Suami Misterius - Bab 625 Aku Lihatnya Sih, Kamu Itu Bisikan Setan

"Santos, kamu ingin aku memberitahunya semua ini?"

Selesai mendengarkan ini, tidak ada perubahan emosi yang berlebihan di wajah Santos. Hanya keningnya saja yang sedikit berkerut.

Tapi tangan yang tersembunyi di tubuhnya sudah mengepal erat dan pembuluh darah biru di bagian belakang tangan menggembung, terlihat agak menakutkan.

"Masalah yang sudah cukup lama itu, untuk apa membahasnya lagi.

Rahma, kita sudah jadi suami istri begitu lama. Bahkan usia Bobo pun hampir lima tahun.

Sekalipun Rudy berterima kasih kepadamu atau bahkan terharu. Apa mungkin kamu masih mau kembali padanya? "

Santos mengulurkan telapak tangannya dan meraih tangan Rahma lagi, "Rahma, ini adalah keluargamu. Bobo dan aku baru adalah keluargamu yang sebenarnya."

Rahma menundukkan pandangan matanya. Setelah diam sejenak, dia pun bertanya dengan dingin, "Lalu, bagaimana dengan Elanos?"

Ekspresi wajah Santos jadi tampak menggelap lalu dia menghela nafas, "Elanos, dia melakukan kesalahan sendiri dan memang sudah wajar menanggung resikonya. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya."

... Rahma yang mengantarkan Ibu Elanos bertemu Clara. Kabar ini telah diterima dan diketahui oleh Rudy.

Clara kembali ke kamarnya. Setelah mandi dia keluar dari kamar mandi lalu mendengar ponselnya yang diletakkan di atas meja terus berdering.

Clara yang masih memakai handuk berjalan dengan kaki telanjang untuk mengambil ponselnya lalu menjawab teleponnya.

Dari sisi lain telepon terdengar suara berat yang tidak asing dari Rudy yang didalamnya bisa terdengar juga perhatian yang samar, “Apa ada sesuatu yang terjadi di hotel hari ini?”

Clara yang masih memakai handuk pun duduk di ranjang, mengeringkan rambut sambil menjawab teleponnya. Sudut bibirnya melengkung samar, “Kamu ternyata sudah tahu.

Tidak ada yang terlalu dikhawatirkan kok. Aku sudah menanganinya dengan baik.”

“Lain kali jika masalah semacam ini terjadi lagi, ingat kamu harus memberitahuku.”

Kata Rudy lagi.

Clara tersenyum lalu menggodanya, “Presdir Sutedja begitu sibuknya setiap hari, mana mungkin hanya karena masalah kecil seperti ini aku berani merepotkanmu. Terlebih lagi, menghadapi ibu-ibu yang tidak masuk akal sama sekali. Yang ada nanti Presdir Sutedja malah memasukkan anak dan ibu itu ke dalam penjara.”

“Ada cara sendiri untuk menghadapi orang yang berbeda, yang jelas aku punya caraku sendiri.”

“Lebih baik cara tuan muda keempat keluarga Sutedja ini disimpan lalu digunakan untuk kedepannya saja. Aku tidak ingin berurusan dengan ibu-ibu yang benar-benar tidak masuk akal.

Kalau lain kali dia datang lagi. Aku pasti langsung menyuruh satpam untuk mengusirnya keluar.

Bagaimana dengan mantan tunanganmu, jika dia memohon pertolongan dan pengampunanmu, tuan muda keempat Keluarga Sutedja ini apa akan membantunya?”

Nada bicara Clara setengah menggoda setengah serius mencoba menguji Rudy.

Rudy tersenyum, lalu menjawab, “Kamu terlalu banyak berpikir deh.

Dia adalah orang yang sangat menjaga martabat dan harga diri. Dia tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang mencoreng harga dirinya hanya untuk Elanos. Hubungan mereka berdua itu tidak terlalu baik.”

Mendengar ini, Clara mencibir, “Semoga saja seperti itu.”

Baru saja berkata, tiba-tiba terdengar bel kamarnya berbunyi.

“Ada orang yang datang, aku buka pintu dulu ya. Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya.”

“Iya.”

Rudy pun menutup teleponnya lalu mengangkat pandangan matanya yang dalam, tersenyum sambil duduk di sofa yang berada di depan Ardian.

Ardian mengenakan baju kerja yang sopan. Paras wajahnya tampak sangat cantik. Dia terlihat lebih muda sekali, hanya saja tatapan matanya begitu muram.

Rudy mengerutkan kening, lalu tersenyum dan berkata, “Kenapa tiba-tiba kembali kesini, bertengkar ya?”

“Tidak kok.”

Kata Ardian samar.

Bahron itu terlalu penurut sekali dan tidak perlu dimanjakan atau dibujuk.

“Aku dengar nenek masuk ke rumah sakit. Kamu cucunya ini apa jangan-jangan datang untuk berusaha berbakti padanya ya.”

Kata Rudy menggodanya.

“Aku baru kembali dari Rumah sakit. Ayah terus saja bilang kalau aku tidak segera kembali, dia akan mengirim seseorag ke Kota Jing menangkapku.”

Kata Ardian sambil mencibir.

Begitu Revaldo mati, maka Keluarga Sutedja tidak akan punya harapan apapun. Jadi jelas mereka akan menjatuhkan semua perhatian ke Ardian lagi.

Karena bagaimana pun, Ardian yang sebagai istri dari Bahron ini, statusnya terlalu penting dan berguna.

Sayangnya, selama hidup Ardian yang cukup lama ini. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang dan hubungan persaudaraan yang baik apapun dari anggota Keluarga Sutedja. Jadi jika sekarang berusaha mendekatinya begitu saja, ini sudah terlalu terlambat.

Topik pembicaraan mengenai Keluarga Sutedja pun berakhir disini.

Ardian mengangkat cangkir kopinya lalu menyesapnya dan berkata dengan dinginnya, “Aku dengar kamu menggunakan tim pengacara perusahaan untuk mengurusi kasus pengadilan kecil yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan dan tida kterlalu penting?”

“Aku sampai mengirim tim pengacara berarti kasus ini cukup penting untukku.”

Ekspresi Rudy normal tapi tatapan mata hitamnya begitu tajam dan dalam.

“Kasus ini penting untukmu atau istrimu yang penting untukmu?

Aku lihatnya sih kamu itu bisikan setan.”

Kata Ardian dengan sedikit kesal tapi hangat dan tak berdaya.

Rudy tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.

Di saat seperti ini, semakin Rudy melindungi istrinya, Ardian akan semakin marah.

Masalah antara mertua dan menantu dalam sejarah terbuat dari hal-hal seperti ini.

Ardian harus segera pergi ke bandara untuk naik pesawat jadi dia tidak tinggal di sana cukup lama.

Rudy sendiri yang mengantarnya ke bandara.

..... Pada saat ini di hotel.

Clara membuka pintu dan ternyata orang yang ada di depan pintu adalah pemain pendukung wanita kedua Jelita.

“Nona Clara, aku tidak mengganggumu kan?”

Jelita tersenyum dengan sangat sopan.

“Tidak kok, ada urusan apa?”

Tanya Clara.

“Ada dua adegan penting besok jadi aku ingin berlatih dan mencocokkan adegan besok denganmu. Entah apa kamu tidak masalah?”

Tatapan mata Jelita tanpa sadar mengarah ke dalam kamar Clara.

“Masuk saja, aku kebetulan punya waktu kosong.”

Clara mempersilahkan Jelita masuk ke kamar dengan sopannya, “Tunggu ya. Aku ganti baju dulu.”

Karena Clara masih memakai handuk untuk membungkus tubuhnya jadi dia pun pergi ke kamar tidur untuk ganti piyama yang nyaman.

Clara mengenakan piyama yang gantungannya hanya di pundak. Panjang piyama itu sampai lutut sehingga memperlihatkan dua kaki panjang yang cantik serta pundak putih yang lembut. Karena mereka berdua sama-sama wanita jadi Clara merasa tidak harus memakai baju yang terlalu tertutup bagai bacang. Apalagi akhir-akhir ini cuaca juga benar-benar panas.

Tatapan mata Jelita tanpa sadar terjatuh pada diri Clara.

Dia dengan sopannya berhenti menatap dan tidak terus menatap Clara.

Tapi tatapan mata sekilas tadi telah membuat Jelita cukup merasa luar biasa sekali. Clara bagaikan telur yang telah dikupas cangkangnya, begitu putih, lembut dan sangat cantik. Rasanya tidak bisa menahan diri meneteskan air liur ketika melihatnya.

Clara duduk di hadapan Jelita lalu dia membuka dan membaca dengan serius skrip yang ada di tangannya.

Dua adegan besok adalah dua adegan penting di awal cerita. Jadi bisa dibilang termasuk puncak terbaik dan klimaks dari film ini.

Drerosa menyatakan cintanya kepada Belanis. Tapi Belanis suka kepada Jack tapi dia tidak ingin menyakiti Drerosa sehingga dengan tidak malunya dia pun melempar tanggung jawab ke diri Arania.

Belanis berkata dengan tegasnya kepada Drerosa, “Aku, aku tidak bisa mengiyakan pacaran denganmu. Arania menyukaimu, aku tidak ingin merebut orang yang disukai sahabat baikku sendiri.”

Tapi kenyataannya adalah Arania hanya diam-diam mencintai Drerosa, bahkan karena malu dia tidak pernah mendekati Drerosa.

Tapi Drerosa panik dan buru-buru mengklarifikasi kalau tidak ada hubungan di antara mereka, dia berkata dengan penuh percaya diri, “Aku mana mungkin menyukai Arania. Dia itu adalah anak dari orang tua tunggal dan ada kecacatan dalam kepribadiannya.”

Sedangkan ucapan ini semua terdengar oleh Arania dan Jack yang kebetulan lewat.

Jack langsung maju dan memukul wajah Drerosa. Mereka berdua pun saling memukul dan berkelahi.

Belanis bingung dan terus menangis sedangkan Arania dengan sekuat tenaga menarik Jack pergi.

Wajah dan tubuh Jack biru-biru. Dia pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menyatakan cinta pada Arania.

Ketika pria ini menyatakan cinta, dia terlihat sangat keren, dia berkata, “ Arania, aku menyukaimu. Bagaimana denganmu?

Apa kamu menyukaiku?”

Arania sangat terkejut setelah mendengar ini.

Hanya saja, dia adalah gadis yang sangat cerdas. Dia langsung memberi latihan soal ujian ke depan Jack untuk mencairkan kecanggungan mereka.

“Nanti setelah kamu bisa masuk dan jadi mahasiswa Tsing Hua University, baru kita bicarakan topik ini lagi. Selesaikan soal ujian ini dalam waktu empat puluh lima menit.”

Arania mengambil stopwatch setelah mengatakan ini.

Jack menatapnya begitu tajam lalu dia mengambil pena dan mulai mengerjakan dan menjawab soal ujian.

Langka sekali ternyata dia bisa menjawab soal dengan benar.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu