setelan jas berwarna abu-abu, auranya terlihat tegas dan dingin.

Sementara Clara terlihat gemerlap dengan perhiasannya, tubuhnya mengenakan gaun merah panjang, desain sutra sebagai kerah, dengan bordiran diujung gaun dan dihiasi dengan serpihan batu Kristal.

Rambutnya yang panjang disanggul, rambut hitamnya tidak mengenakan aksesoris tambahan, hanya anting-anting berlian yang berkilau terpasang di telinganya, membnuatnya terlihat elegan dan berkelas.

Clara bukan orang yang suka pamer, tetapi penampilan seorang istri mewakili harga diri suaminya, karena ia adalah seorang Istri Tuan Sutedja, jika tidak berdandan sedikit lebih cantik, tidak tahu gossip apa yang akan dibuat oleh para awak media. Mungkin akan ada adalah membuat gossip retaknya hubungan mereka.

“Ibu dan kakak ada di area VIP sana, kamu temanilah mereka. Aku pergi untuk menyapa Paman Zhou.” Rudy menepuk-nepuk tangan Clara dan berkata sambil tersenyum.

“Hmm.” Clara mengangguk, dengan memijak sepatu hak tingginya berjalan ke arah Nyonya Sutedja dan Ardian.

Clara duduk di sebelah Nyonya Sutedja, keduanya berbisik entah mengatakan apa, Nyonya Sutedja tertawa dan menyentil dahi Clara, Clara menutupi mulutnya dengan tangannya, ia tertawa begitu bahagia dan menyandarkan kepalanya di atas bahu Nyonya Sutedja sambil bermanja-manja.

Clara memang paling bisa mengambil hati orang tua, ia adalah pembawa kesukacitaan bagi Nyonya Sutedja.

Nyonya Sutedja sering berkata: jika ada Clara di sampingku, kerutan di wajahku akan tumbuh sangat cepat.

Clara menemani Nyonya Sutedja bercanda, hingga acara pernikahan berakhir, ia tetap tidak meilhat Rudy.

“Para pria itu biasanya sibuk sendiri dan jarang bisa berkumpul bersama seperti ini. Kesempatan seperti hari ini jarang terjadi, mereka pasti punya banyak acara. Mereka tidak tahu akan berkumpul sampai jam berapa, mari kita pulang duluan. “ Kata Nyonya Sutedja kepada Clara.

Clara mengangguk, kemudian mengambil ponsel dan menelpon Rudy.

Seperti yang dikira, di balik telepon terdengar sangat berisik.

“Clara, aku disini masih belum selesai, kamu dan Ibu pulanglah terlebih dulu.” Rudy berkata dengan lembut.

“Sudah tahu, jangan terlalu banyak minum, pulanglah lebih awal. Tuan muda Zhou baru menikah, jangan menghalangi orang untuk pulang menemani pengantinnya.” Clara berkata sambil tersenyum.

Rudy merespons dengan tidak berdaya, ia memegang ponsel dengan satu tangannya sambil memandang ke arah ruang VIP, Tuan Muda Zhou sedang meminum Bir dengan murung.

Ini karena Tuan muda Zhou tidak ingin kembali dan berurusan dengan pengantin wanitanya, sehingga ia menarik mereka keluar sebagai alasan.

Ketika Tuan muda Zhou kuliah, ia sudah memiliki seorang kekasih. Kedua orang tua gadis itu adalah seorang buruh dan keluarganya biasa saja. Sekretaris Zhou dan istrinya bersikeras tidak setuju, dan akhirnya memisahkan hubungan mereka.

Tuan muda Zhou merupakan orang yang punya pemikiran sendiri, ia langsung membawa gadis itu dan orang tuanya ke luar negeri.

Ketika gadis itu pergi, ia telah hamil lebih dari tiga bulan, dan saat ini sedang menunggu kelahiran anaknya di luar negeri.

Gadis yang dicintainya itu masih menunggunya di seberang samudera, tetapi Tuan muda Zhou terpaksa harus menikahi seorang wanita yang tidak disukainya,ia merasa sangat depresi.

Tuan muda Zhou sangat depresi, ia menarik diri dan meminum bir satu botol demi satu botol, dan dia sendiri sudah menghabiskan dua botol seorang diri.

Rudy menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya, hari ini ia mungkin tidak bisa melarikan diri.

“Kakak keempat.” Tuan muda Zhou merangkul bahu Rudy dan menangis dengan kencang.

“Aku susah payah membohongi dengan serius untuk keluar negeri, jika aku mengatakan kepadanya bahwa orang tuaku memintaku untuk menikahi wanita lain, dia pasti akan meminta putus dariku bahkan akan menggugurkan anakku. Dia akan melahirkan bulan depan. Kemarin kami baru saja menelepon. Dia bertanya padaku apakah aku sudah menyiapkan nama yang bagus untuk anak kami. Ketika dia kembali setelah masa nifas satu bulan, kami akan membuat surat nikah dan memasukkan bayi itu ke kartu keluarga. Gadis bodoh itu, dia percaya apa pun yang aku katakan. Aku berbohong padanya dan mengatakan bahwa ketika anak itu lahir, orang tuaku pasti akan menerimanya demi cucu mereka. Ia menerima semua tekanan, mengabaikan orang tuanya dan memilih untuk melahirkan anak di luar nikah. Bagaimanapun, aku tidak peduli apakah orang tuaku akan mengakui anak ini atau tidak, seumur hidupku aku hanya akan melahirkan anak ini. Wanita itu rela menjadi janda hidup, maka biarkanlah dia menjalankan pernikahan yang seperti itu.”

Tuan muda Zhou bicara tiada henti, Rudy hanya bisa menemaninya minum.

Setiap keluarga memiliki kesulitan masing-masing yang sulit dimengerti, dan orang luar seperti dia ini sangat sulit untuk mengomentari.

Acara minum-minum terus berlanjut hingga dini hari baru selesai, dan satu-satunya orang yang tidak minum hanya Gevin Sutedja.

Dia masih terbilang seorang junior, tidak ada yang berani memaksanya minum alcohol.

Akhirnya, Gevin yang bertanggung jawab untuk mengantar pulang orang-orang ini satu per satu.

………. Sementara di saat bersamaan, di Apartemen Jl. Gatot Subroto.

Clara sedang duduk di sofa, ia membaca naskahnya, sambil menguap dan menunggu Rudy pulang.

Jam lonceng berdentang, waktu sudah menunjukan lewat jam 12 tengah malam.

Clara merenggangkan pinggangnya, ia mengambil ponsel yang diletakkan di atas meja, baru saja ingin menekan nomor Rudy dan bertanya kapan dia akan pulang, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah dari luar.

Clara bangkit dari sofanya dan berlari ke ambang pintu untuk membuka pintu.

“Rudy, kamu gila-gilaan sampai malam begini baru pulang, lihatlah bagaimana aku akan memberimu pelajaran…….” Clara membuka pintu dengan garang, ia belum menyelesaikan pembicaraannya, ia sudah melihat Rudy yang mabuk sampai tidak sadarkan diri dipapah oleh Gevin dan Rahma di sisi kiri dan kanannya.

Gevin tersenyum mengejek, “Semua orang berkata bahwa Istri Rudy adalah seorang wanita yang galak, akhirnya hari ini aku benar-benar bisa membuktikannya.”

“Gevin, jangan banyak bicara.”

Setelah Rahma selesai berbicara, ia menatap Clara dan dengan nada meminta maaf, “Kamu jangan tersinggung, Gevin tidak berniat bicara seperti itu.”

Clara mengangguk dan menggangkat dagunya, “Tidak apa-apa, aku tidak pernah mengambil hati sikap junior seperti dia.”

Setelah Clara selesai bicara, ia berjalan dan memakai sandal lalu menggantikan posisi Rahma untuk memapah Rudy.

Rahma terdorong tanpa meninggalkan jejak seperti itu, membuat ekspresi wajahnya sedikit linglung.

Selanjutnya, Rudy dibawa ke sofa ruang tamu, ia masih mabuk dan tidak sadarkan diri.

Clara bergegas ke kamar mandi di lantai satu, lalu keluar lagi, ditangannya membawa handuk basah yang hangat.

Clara duduk di samping Rudy, ia memegang handuk yang hangat dan basah, dengan hati-hati menyeka wajah Rudy.

Mata Rudy sedikit terbuka, lalu memandangi Clara sambil tersenyum, bergumam dengan suara pelan: “Istriku, aku sudah pulang.”

Kemudian, ia memegang tangan Clara, matanya kembali terpejam dan tertidur.

Clara merasa pusing melihatnya, sehingga tidak tahan bertanya, “Dia sudah minum berapa banyak?”

“Seharusnya tidak sediki, Rudy memiliki kemampuan minum yang baik, dia tidak akan mudah mabuk. Dia bisa sampai seperti ini, tentunya tidak mungkin hanya minum sedikit. Dia akan merasa sakit kepala setelah tersadar dari mabuknya, kamu jangan lupa untuk memberinya obat pereda mabuk.”

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu