Suami Misterius - Bab 265 Sponsor Diri Sendiri Juga Tidak Masalah

Pada meja makan, Yanto duduk di posisi tempat tuan rumah, posisi sebelah kiri dan kanannya masing-masing di isi oleh nenek Santoso dan Rina, anggotanya lainnya duduk bergiliran.

Clara sengaja menghindari tuan Hanzel, akhirnya, tuan Hanzel memang menduduki tempat duduk di hadapannya.

Asalkan Clara mengangkat kepala, langsung terlihat tatapan tuan Hanzel yang melekat pada tubuhnya, dengan nafsu yang begitu terus terang, sama sekali tidak bermaksud untuk menyembunyikannya.

Clara merasa mual karena tatapannya, menahan aksinya yang ingin menggali keluar kedua bola matanya dan diinjak-injak.

“Permisi, aku ingin ke toilet.” Clara meletakkan kembali sendok garpu di tangannya, berdiri dan keluar daru ruang makan. Seandainya makan lagi di sana, takutnya dirinya benar-benar akan muntah.

Clara masuk ke dalam toilet di lantai satu, dia berdiri di depan wastafel sambil mencuci tangannya, dia mengangkat kepalanya dan menatap paparan wajahnya di dalam cermin, akhirnya bisa menghela nafas.

Clara mulai kehabisan kesabarannya, jika bukan karena dengan penegakan hukum tidak sanggup menghakimi Yunita dan Rina, dan juga tidak sanggup merebut kembali harta keluarga Pipin yang masih disita oleh Yanto, dia tidak bakal menahan perlakuan mereka lagi di tempat ini.

Ezra sering menasihati dirinya, agar jangan mempedulikan harta duniawi itu lagi, Yanto yang berbuat dosa, suatu saat pasti akan mendapatkan karma buruknya.

Akan tetapi, dia bisa tidak mempedulikan harta duniawi, tetapi nyawa ibunya, pastinya harus ada yang menggantikannya.

Asalkan ibunya dapat merasa lega, dia tidak keberatan untuk bertahan lagi di keluarga Santoso yang menjijikkan ini.

Clara mengelap tangannya dengan tissue, menginjak sepatu hak sambil melangkah keluar dari toilet.

Clara tidak berniat kembali ke ruang makan lagi, dia bermaksud untuk istirahat sebentar di kamarnya, akan tetapi, pada perjalanan menuju lantai dua, jalannya dicegat oleh tuan Hanzel.

Tuan Hanzel menghalangi jalan di depannya bagaikan tembok daging, Clara merasa muak lalu mengerutkan alisnya.

“Tuan Hanzel, ada keperluan ?” Dia berkata dengan nada dingin.

“Tidak panggil paman Hanzel lagi, suara kamu memanggil paman Hanzel sangat enak didengar, seluruh tubuhku merasa sangat nyaman.” Tuan Hanzel memejamkan matanya, tersenyum dengan ekspresi mesum.

Clara memaki di dalam hati : Tidak tahu malu.

“Kalau tuan Hanzel tidak ada keperluan lain, aku mau istirahat ke kamar.” Clara jalan melalui sisinya untuk pergi, tiba-tiba tuan Hanzel mengulurkan tangannya, meraba pada pinggang Clara yang lembut.

Clara merasa sangat jijik, dia mencegat pergelangan tangannya dengan lincah, lalu melempar jauh tangan tuan Hanzel hanya dengan tenaga dirinya yang kecil. Seandainya bukan karena masih di rumah Santoso, lengan orang ini sudah dipatahkan olehnya.

“Yo, aku yang salah menilai, rupanya nona Clara anak terlatih ya.” Tuan Hanzel menatapnya dengan ekspresi tertarik, sepertinya dirinya semakin tertarik dengannya.

“Apa dayanya, terlalu banyak orang mesum di zaman sekarang. Dapat satu bunuh satu, mungkin selama hidup juga tidak akan habis membunuhnya.” Clara menjawab dengan ekspresi dingin.

“Bagusnya tuan Hanzel menjaga jarak denganku, daripada kaki dan tanganku lepas kendali, melukai orang tua seperti kamu.”

Tuan Hanzel selesai mendengarkannya, malahan tertawa. “Nona Clara tidak perlu menakuti aku lagi. Kakakmu sudah menceritakan padaku, katanya kamu juga sangat mengagumiku.”

Clara Santos membuka lebar sepasang mata cantiknya dengan reaksi sangat kaget, dalam hatinya tertawa sinis, Yunita berani mengarang juga.

“Sedangkan aku, juga pernah mencari tahu berbagai informasi tentang kamu. Nyonya Santoso adalah ibu tirimu, kehidupanmu di keluarga ini seharusnya tidak terlalu menyenangkan. Daripada mengemis di bawah kekuasaan ibu tirimu, mending ikut aku. Aku mempunyai satu unit villa di Pasteur pada kota A, asalkan kamu mau dia akan menjadi milikmu.”

Clara mendengarnya dengan tampang tertarik, hanya saja senyumannya menjadi semakin sinis. Sepertinya dia sudah bisa menebak, seluruh tubuh tuan Hanzel ini memancarkan bau uang, seharusnya orang berbisnis.

Apabila berbisnis, maka lebih tepatnya membahas tentang uang saja.

“Tuan Hanzel menawarkan aku untuk mengikutimu, maksudnya ingin menikah denganku ? Atau menjadikan aku sebagai simpanan ?”

Tuan Hanzel terbengong sejenak, tidak kepikiran bahwa Clara akan begitu terus terang. Akan tetapi, bagus juga kalau terus terang, daripada suatu saat susah melepaskannya.

“Apa bedanya ?” Tuan Hanzel bertanya. Menurut dirinya tidak ada perbedaan, dia hanya ingin meniduri Clara.

“Tentu saja ada. Harganya berbeda.” Clara mengatakannya dengan nada wajar, “Seandainya menjadikan aku sebagai simpanan, seratus miliar per tahun, pembayaran di muka, tidak terima utang. Seandainya ingin menikahi aku, jumlah villa di Pasteur, dengan luas di atas tiga ratus meter, aku mau tiga unit, mahar senilai empat ratus miliar. Ada lagi, seharusnya tuan Hanzel ada perusahaan sendiri kan, alihkan 10 % sahamnya ke bawah namaku, dengan begitu kita boleh registrasi pernikahan.”

Meskipun tuan Hanzel telah lama berkeliaran di dunia bisnis, sudah terbiasa dengan berbagai kejadian besar, namun saat ini tetap merasa kaget. Banyak artis yang pernah menjadi simpanannya, bahkan artis yang sedang populer, tidak pernah ada yang membuka harga setinggi ini.

“Nona Clara tidak merasa kemahalan ?”

“Nona di keluarga Santoso memang seharga itu. Pernikahan aku dicegat ditangan ayahku, juga karena sedang menanti harga yang sesuai.” Clara perlahan-lahan menyambung lagi, “Kalau tuan Hanzel sanggup membayar dengan harga ini, kita masih bisa melanjutkan pembicaraan. Kalau tidak sanggup membayar, maka maaf sekali.”

Clara selesai berbicara, berjalan melalui sisinya, menginjak sepatu hak tinggi, berjalan angkuh sambil naik ke lantai atas.

Akhirnya terlepas juga dari bajingan marga Hanzel itu.

Clara kembali ke kamarnya, tidak lama kemudian, Wulan berjalan masuk, berkata padanya, “Tuan Hanzel sudah pulang, sepertinya tidak terlalu senang.”

Clara duduk di meja dandan sambil menyisir rambutnya, sudut bibirnya menarikan sebuah senyuman sindir.

Tidak sanggup membayar, hatinya pasti merasa tidak puas, tentu saja tidak akan senang.

“Nona, kamu sekarang berada di umur cocok untuk menikah, menurutku sepertinya maksud tuan, pernikahan anak gadis di rumah semuanya hanya menunggu penawaran harga saja. Kamu harus melakukan persiapan untuk dirimu sendiri, tidak boleh membiarkan tuan dan nyonya yang mengatur pernikahanmu. Wanita menikah, sama seperti reinkarnasi yang kedua kalinya, penting sekali.”

Clara mengangkat kepalanya untuk menatap cermin di hadapannya, paparan di dalam cermin adalah wajah Wulan yang sangat risau.

“Kalau sama papanya Wilson juga lumayan bagus.” Clara tersenyum dan berkata, dia mengambil ponselnya, lalu telepon ke Rudy. Biasanya waktu sekarang, dia masih belum tidur.

Telepon tersambung, Clara baru saja mulai mengobrol, Wulan langsung memotong pembicaraannya, “Ini teleponnya papa Wilson ? Aku boleh mengobrol sama dia ?”

“Ya ? Oo !” Clara merasa kaget sambil menatap ekspresi Wulan yang begitu serius, dia merasa tidak berdaya. Dia menjelaskan terlebih dahulu kepada Rudy, lalu memberikan ponselnya kepada Wulan.

Wulan mengambil ponsel, malah berbicara di luar kamarnya.

Clara memegang dahi, merasa lucu juga. Bibi Wulan mengobrol dengan Rudy, malah menghindari dirinya.

Wulan keluar sekitar belasan menit, baru kembali ke kamarnya, lalu mengembalikan ponsel kepadanya.

Clara melihat layar di ponsel, sambungan telepon sudah diputuskan.

Clara tidak bertanya apa yang dia katakan pada Rudy, karena apabila Wulan bermaksud menghindarinya, pastinya tidak akan memberitahunya lagi, mendingan besoknya langsung tanya saja pada Rudy.

“Nona tidak menyalahkan aku yang terlalu banyak mengurus kan ?” Wulan bertanya.

“Mana mungkin, bibi Wulan bagaikan ibuku sendiri.” Clara tersenyum menjawabnya.

Wulan mengangguk-angguk, lalu berkata, “Papanya Wilson orangnya lumayan baik.”

“Oo.” Clara tersenyum mendengarnya.

.......

Kejadian tuan Hanzel sementara ini sudah berakhir.

Clara merasa, meskipun tuan Hanzel bersifat mesum, namun masih tahu diri, tidak mengganggu dia lagi setelah mengetahui dirinya tidak sanggup membayar tawarannya.

Clara menceritakan lelucon ini kepada Rudy, Rudy selesai mendengarkannya, menatapnya dengan serius, “Tiga unit villa dengan luas tiga ratus meter di Pasteur ; mahar seharga empat ratus miliar ; saham perusahaannya 10 %. Permintaan yang begitu gampang ? Semua ini paling juga senilai dengan mahar yang sudah berada di tanganmu kan ?”

Clara mengangkat alis, mengulurkan tangan untuk melilit di lehernya, dia mengangkat wajah kecil dan tersenyum dengan manja, “Semua ini hanya untuk mengelabui paman mesum itu. Seandainya digantikan dengan lelaki wajah tampan yang memiliki aura memesonakan dan juga berkepribadian terpuji, sponsor diri sendiri juga tidak masalah.”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu