Suami Misterius - Bab 682 Aduk Sedikit Sudah Parah

Di sisi lain.

Gevin mengendarai mobil membawa Rahma dab Bobo kembali ke apartemen sewaan.

Jelas sekali Bobo ketakutan, wajah mungil sangat pucat, menangis agak lama, setelah lelah menangis baru tertidur.

Rahma menggendong anaknya ke atas ranjang, berhati-hati menyelimutinya, lalu mencium wajah kecilnya.

Kemudian, berjalan keluar dari kamar tidur.

Ruang tamu yang sempit, ada sebuah sofa kecil.

Tubuh tinggi Gevin duduk di sofa, terlihat jelas sangat berdesakan.

“Apakah Bobo sudah tidur?”

Gevin bertanya.

“Eng.”

Rahma mengangguk dengan lemah, tampangnya terlihat sangat menyedihkan.

Rambut sedikit berantakan, raut wajah pucat sekali, dan mata sangat memerah.

“Bobo ketakutan sekali, menghabiskan waktu yang lama di kantor polisi, lalu di bawa pergi oleh keluarga Rugos, juga tidak tahu apakah disiksa oleh orang lain……aku tidak menyangka Rudy bisa begitu kejam, akan membuang anak kandungnya ke kantor polisi dan tidak mempedulikannya.

Dia sudah bukan Rudy yang aku kenal lagi.”

Gevin mengatupkan bibir, senyuman agak samar.

“Rahma, paman muda tidak berubah.

Aku rasa, kamu hanya belum cukup memahaminya.”

Rahma menggigit bibirnya, mata memerah dan masih ada air mata dalam matanya.

“Paman muda selalu seperti ini, orang yang tidak dia pedulikan, maka hidup atau mati orang itu tidak ada hubungan dengannya.

Ayahku, walaupun bukan kakak kandungnya, tapi juga keluarga yang memiliki hubungan darah, ketika dia bertindak sama sekali tidak ada belas kasihan.”

Mengungkit Revaldo, raut wajah Rahma berubah lagi, “Orang dalam keluarga Sutedja kalian, siapa yang lebih baik dari siapa.

Ketika ayahmu menghadapi Rudy juga tidak pernah ada belas kasihan bukan.”

Gevin mendengarnya, jelas sekali tertegun sejenak.

Dia sama sekali tidak menyangka kalau Rahma tiba-tiba akan menyerangnya seperti ini.

“Santos berkata, ayahmu Revaldo yang membayarnya untuk merayuku.

Masalah ini, apakah kamu tahu?”

Rahma menatap Gevin sambil bertanya padanya.

Gevin sedikit menutup mata, otak berputar dengan sangat cepat.

Jelas sekali, Santos sudah mulai mengungkapkan kebenaran pada Rahma.

Saat seperti ini, jika dia masih terus menyangkalnya, hanya akan menghilangkan semua kepercayaan Rahma padanya.

Gevin mengerutkan kening, di wajah menunjukkan beberapa ekspresi sulit.

“Masalah ini, aku juga terakhir baru mengetahuinya.

Papaku, mungkin dia sudah ketakutan dengan paman muda.

Dia seorang diri berjuang mendukung perusahaan, sudah sangat sulit sekali, jika, paman muda dan keluarga Mirah menjalin pernikahan, memiliki dukungan kuat dari keluarga mertua, maka akan merebut perusahaan.

Aku baru tahu masalah ini setelah semuanya sudah terjadi, pada saat itu, aku juga sangat marah dengan tindakan ayahku ini, jadi, berdebat dengannya, dan aku pergi keluar negeri seorang diri.

Rahma, ayahku sudah meninggal, orang yang sudah meninggal tidak bisa kembali lagi, jika, kamu belum bisa memaafkannya, aku bersedia menggantikan ayahku untuk menebus kesalahannya.”

Wajah Gevin penuh rasa cemas dan sedih, kata-kata yang dilontarkan juga tulus sekali.

Air mata Rahma langsung menyembur keluar.

Jika bukan karena rencana Revaldo, dia juga tidak akan jatuh hingga ke tahap ini, dari puncak piramida langsung jatuh ke dasar lembah kehidupan yang paling sulit.

Dia sama seperti orang bodoh, menjadi korban perselisihan dalam keluarga Sutedja.

Tidak mungkin dalam hati Rahma tidak ada kebencian, tapi seperti apa yang dikatakan oleh Gevin, orang yang sudah meninggal tidak akan kembali lagi, Revaldo sudah meningal, dia masih bisa bagaimana lagi, tidak mungkin menggali kuburannya untuk melampiaskan kemarahan.

“Sudahlah, masalah yang sudah berlalu, aku tidak ingin mengungkitnya lagi.”

Rahma menghela nafas panjang, mengulurkan tangan menghapus bekas air mata di pipi.

“Sekarang aku, hanya berpikir bagaimana baru bisa membuat Bobo kembali ke keluarga aslinya.

Aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi, pasti tidak akan membiarkan Bobo juga tidak memiliki apa-apa.”

Kelihatannya Gevin sangat paham dan mengangguk, menyarankan dan berkata: “Rahma, lebih baik, langsung publikasikan identitas Bobo saja.

Sekarang kekuatan opini sangat bagus, apalagi Clara adalah figur publik, asalkan masalah ini terekspos ke publik, di bawah tekanan opini publik, walau Clara tidak ingin menerimanya juga tidak bisa.”

“Tidak, tidak bisa.”

Rahma langsung menolaknya tanpa berpikir.

“Begitu identitas Bobo terungkap, dia akan terdorong ke posisi yang sulit.

Pada saat itu semua orang akan tahu kalau dia adalah anak tidak sah dari keluarga kaya, bagaimana dia pergi ke TK lagi, bagaimana pergi bersekolah, orang lain akan memandang rendah dia.

Para wartawan dan paparazzi akan semakin mengejarnya memotret dan menulis sembarangan, kehidupannya akan berubah menjadi kacau balau.”

Walaupun Rahma sudah hampir mendekati kehancuran, tapi dia sebagai seorang ibu, bagaimana mungkin melukai anak sendiri.

Gevin mendengarnya, mengatupkan bibir, lama sekali tidak bicara apa-apa.

Awalnya dia mengira, Rahma sudah mengalami serangkaian serangan, seharusnya sudah tidak memiliki akal sehat lagi, sama seperti boneka marionette, bisa sesuka hati dikendalikan olehnya.

Tapi Rahma malah menolak sarannya.

Mungkin, sesuai dengan kalimat itu: meskipun wanita lemah, sebagai ibu sangatlah kuat.

“Maaf, Rahma, aku yang tidak berpikir teliti.”

Rahma menggeleng, kelihatannya tidak bermaksud menyalahkan Gevin.

Gevin mengulurkan tangan, memegang tangan Rahma yang dingin sekali, seperti sedang menghibur.

“Rahma, jangan panik, masalah Bobo, selangkah demi selangkah saja.”

“Selangkah demi selangkah?”

Kalau begitu harus tunggu sampai kapan?

Bobo sehari demi sehari tumbuh dewasa, tidak mungkin dia terus ikut aku tinggal di rumah sewaan yang kecil ini.”

Rahma membungkuk, meraih tangan Gevin, mata penuh rasa tidak bersalah dan tidak berdaya.

Tampang Gevin juga sangat tidak berdaya dan khawatir, menghela nafas sambil berkata: “Alangkah bagusnya jika paman muda tidak menikah.

Jika tidak ada Clara, aku pikir, paman muda juga akan bersedia mengakui Bobo, bagaimanapun putra kandung sendiri.”

“Jika tidak ada Clara.

Benar, alangkah bagusnya jika tidak ada Clara.”

Rahma bergumam dengan suara rendah, sinar matanya tiba-tiba berubah menjadi redup.

….…..Clara tidak tahu kalau dirinya diingat oleh orang lagi.

Dia sedang merasa tertekan dengan beberapa pengikut yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Akhir-akhir ini baru saja terekspos berita kisah cinta antara artis muda dengan remaja terpopuler saat ini, akhirnya skandal Clara berubah menjadi masa lalu.

Akhirnya album baru keduanya memasuki tahap persiapan.

Clara pergi ke studio rekaman untuk merekam lagu, beberapa pengawal berpakaian hitam berdiri sederet di luar pintu, bahkan Luna juga tidak bisa menahan diri untuk menertawakannya: “Nyonya Sutedja pemandangan ini cukup mencolok juga.”

“Kak Luna, kamu jangan menertawakanku lagi boleh tidak.

Tiba-tiba bertambah begitu banyak pengikut, lihat saja merasa pusing.”

Clara tak berdaya mengatakannya.

“Tuan muda keempat begitu heboh, terjadi masalah apa?”

Luna bertanya.

Clara mengangkat bahu, “Dia tidak mengatakannya, aku juga tidak bertanya.

Masalah dalam keluarga Sutedja, aduk sedikit saja bisa menjadi masalah besar.”

Luna menganggukkan kepala, sangat tahu situasi dan tidak bertanya lagi.

Kemudian, anggota staf berjalan kemari, sangat hormat berkata: “Guru Santoso, semuanya sudah siap, manajer Wu meminta kamu pergi ke sana.”

Clara dan Luna satu berjalan di depan satu di belakang masuk ke dalam studio rekaman.

Hanya saja, keadaan Clara tidak terlalu baik, biasanya paling banyak hanya tiga kali, hari ini malah nyanyi bagaimanapun tidak benar,

“Perasaan, di mana perasaan?

Clara, kamu pikir menyanyi hanya menggunakan mulut saja ya!”

Amarah manajer Wu hampir saja meledak.

Luna merasa tak berdaya dan menghela nafas, mengulurkan tangan ketuk pintu, “Clara, istirahat sejenak saja.”

Clara melepaskan headset di telinganya, keluar dari studio rekaman tertutup, karena kondisinya tidak baik, ekspresi di wajah juga tidak baik.

“Kenapa?

Kenapa kondisimu tidak baik?”

Luna bertanya.

Clara menggeleng, merasa tidak berdaya sambil mengangkat bahu.

“Tidak apa-apa, istirahat sebentar dulu.”

Luna memberikan sebotol minuman isotonik padanya.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu