Suami Misterius - Bab 594 Membayar Ganti Rugi Dua Kalilipat Kepadamu

Pada saat ini, Apartemen di Jalan Gatot Subroto. Kening Rudy mengkerut ketika mendengar suara jawaban otomatis ponsel yang dimatikan dari balik ponselnya.

Dia menelepon Clara berulang kali tapi masih saja terdengar suara yang sama dari teleponnya. Maaf, nomer yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Rudy berdiri di depan jendela dan menatap ke langit kelabu di luar jendela yang membalut auranya menjadi lebih terlihat dingin dan dalam.

Satu tangannya menggenggam erat ponselnya dan satu tangan yang lain menyentuh kaca jendela yang dingin. Garis-garis hujan seolah merayap di telapak tangannya. Udara tampak membeku dan terasa dingin di sekelilingnya. Setelah diam sejenak, dia mengangkat ponselnya lagi dan menekan nomor Aldio. “Tolong bantu aku memeriksa apakah Clara ada syuting iklan di eropa?”

Katanya dengan suara rendah dan dingin.

“Ada kok.”

Aldio berkata, “Perusahaan iklannya juga masih merupakan anak perusahaan kita. Iklan perhiasan sangat populer ..." "Hentikan iklannya, segera."

Rudy langsung memotong ucapan Aldio. “Bos, apa yang dilakukan kakak ipar sampai membuatmu marah begini?

Suami dan istri bertengkar di ujung ranjang dan berdamai juga di atas ranjang. Tidak perlu sampai mempengaruhi iklan kan.

Pembatalan kontrak sementara akan ganti rugi banyak uang.”

“Aldio, aku masih mampu mengganti rugi uang itu. Lakukan saja apa yang aku katakan.”

Selesai bicara, Rudy langsung menutup teleponnya. Setelah telepon terputus, suara halus tiba-tiba datang dari belakang pintu masuk. Rudy menoleh ke belakang dan melihat Clara berdiri di lantai dengan kaki telanjang. Tubuhnya basah kuyup, baju yang basah menempel begitu saja di tubuhnya dan tetesan air jatuh menetes. Rudy maju dan berjalan ke depan Clara, “Bagaimana kamu bisa sampai jadi seperti ini?”

Dia mengangkat lengannya dan ingin membantu merapikan rambut berantakan yang menempel di kening Clara. Tapi sayangnya, belum sempat menyentuh Clara, Clara sudah menghindarinya lebih dulu.

“Rudy, apa iklanku telah menyinggungmu?”

Tanya Clara tak berekspresi.

Sudut bibir Rudy merapat dingin dan tidak mengatakan apapun.

Sudut bibir Clara terangkat lalu tersenyum mencibir, “Kelihatannya aku yang telah menyinggungmu ya. Presdir Sutedja ini berniat mau menghentikanku berkarya ya!”

Rudy menaikkan alisnya dan nada suaranya terdengar lembut dan tenang, “Kamu mandi dulu supaya tidak kena flu. Lalu, baru kita bicara lagi.”

Clara menatap tajam ke Rudy lalu berkata, “Mobilnya rusak di jalan. Kamu tangani dulu.”

Selesai bicara, dia langsung masuk ke kamar mandi.

Setelah Rudy menatap pintu kamar mandi yang ditutup, dia baru mengambil ponsel dan menelepon nomer asistennya untuk menyuruhnya menangani mobil. Baru selesai menyerahkan masalah ini, tiba-tiba Rudy mendengar ada suara jeritan dari kamar mandi. “Clara!”

Rudy langsung melemparkan ponselnya dan bergegas ke arah kamar mandi.

Dia mengulurkan tangan mendorong pintu tapi dia menemukan kalau pintu dikunci dari dalam.

“Clara, kenapa?

Cepat buka pintunya.”

“Aku, aku tidak apa-apa! kamu jangan urusi aku.”

Terdengar suara Clara dari kamar mandi yang sedikit emosi.

“Clara, buka pintunya!”

Suara Rudy semakin terdengar berat. “Tidak mau! Aku sudah bilang jangan urusi aku!”

Rudy tidak mengatakan apapun. Dia dengan wajah muram langsung naik dan mengambil kunci cadangan dan segera membuka pintu kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Clara jatuh terduduk di lantai. Wajahnya terlihat sangat pucat. Ternyata dia jatuh dan luka jatuhnya tidak ringan. Kalau tidak, mana mungkin dia tidak segera berdiri dalam waktu yang cukup lama.

“Jatuh di bagian mana?”

Rudy berjongkok di depannya dan mengerutkan kening menatapnya.

Wajah Clara memerah. Dia sekarang telanjang dan Rudy menatapnya seperti ini, Clara merasa malu bahkan rasanya ingin menyembunyikan wajahnya ke rumah nenek saja.

“Rudy, kamu tidak boleh lihat.”

Clara meringkuhkan tubuhnya. Satu tangan melingkari dadanya dan mengulurkan tangan lainnya untuk menutupi matanya. Rudy melengkungkan sudut bibirnya tak berdaya lalu mengulurkan tangan dan menarik handuk besar dari rak lalu menyelimutkannya ke tubuh Clara. Kemudian, Rudy menggendong tubuh Clara dari lantai dan berjalan langsung kembali ke dalam kamar tidur.

Dia mendudukkan Clara di samping ranjang. Lalu, setengah berjongkok di depan Clara dan memeriksa kaki telanjang Clara yang keseleo. Clara yang terbungkus handuk dengan rambut hitam panjangnya acak-acakan dan wajah mungilnya yang indah berkerut. "Sakit, Rudy. Pelan sedikit! Sakit, sakit, Rudy kamu sengaja ya!”

“Benar-benar manja deh.”

Rudy bicara sambil berdiri, “Tidak sampai melukai tulang. Hanya keseleo biasa saja. Cukup diolesi obat saja, besok pasti sudah sembuh.”

Selesai bicara, dia mengambil kotak obat dari lemari dan mengoleskan obat pada kaki Clara. Clara masih saja ribut dan tidak mau Rudy menyentuhnya.

“Rudy, kamu tidak usah mengurusiku. Kamu lebih baik mengurusi mantan tunanganmu itu biar nanti tidak diganggu orang lain lagi.”

Clara memalingkan wajahnya dengan sangat kesal dan marah.

Rudy tersenyum melihat Clara yang marah seperti anak kecil.

“Bicara ucapan bodoh apa sih. Aku mana mungkin tidak mengurusi istriku sendiri dan malah mengurusi mantan tunangan. Apa otakku bermasalah.”

Selesai bicara, Rudy mengulurkan tangan dan menarik Clara ke dalam dekapannya, “Kamu patuhlah sedikit, oke?”

Rudy memegang kaki Clara dan menyemprotkan obat luka kaki keseleo ke kaki telanjang Clara.

Kemudian, dia mengambil handuk dan mengeringkan rambut Clara.

Dia mengeringkan rambut Clara tapi Clara malah terus menghindar. Dengan ribut seperti ini, tanpa sengaja dua orang itu pun terjatuh di atas ranjang.

Rudy di atas Clara di bawah. Rudy menatapnya dengan saksama, matanya terlihat semakin panas. Dia menundukkan kepalanya dan mencium bibir Clara. Hanya sebuah kecupan ringan. Clara memalingkan kepalanya menghindar.

“Rudy, kamu berdirilah. Kamu menindihi kakiku.”

Tangan Clara disilangkan di depan dadanya, “Menindih di bagian mana?

Aku saja tidak menyentuh kakimu, dasar penipu kecil.”

Jari panjang Rudy mengelus ujung hidung Clara.

Clara mengerutkan kening, lalu berkata lagi, “Kamu jangan menindihku.”

“Tidak menindihmu terus bagaimana melakukan itu?”

Kata Rudy dengan wajah yang sangat serius.

Clara, “.....” Clara merasa dia tidak bisa berkomunikasi baik-baik dengan pria tidak tahu mali di depannya.

Rudy menciumnya lagi. Clara merasa perlawanannya tidak ada gunanya. Dia dicium sampai napasnya terengah-engah. Otaknya perlahan menjadi kosong, kemampuan ciuman pria di depannya ini sungguh terampil dan membuat otak Clara perlahan jadi kacau. Lalu, sedikit demi sedikit dilahap habis oleh Rudy.

Setelah berakhir, Clara berbaring lemas di ranjang, Dia hanya merasakan setiap inci tubuhnya terasa sangat sakit, dia tidak bertenaga sama sekali.

Rudy mengulurkan tangan dan memegang wajah Clara kemudian mencium bibir basah dan lembut Clara, “Belum makan malam ya. Laparkan?

Aku masak dulu ya.”

Clara berbalik membelakanginya dan mengabaikannya.

Rudy merangkulnya dari belakang lalu memeluknya dengan lembut, “Masih marah?”

Clara melawan sebentar di pelukan Rudy, lalu berkata dengan marah, “Rudy, kamu jangan mengira meniduriku sekali lalu semua masalahnya selesai ya!”

“Kalau begitu harus meniduri berapa kali?”

Tanya Rudy dengan lembut sambil tersenyum. Clara mengangkat pandangan matanya dan memelototi Rudy, “Rudy, apa kamu hanya bisa membujuk wanita di atas ranjang?”

Telapak tangan Rudy menarik dagunya, jarinya menyentuh ambiguitasnya dan senyum hangat muncul di sudut bibirnya, "Boleh saja kok di atas atau di bawah ranjang. Selama orangnya benar, aku tidak pilih-pilih tempat kok.”

Clara, “.....” Jari-jari panjang Rudy dengan santai memainkan rambut Clara yang lembut dan mencoba membujuknya lagi dengan lembut: "Clara, kita tidak usah ribut lagi, ya?"

"Kamu bilang tidak terus tidak gitu! Kenapa kamu tidak sekalian saja menekan tombol on off di tubuhku! Kamu juga telah menarik iklanku, kamu harus bayar ganti rugi!”

Clara memukuli dan melawan di dekapan Rudy.

“Baiklah, aku akan bayar ganti rugi. Aku akan bayar ganti rugi dua kalilipat, oke?”

Rudy meraih tangan Clara dan kemudian membujuknya seperti membujuk anak kecil.

“Kamu istirahatlah baik-baik. Aku akan masak dulu.”

Selesai bicara, Rudy pun mengenakan baju dan turun dari ranjang. Dia mengancing kemejanya sambil berjalan turun ke bawah.

Dia langsung berjalan masuk ke dapur dan membuka kulkas. Dia memilih beberapa bahan makanan kesukaan Clara. Dia menumis beberapa hidangan dan memasak bubur.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu