Suami Misterius - Bab 982 Yang Pertama Kali Aku Lakukan Adalah Mengusirmu.

Rudy melihat ke layar ponselnya, panggilan masuk dari Raymond.

“Bos, apa rencanamu menangani bibi sepupumu dan juga keponakanmu yang sedang panik itu?”

Tanya Raymond dengan santai.

“Hal semacam ini, apa masih perlu menanyakannya padaku? Apakah negaraku ini tidak ada hukumnya hah? Karena perbuatan mereka itu sudah melewati dan melanggar batasan hukum negara kita, maka biarkan dia mendekam di dalam penjara. Setelah mendekap di dalam penjara beberapa tahun, dia pasti sudah langsung tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.”

“Baiklah, aku mengerti.”

Jawab Raymond.

“Ada lagi, masalah yang aku minta kamu menyelidiki, bagaimana apa sudah dapat informasi?”

Tanya Rudy.

Rudy sangat tahu jelas seberapa besar kemampuan dan kekuasaan yang dimiliki oleh para bibi di Keluarga Sunarya. Kalau bukan karena di belakang mereka ada orang yang menyuruh dan mellindungi mereka, tidak akan mungkin bibi sepupu dan cucunya serta keluarganya berani sampai melakukan hal semacam ini.

“Setelah kakak sepupumu itu kehilangan pekerjaan, seluruh keluarganya pergi keluar untuk menghubungi dan menjalin relasi, sementara ini tidak ada yang terlihat aneh dan tidak wajar. Hanya saja, sebelum kejadian ini terjadi, Adik nenek Sunarya pernah berkunjung ke rumah mereka. Setelah itu, munculah kejadian kelinci mati ini.

Tapi masih belum tahu apa yang dikatakan oleh adik nenek Sunarya di sana dan juga masih belum tahu apa dia adalah dalang dari kejadian ini. Hal ini tidak mudah untuk diselidiki.”

Jawab Raymond.

“Tidak terlalu repot-repot menyelidiki, seorang gadis muda yang umurnya baru belasan tahun saja. Cukup dengan memasukkannya ke kantor polisi lalu biarkan polisi menakuti-nakutinya sebentar, maka semuanya sudah terkuak.”

Rudy bicara di telepon sambil berjalan hingga ke samping mobil, mengulurkan tangan membuka mobilnya lalu masuk dan duduk ke bangku pengemudi.

Di perjalanan pulang, dia hanya seorang diri. Suasana dalam mobil sangat hening dan hampir membeku rasanya.

Cahaya samar dari lampu lalu lintas bersinar masuk ke dalam mobil, menyinari setiap paras wajah tampannya yang menggoda, begitu dalam dan dingin.

Rudy pun pulang ke rumah, Wilson belum tidur. Dia terus bicara bagai anak burung yang langsung masuk ke dalam dekapannya. Setelah melihat ke belakang, dia bertanya dengan bingung, “Ibu dan adik kecil dimana?”

“Ibu dan adik kecil ada di rumah nenek. Beberapa hari lagi baru pulang ke rumah.”

Rudy tersenyum hangat, mengulurkan tangan mengelus kepalanya. Dia menggendong Wilson lalu berjalan naik ke lantai atas.

Wilson merangkul leher ayahnya, terlihat tatapan kecewa di matanya, “Aku rindu ibu dan adik, bagaimana ini?”

“Wilson bisa video call dengan ibu kok.”

Jawab Rudy lalu menggendongnya kembali ke kamar tidurnya.

*** Hari berikutnya, cucu dari bibi sepupu Rudy pun ditangkap dan ditahan di kantor polisi.

Setelah suara sirine mobil polisi terdengar dan cucu dari bibi sepupu itu dibawa pergi, bibi sepupu itu pun mencari ribut di rumah kediaman keluarga Sunarya, dia menangis histeri di sana. Rasanya hampir membuat rumah keluarga Sunarya itu jungkir balik.

Nenek Sunarya tak berdaya. Dia pun menelepon Bahron dan Ardian meminta mereka kembali pulang. Lalu menelepon Rudy dan memintanya untuk pulang sesegera mungkin bersama Clara.

Bahron, Ardian dan Rudy pun datang satu persatu memasuki pintu. Pada saat ini, Keluarga Sunarya sudah ribut tidak karuan.

Keluarga bibi sepupu itu sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menangis histeris.

“Nenek, kita kan masih saudara, masih satu keluarga.

Selama beberapa tahun ini, aku tidak melakukan kesalahan atau pun hal yang menyakiti kelurga Sunarya ini.

Rendi ini sudah terlalu kejam. Keke belum genap berumur delapan belas tahun, dia belum dewasa. Tapi begitu saja ditahan di kantor polisi, aku tidak tahu mereka di sana akan menakuti anakku hingga jadi seperti apa!”

“Kamu tidak tahu anakmu ditakut-takuti dan terkejut sampai seperti apa, lalu, apa kamu tahu bagaimana istriku ditakut-takuti dan terkejut seperti apa ketika menerima paket!”

Rudy berjalan masuk, tampak kemuraman di wajah tampan itu.

Awalnya bibi sepupunya ini sedang menutup wajahnya sambil menangis. Begitu mendengar pertanyaan Rudy ini, dia langsung terdiam. Justru menantunya yang langsung berdiri dan ikut menimbali pembicaraan, “Ini hanyalah lelucon anak-anak saja.”

“Apakah itu lelucon atau tidak, polisi pasti bisa membedakannya.”

Rudy menghampiri mereka lalu dia duduk di sofa utama dengan aura yang kuat dan begitu besar, menatap mereka semua dari atas dengan angkuhnya.

Bibi Liu menyajikan secangkir teh lalu menyerahkan langsung ke depannya. Sikapnya sungguh sangat dopan dan begitu hormat.

Rudy meneguk tehnya, lalu menatap bibi sepupunya yang sedang berakting menangis itu. Lalu, Astrid menambah minyak dalam api keributan ini.

“ Keke adalah anak yang masih belum dewasa. Masih bisa dimaafkan jika melakukan kesalahan-kesalahan kecil.

Kita sebagai satu keluarga, cukup menutup pintu rumah lalu menasehati dan memarahinya saja. Kenapa juga harus ribut sampai ditahan di kantor polisi. Rendi, kamu ini terlalu membesar-besarkan masalah kecil saja.”

Kata Astrid dengan masih terlihat tenang.

Bibi sepupu itu pun menarik tangan Astrid dan buru-buru menunduk.

“Di rumah ini, hanya kamu yang punya sifat lugas dan berani mengambil keadilan.”

“Ya ampun, sebenarnya harusnya masalah ini aku tidak berhak untuk ikut campur...” “Kalau tahu tidak berhak ikut campur, kalau begitu tidak usah banyak omong!”

Rudy memotong ucapan Astrid dengan dinginnya. Cangkir teh di tangannya jatuh di atas meja di depannya dengan keras, sehingga membuat suara yang tajam.

Astrid tersedak dan wajahnya sangat tidak senang.

Dia tahu kalau dia tidak bisa terlihat baik ataupun membujuk baik-baik Rudy, dia menoleh menatap Bahron dan Ardian. Lalu berkata dengan santainya, “Kakakku, kakak ipar, kalian ini benar-benar melahirkan seorang anak laki-laki yang baik ya. Bisa punya kesabaran yang begitu besar, bahkan orang tua saja berani dimarahi dan diprotes.”

Ardian mengangkat pandangan matanya, lalu meliriknya. Dia mengutak-atik kukunya sambil bicara dengan ramah, “Menurutku apa yang dikatakan Rudy tidak ada salahnya. Masalah ini tidak ada hubungan sedikitpun denganmu. Kenapa juga kamu harus sekhawatir itu.”

“Kamu...” Astrid gemetaran karena marah sekali. Dia pun menoleh melihat ke Bahron.

Bahron tidak mengatakan apa-apa, diamnya ini jelas setuju dengan ucapan Ardian.

Ekspresi wajah Astrid langsung berubah sangat marah. Dia menarik tangan bibi sepupu itu dan berkata, “Keluarga Sunarya yang sekarang sudah tidak seperti keluarga Sunarya yang dulu.

Kalau kepala keluarga sudah berubah maka aturan dan semuanya pun berubah, siapa lagi yang akan mengurus dan peduli dengan hidup dan mati kita.”

Setelah mendengar ini, bibi sepupu itu pun menangis lagi, tangisannya kali ini semakin keras.

Menantunya yang berdiri di sampingnya terlihat begitu sangat marah dan kesal sambil melototi Rudy, lalu berkata, “ Keke kami itu belum dewasa. Apalagi, Clara juga baik-baik saja. Aku mau lihat, siapa yang berani menghukum Keke kami!”

Tatapan mata Rudy jadi semakin tajam, menatapnya dengan tatapan mata arogan dan acuh tak acuh.

"Hukum di negara ini menetapkan kalau anak yang sudah berumur enam belas tahun yang melakukan kejahatan kriminal sudah bisa menanggung hukum pidana yang diterimanya. Kamu harus bersyukur karena istriku baik-baik saja.

Jika tidak, kejahatan kriminal anakmu tidak hanya kejahatan menakuti seseorang. Tapi jadi kejahatan pembunuhan.

Dari pada kalian punya waktu untuk ribut di sini, lebih baik gunakan waktu itu untuk kembali pulang mencari seorang pengacara yang akan memberikan kalian pengetahuan hukum yang baik.”

Setelah mendengar itu, ekspresi wajah bibi sepupu itu pun menegang. Lalu, dia pun bertumpu ke nenek Sunarya, sambil menangis terisak dan ingusan, dia berkata, “Nenek, coba lihat cucumu yang baik itu. Begitu buka mulut, terus saja mengatakan mengenai poin-poin hukum. Sedikitpun tidak menghormati dan tidak kasihan dengan keluarganya sendiri.

Padahal belum saatnya keputusan di keluarga Sunarya ini dibuat olehnya. Setelah nenek berumur ratusan tahun, yang ada kami hanya bisa membiarkannya meratakan kami semua.”

“Kalian sekarang sudah mengerti dan bisa melihatkan. Pewaris dari keluarga Sunarya kita kedepannya ini adalah orang yang tidak mau menghormati dan tidak mau tahu mengenai keluarganya sendiri.”

Kata Astrid mencibir dan menghina menambahi minyak dalam api kemarahan mereka.

Nenek Sunarya menghela nafas dengan kesedihan dan ketidakberdayaan, mengangkat matanya ke arah Rudy, "Rendi ..." Rudy tidak memiliki kesabaran untuk mendengarkannya sampai selesai dan langsung menginstruksikan para pengawal di sampingnya, "Tolong keluarkan dan usir orang-orang yang tidak ada urusan di sini. Jika mereka tidak mau pergi, kalau begitu berikan mereka pengetahuan hukum mengenai masuk ke rumah orang tanpa ijin beserta hukuman kejahatan yang akan ditanggungnya.

Jika mereka tidak keberatan membiarkan seluruh keluarganya merayakan imlek dan tahun baru di dalam penjara. Aku pun lebih tidak keberatan lagi.”

Selesai bicara, Rudy pun langsung berdiri dari sofa dan menunjukkan kalau tidak akan memberikan kesempatan negosiasi apapun.

Ketika dia melewati Astrid, dia berhenti lalu dengan ekspresi yang sangat dingin sekali dia berkata, “Tidak menghormati dan tidak mau tahu keluarga sendiri?

Jika aku benar-benar tidak menghormati dan tidak mau tahu keluarga sendiri, yang pertama kali aku lakukan adalah mengusirmu.”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu