Suami Misterius - Bab 339 Dia Sudah Sukses

“Konser gadis sialan itu akhir-akhir ini sangat panas dan terkenal, katanya mengundang beberapa tamu pendukung dan semuanya adalah orang penting dalam dunia musik. Dia baru berapa lama terjun dalam industri ini, ketenarannya sudah melebihimu. Pamanmu juga tidak tahu kenapa, pada saat ini tidak berusaha menekannya, kelak jika dia berhasil mendapatkan kesuksesan, bagaimana menghadapinya lagi!” Rina penuh amarah mengatakannya.

“Ada tuan muda keempat Sutedja yang mendukung di belakangnya, dia sudah sukses. Sebuah konser, begitu banyak sponsor, bukankah semua hanya melihat wajah tuan muda keempat Sutedja. Rudy ingin membuat mengangkat wanitanya sendiri, itu bisa diangkat hingga setinggi langit.”

Terdapat senyuman dalam nada bicara Yunita, sepasang mata menyembunyikan kepintaran dan rencana. “Dia diangkat hingga setinggi langit, ada keuntungan juga buat kita. Bukankah ada satu kalimat yang bunyinya: satu orang mendapatkan semua orang ikut menikmati.”

“Kata-kata bodoh apa yang kamu ucapkan, bagaimana mungkin Clara akan membantu kita.” Rina menggeleng.

“Tidak perlu bantuannya juga, kita hanya perlu memanfatkan kekuasaannya sudah cukup. Walau hubungan tidak baik, dalam pandangan orang luar, aku juga kakak dari istri tuan muda keempat Sutedja, siapa yang berani tidak menjaga perasaanku.” Yunita berkata dengan meremehkan, kedua belah bibir yang terlalu tipis, dioleskan lipstik merah cerah, di sudut bibir adalah senyuman berhasil, sedikit menyilaukan mata.

Clara mendapatkan orang kaya bisa bagaimana, bukankah tetap dimanfaatkan dan dikendalikan olehnya.

….…

Clara sama sekali tidak menyangka kalau Yunita akan begitu tidak tahu malu menggunakan namanya dan Rudy untuk menipu di luar sana.

Kali ini Yunita syuting film amal, disponsori oleh seorang investor, dan investor ini adalah saudara ipar dari kepala eksekutif Sutedja Group.

Pengusaha hanya ingin untung, film amal semacam ini yang tidak mendapatkan untung sama sekali, biasanya tidak ada investor yang ingin mengeluarkan uang. Yunita sangat lancar mendapatkan sponsor ini, dengan menggunakan nama siapa tanpa dikatakan sudah jelas.

Di dalam telepon, Clara penuh amarah menceritakan hal ini pada Rudy.

Rudy hanya tersenyum santai sejenak, masalah seperti ini, tampaknya dari awal sudah menduganya. Bagaimanapun, semakin tinggi pohon maka angin akan semakin kencang, selama beberapa tahun ini, para kerabat jauh yang memiliki hubungan dengan keluarga Sutedja, tidak sedikit memanfaatkan nama keluarga Sutedja untuk mendapatkan keuntungan. Dalam pandangannya tindakan Yunita sudah tidak aneh sama sekali.

“Yunita memang memiliki kemampuan.”

“Tidak tahu malu juga dinamakan kemampuan!” Clara sangat marah mengatakannya.

“Jika dia tidak memiliki sedikit kemampuan, juga tidak bisa membohongimu selama bertahun-tahun.” Rudy sambil tersenyum mengatakannya.

Clara berpikir-pikir benar juga, di satu sisi, dia harus berterima kasih pada Elaine atas keterlibatannya. Jika bukan Elaine, dia tetap seperti orang bodoh, tidak akan menyadari sifat asli ibu dan anak keluarga Muray, juga tidak akan tahu, Marco adalah orang yang begitu mudah goyah.

“Kamu mengejekku. Rudy, kamu cepat pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, aku akan putus denganmu, lihat kelak bagaimana dia menggunakan nama keluarga Sutedja lagi.” Clara berkata dengan marah.

Rudy mendengarnya, merasa tidak berdaya dan menggeleng, benar-benar sifat kekanakkan, selalu sembarangan mengucapkan kata ‘putus’ di mulut. Meskipun dia tidak pernah berpacaran, tapi pernah memiliki tunangan.

Rudy hanya pernah sekali saja mengatakan putus pada Rahma Mirah, kemudian, mereka benar-benar menjadi orang asing yang tidak ada hubungan apa-apa.

“Sudah tahu, kamu istrilahat lebih awal, agar bisa lebih bersemangat, besok sudah konser.” Dia berkata dengan lembut, nada bicara terdengar sedikit mengalah.

Sebagian besar waktu, dia juga tidak berdaya padanya.

“Oh.” Clara agak kesal jawab sepatah. Sebenarnya dia ingin bertanya padanya apakah besok bisa kembali untuk menonton konsernya, konser pertama dalam hidupnya, bagaimanapun memiliki arti yang berbeda.

Namun dia juga tidak ingin mengganggu pekerjaannya, lebih tidak ingin dia harus berusaha keras demi dirinya.

Setelah mematikan telepon, Clara berbaring di ranjang, juga tidak bisa menahan diri menghela nafas, dirinya sungguh seorang istri yang baik.

Malam ini, Clara tidur cukup nyenyak.

Keesok harinya setelah bangun, sudah mulai sibuk.

Konser dimulai pada malam hari, tetapi dari pagi sudah mulai mempersiapkannya.

Siang, Clara latihan terakhir kali, tidak ada kesalahan apa-apa. Luna manajer artis ini juga menemani dalam seluruh proses.

Meskipun dipersiapkan dengan sangat baik, tetapi begitu berdiri di atas panggung, melihat di bawah panggung penuh dengan para penonton, Clara tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa gugup.

Dia secara tidak sadar mengulurkan tangan dan memegang headset yang ada di telinganya, menarik nafas dalam-dalam. Kemudian, diam-diam mengucapkan satu nama dalam hatinya: Rudy.

Clara tidak tahu saat ini tiba--tiba dirinya mengingat Rudy, namanya dan penampilannya, langsung menerobos masuk ke dalam benaknya begitu saja.

Dia diam-diam memikirkannya, sepertinya penuh dengan keberanian.

Konser berjalan dengan sangat lancar, performa Clara luar biasa, membangkitkan semua suasana di tempat.

Luna bahkan merasa, dia memang dilahirkan untuk terjun dalam industri ini.

Setelah konser selesai, para penonton mulai meninggalkan tempat.

Clara baru saja masuk ke belakang panggung, langsung melihat Yani dan Marco yang berjalan dari depan ke sini.

Di tangan Marco, membawa sebuket bunga, bukan mawar, melainkan bunga Lily pink.

Sebuah konser, Clara berdiri di atas panggung juga harus melompat, harus berbicara dan harus bernyanyi, dia sudah kelelahan hingga hampir runtuh, tapi tetap menyambut Marco dna ibunya dengan senyuman.

“bibi Yani, kakak Marco.”

“Clara.” Yani merasa senang, dan bersemangat sambil mengulurkan tangan memeluk Clara, “bibi duduk di bawah panggung, melihatmu berdiri di atas panggung, sungguh berkilauan.”

“bibi, kamu jangan memujiku lagi, aku bisa melayang.” Clara memegang tangan Yani, senyuman sangat manis.

“Clara, selamat atas keberhasilan konsermu.” Marco memberikan bunga padanya, seiring dengan bunga segar yang diberikan, masih ada sebuah kartu undangan warna merah.

Ternyata sebuah kartu undangan pernikahan, tertulis nama Marco dan sebuah nama asing lainnya.

Clara memegang kartu undangan, matanya tertegun sesaat. Dia tidak mendengar kabar Marco berpacaran, mendadak mendapatkan kartu undangan pernikahan, hal ini sungguh terlalu mendadak.

“Kak Marco selamat ya.”

“Terima kasih.” Marco menaikan sudut bibir, senyuman sedikit samar-samar.

Clara tidak terlalu memperhatikan suasana hati Marco, melainkan menarik tangan Yani dengan intim, “Kakak Marco menikah, tunggu kakak ipar masuk tinggal bersama, bibi Yani juga tidak perlu khawatir begitu banyak lagi.”

Yani sambil tersenyum menundukkan kepala, penuh senyuman puas di wajah, jelas sekali, Yani sangat puas sekali dengan menantu barunya ini. Mengenai Marco puas atau tidak puas, itu bukanlah masalah yang perlu diurus oleh Clara.

Pada waktu itu Marco malah puas dengan Elaine, tetapi Elaine itu orang seperti apa! Bisa dilihat, mata Marco sejak dari lahir sudah buruk pandangannya, pilihan Yani masih lebih bisa diandalkan.

“Masalah Marco sudah ditetapkan, ini juga termasuk menyelesaikan sebuah beban pikiran. Clara, lalu kamu, berencana kapan menikah?” Yani memegang telapak tangannya, mata penuh perhatian dan kasih sayang.

Clara sangat ingin memberitahunya, sudah akan segera menikah, pasti tidak akan ditunda. Tapi dipikir lagi, dia adalah wanita, lebih baik harus lebih mengendalikan diri.

“bibi Yani, umurku masih muda, tidak terburu-buru.”

“Umurmu masih muda, tapi umur tuan muda keempat Sutedja sudah tidak muda lagi. Apakah dia tidak pernah mengungkitnya denganmu?” Yani mengangkat-angkat alisnya. Identitas Rudy terlalu tinggi, Yani tahu Claradan tuan muda keempat Sutedja berpacaran, dalam hatinya tidak pernah merasa tenang, takut Rudy hanya mempermainkan perasaan Clara.

Meskipun keluarga Ortega mereka tidak bisa dikatakan keluarga terpandang dan terkenal sekali, tapi di saat penting, dia harus keluar untuk membela Clara, jika tidak, dia akan merasa bersalah pada Evi yang sudah meninggal terlebih dahulu.

Wajah Clara tersipu malu, terhadap pertanyaan Yani sungguh sangat sulit menjawabnya. Hanya bisa malu-malu memanggil sekali, “Bibi Yani.”

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu