Suami Misterius - Bab 550 Kenapa Begitu Suka Kegeeran?

“Ibu!” Elanos merasa kepalanya hampir pecah, ia memainkan kerah baju ibunya sambil melanjutkan perkataannya : “Ibu, berdasarkan apa yang kamu katakan, Tuan muda Rudy sudah melukai kakak, dialah yang berhutang pada kleuarga kita. Dia sekarang punya harta juga kekuasaan, kalau dia menjadi menantu keluarga kita, bukankah sudah sewajarnya dia membayar semua pada keluarga Rugos.”

ibu Rugos mengetatkan bibirnya, wajahnya terlihat begitu kesal tanpa kata.

Seolah ia begitu tidak setuju, namun juga tidak tahu harus bagaimana melawan.

Rahma terus berdiri didepan kamar, mendengar percakapan kedua ibu dan anak ini, membuatnya tertawa dingin.

Rahma sangat paham bagaimana sifat adik iparnya ini, Elanos merupakan gadis yang naïf, sepanjang hari hanya bisa bermimpi menjadi artis terkenal, namun sama sekali tidak bersedia hidup dengan realistis.

Tidak ingin lelah bolak balik tempat syuting, scene yang terlalu sedikit dan dialog yang sedikit tidak mau terima, hanya memikirkan bagaimana cara agar bisa lewat pintu belakang, sepanjang hari menemani par abos besar dan juga investor minum, menurunkan harga dirinya juga membiarkan dirinya dijamah pria hidung belang.

Sekarang akhirnya dia bisa bertemu dengan Rudy yang begitu tampan dan kaya, pria yang punya harga, kedudukkan tinggi juga kekuasaan yang hebat, tentu saja dia tidak sabar untuk menjatuhkan dirinya dalam pelukannya.

Rahma berjalan keluar rumah lalu memanggil sebuah taksi.

Mobil baru berjalan setengah jalan, Rahma tiba-tiba berkata pada supir didepannya : “Tolong ke Sutedja Group.”

Tiba-tiba mengubah rute, membuat supir harus memutar cukup jauh untuk menghindari kemacetan lalu lintas disaat jam padat seperti sekarang.

Mobil berhenti didepan gedung kantor Sutedja Group, Rahma masuk ke dalam gedung dengan tergesa-gesa, namun di hadang oleh petugas didepan lift.

Rahma berdebat dengan mereka cukup lama, namun tetap tidak berhasil masuk, lebih jangan harap bertemu dengan Rudy.

Akhirnya ia bertemu dengan Viona yang datang terlambat, sehingga membawanya ke kantor presdir di lantai paling atas.

“Belok kiri ruang pertama adalah ruangan paman kecil, pagi ini dia tidak ada rapat, saat-saat seperti ini harusnya sedang berada di ruangannya, kalau ingin mendapatkannya kembali manfaatkanlah waktu dengan baik.” Viona memainkan alis kearahnya, berkata seolah dia dan Rudy punya hubungan gelap saja.

Rahma mengetuk pintu ruang presdir, ketika ia masuk dan Rudy melihatnya, seketika merasa terkejut, namun ekspresinya dengan cepat kembali tenang dan datar.

“Ada apa?”

Rahma berjalan masuk dengan mengenakan sepatu hak tinggi dan berhenti di depan meja kerjanya yang besar.

“Rudy, maaf datang tiba-tiba seperti ini, aku hanya ingin tahu, apa hubunganmu dengan adik iparku Elanos ?”

“Aku tidak kenal dengan orang ini.”

Nada Rudy datar, lalu mengambil rokok juga pemantik, bara kebiruan menyala, asap putih mengepul menyusuri jari panjang Rudy, membuat wajah tampannya yang sempurna terlihat samar.

“Tapi Elanos bilang semalam dia hampir mendapat masalah ketika bertemu investor semalam, kamulah yang menolongnya. Bahkan dia merasa kamu punya kesan yang sangat baik terhadapnya.” Rahma berkata padanya.

Rudy menghisap rokoknya, suaranya yang dingin terdengar begitu penuh kekesalan dari balik asal, “Kenapa orang dari keluarga Rugos begitu suka kegeeran?”

Ekspresi wajah Rahma terlihat canggung, “Aku merasa, seharusnya Elanos tertarik padamu, adik iparku ini bukan gadis yang lemah, usahakan untuk menghindarinya.”

“Terima kasih sudah mengingatkan. Masih ada urusan lainnya?” tatapan Rudy menatap kearahnya sekilas.

Kedua tangannya menyatu didepan, terlihat jelas kalau dia merasa kikuk.

Setelah sesaat baru berkata : “Aku dengar beberapa bagungan di kota tua sudah dibangun, sekarang akan masuk tahan desain interior. Perusahaan tempatku bekerja sekarang bekerja dibidang desain interior………”

“Urusan proyek selalu diatur oleh Raymond, aku tidak sembarangan ikut campur. Kalau kamu ingin membicarakan masalah proyek, ruang wakil presdir ada di lantai 20, aku bisa menyuruh sekrestaris untuk membawamu kesana.”

Tangan Rudy yang memegang rokok menekan tombol intercall, lalu tatapannya melihat kearah layar komputer.

Rahma terlihat sedikit kecewa ketika berjalan keluar kantor.

……. Dan disaat bersamaan, Viona sedang berdiri di koridor dengan kesal.

Karena selalu datang telat dan pulang awal, dia sudah beberapa kali di tegur oleh kepala bagian seretaris, hari ini pihak HRD bahkan mengiriminya surat peringatan, kalau sekali lagi seperti itu maka dia akan dipecat.

Viona tetap berlagak seperti nona besar keluarga Sutedja, ia mengamuk disana sampai akhirnya diusir keluar oleh kepala bagian sekretaris.

Terlihat jelas kalau di perusahaan ini tidak ada yang memandangnya.

Viona berjalan kearah lift dengan wajah muram, baru akan menekan tombol lift, pintu lift tiba-tiba terbuka.

Clara melangkah dengan anggun keluar dari lift.

Viona tiba-tiba mendapat ide, segera maju dan menghadangnya.

“Kamu ingin menemui paman kecil ya?”

“Menurutmu?” Clara berkata sambil mengangkat alisnya, merasa sikapnya ini sungguh tidak masuk diakal.

“Kamu tidak bisa masuk, paman kecil sedang menemui tamu yang penting.” Viona menghadang dihadapannya.

“Oh ya, kalau begitu aku akan menunggu diruang tunggu.” Clara berkata dengan acuh.

Namun Viona tetap menghadangnya, “Tidak bisa juga. Paman kecilku sedang bertemu dengan Rahma. Kalau kamu pengertian, sebaiknya kamu menghindar.” Setelah Clara mendengarnya, ia langsung mengkerutkan alis.

Terlihat jelas kalau Viona sengaja ingin membuat keributan.

“Viona, kamu tidak sakit kan! Aku hanya pernah mendengar pelakor yang menghindari istri sah. Dan aku adalah istri sah yang dipersunting Rudy dengan meriah, atas dasar apa aku harus menghindari mantan tunangannya.”

Clara melewatinya, lalu berjalan dengan tegak kearah ruang presdir.

Disaat ini Rahma kebetulan berjalan keluar dari ruang presdir, keduanya langsung berpapasan.

“Nyonya Sutedja.” Rahma menyapa dengan sopan.

Ketika Clara melihatnya, ada rasa bingung yang sulit di tutupi di mataya.

Dia tidak menyangka, wanita yang pernah bertemu denganya beberapa kali ini, ternyata adalah mantan tunangan Rudy.

“Nona Rahma, apakah kamu dan Paman kecilku sudah selesai membicarakannya?”

Viona mengedipkan mata penuh arti kearahnya.

“Hm, aku masih ada urusan, aku pergi dulu.”

Setelah mengatakannya, Rahma masuk ke dalam lift dengan tergesa-gesa

Clara melihat kedua pintu lift sudah tertutup, namun ia masih terlihat tercengang.

Viona sekali lagi mendekat, berkata dengan santai : “Tante, ternyata hidupmu tidak sehebat yang terlihat ya. Kelihatannya, paman kecilku dan Nona Mirah ini masih ada hubungan yang belum terselesaikan.

Pantas saja semasa hidup ayahku berusaha keras ingin menjemput Amy kerumah, ternyata ia ingin memanfaatkan wajah Amy yang cukup persis dengan Nona Mirah untuk membuat goyah hati paman kecil.”

Pantas saja! Clara seketika mengerti.

Pastas saja dia merasa Rahma begitu familiar, ternyata Rahma dan Amy memiliki persamaan sekitar 60-70%, memiliki alis mata dan senyuman yang mirip, bahkan sama-sama menyukai perhiasan yang terbuat dari mutiara.

Clara melihat Viona begitu berusaha keras untuk mengadu dombanya, agak sulit menahan tawanya.

Dia bukan orang bodoh yang percaya pada provokasi siapa saja.

Kalau Rudy masih begitu cinta mati pada Rahma, tidak bisa melupakannya, kalau begitu, apa yang dilakukan Amy ketika dulu sudah cukup untuk mencapai tujuannya, dan bukannya diusir keluar oleh Rudy dengan begitu kasihannya.

“Viona, ini jam kerja, kamu tidak bekerja di kantormu, malah datang kehadapanku bicara begitu banyak omong kosong, aku rasa kamu pasti sudah tidak ingin bekerja disini lagi. Apakah aku perlu menyuntikkan sedikit racun di telinga pamanmu agar dia langsung memecatmu?”

Ekpsresi wajah Viona langsung berubah, setelah mendengus dengan kesal, ia langsung pergi.

Clara datang ke depan ruang kantor presdir, ia tidak mengetuk pintu, melainkan langsung mendorong pintu dan masuk.

Didalam ruangan, Rudy sedang duduk dihadapan komputernya.

Begitu ia mendengar suara langsung mengangkat kepala, ketika melihat Clara yang datang, senyum langsung mengembang di bibirnya, ada kehangatan dalam tatapannya.

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu