Suami Misterius - Bab 66 Bertingkah Dulu

---ada revisi nama 18/4/2020 dari bab 1---

Rudy menatapnya dengan dingin sebelum kembali menoleh ke Nyonya besar Sutedja dengan senyuman yang lembut dan hangat," Aku bertemu dengan seorang teman lama dan kami sempat berbicara sebentar"

Jawaban Rudy membuat Nyonya besar Sutedja susah mau terus membahas tentang masalah ini lebih dalam, sehingga dia hanya mengingatkan, "Asal kamu sendiri tahu batas saja. Aku tidak peduli bagaimana kamu mau bermain di luar, tetapi wanita yang tidak jelas itu tidak boleh dibawa ke rumah"

"Bu, pembacaan doa di aula utama sudah mau mulai, biarkan Markisa temani anda ke sana saja, jangan sampai terlambat" Rudy meletakkan cangkir teh yang dia pegang dan berputar balik badannya ke kamar mandi.

"Rudy!" Nyonya besar Sutedja berdiri dari kursi dengan marah.

"Bibi, anda jangan marah" Markisa langsung menghiburnya.

"Kamu lihat sikapnya! Sekarang sudah besar, kata-kataku saja dia tidak mau mendengar lagi!"

.............

Clara merasa pasti ketulusannya telah berhasil membuat Tuhan merasa terharu.

Tidak hanya operasi Evi telah ditetapkan, yang diundang untuk menjalankan operasinya juga merupakan ahli internasional yang terkenal.

Kendel berkata: "Operasi seperti ini memiliki rata-rata persentase kesuksesan sebanyak 80%, tetapi profesor Fosan adalah mentor aku, semua operasi jantung yang dia jalani merupakan kasus kelas internasional dan semua operasi yang dijalani olehnya berhasil dengan sukses. Kali ini kamu benar-benar harus merasa bersyukur, profesor Fosan kebetulan sedang berkunjung ke kota A, setelah aku meminta tolong kepadanya berkali-kali, dia baru setuju mau menjalani operasi ibumu"

"Dokter Jener, terima kasih, benar-benar sangat terima kasih" Clara memegang tangan Kendel dengan emosional.

Tetapi Kendel malah bereaksi seperti disentrum listrik dan langsung menarik tangannya kembali.

Meskipun Kendel dan Rudy adalah teman akbrab sejak kecil, Rudy yang memiliki sikap protektif akan membunuh Kendel jika dia mengetahui Kendel telah menyentuh tangan wanita miliknya.

"Ini adalah kewajiban saya sebagai dokter, tidak perlu mengucap terima kasih, kamu pergi menjaga pasien saja" Kendel meletakkan kedua tangannya ke belakang dan berkata dengan serius.

Setelah melihat Clara kembali ke ruangan, Kendel baru berputar balik badannya kembali ke kantornya.

Setelah membuka pintu kantor, Kendel langsung melihat Rudy duduk di atas sofa dengan gaya bebas.

Satu set catur yang belum selesai dimain berada di meja yang terletak di depannya.

Selain menjalani operasi dan memeriksa pasien, satu-satunya hobi Kendel adalah bermain catur. Jadi dia pun meletakkan satu set catur di dalam kantor agar dia bisa main waktu bosan.

"Sudah giliran aku kan?" Kendel duduk di hadapan Rudy dengan tatapannya menuju di catur di atas meja, setelah itu dia pun menggeser sebuah catur tanpa meragu.

"Operasi Evi di atur pada lusa. Meskipun Profesor Fosan adalah mentorku, mau mengundang dia menjalani operasi tetap menghabiskan aku usaha yang sangat besar" Kendel berkata sambil menatap ke caturnya.

"Anggap saja aku berhutang kamu budi" Rudy berkata sebelum mencicipi teh yang terletak di sisinya.

"Hutang apaan, hubungan kita sudah membuat semua itu menjadi pantas. Tetapi, apakah kamu tidak terlalu niat dengan Clara ? Kemarin dia hasil pemeriksaan darah dia menujukkan positif obat-obatan, kamu menggunakan segala cara dan mengganti hasil pemeriksaan. Sekarang, ibunya mau menjalankan operasi, kamu yang tidak pernah meminta tolong kepada siapa pun memilih untuk sengaja datang ke rumah sakit"

"Kalau kemarin kamu juga bersikap begitu niat kepada Mirah, mungkin dia tidak akan selingkuhi kamu...."

"Ini" Rudy menggeserkan caturnya dengan suara yang keras dan berhasil memotong kata-kata Kendel.

Mata Kendel membesar, "Kenapa aku tidak menyadari taktikmu dari tadi, kesalahan internal, ulang"

"Tidaklah, aku masih ada urusan di kantor" Rudy berdiri dan mengambil jasnya yang dia letak di sofa tadi.

"Hei, operasi ibu menantumu jatuh pada lusa, apakah kamu tidak bermaksud datang menjenguknya?"

Suara Kendel mengejek Rudy berdering lagi pada saat tangan Rudy sudah terletak di pegangan pintu.

'Ibu menantu' yang dikatakan Kendel tentu saja menunjuk ke Evi.

Rudy hanya berhenti berjalan sejenak, kemudian dia pun meninggalkan ruangan tanpa berkata apa pun.

.....

Operasi Evi berjalan selama 4 jam, pada saat lampu di dalam ruangan operasi dimatikan dan dokter berjalan dari ruangan memberi tahu Clara bahwa operasi tela berjalan dengan sukses, Clara hampir menangis dengan emosional setelah mendengar berita tersebut.

Setelah operasi, Clara tinggal di rumah sakit dan menjaga Evi sampai kondisinya lancar.

Sementara bagian Luna sana juga terus menelpon Clara dan meminta dia untuk mulai bekerja.

Luna berkata : "<> sudah mau memasuki masa promosi, acara promosi pertama akan dilakukan di kota A. Kamu akan mempertunjukkan dirimu di depan wartawan dan publik pada acara tersebut jadi kamu harus mempersiapkan dirimu dengan baik"

Wartawan selalu merupakan pihak yang susah mau diurusin, ditambah Clara sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang itu, Luna pun merapikan semua pertanyaan yang mungkin ditanya oleh wartawan beserta jawabannya di dalam setumpuk dokumen yang tebal.

Asal Clara membaca dokumen tersebut dan menghafalnya semua, seharusnya dia bisa melewati acara tersebut dengan lancar.

Pada hari H acara, Luna juga sengaja mengundang desainer untuk merancang riasan dan gaya rambut Clara.

Kesan Clara untuk sekarang adalah wanita polos yang murni, jadi riasan di wajahnya ditata dengan ringan, gaun yang dia kenakan juga merupakan gaun gaya sederhana.

Clara tiba di lokasi acara di bawah pertemanan Luna, mereka tiba pada saat acara belum mulai, sehingga para sutradara dan aktor sedang istirahat di belakang panggung.

"Kamu masuk dulu, aku mau mengangkat telpon sebentar" Sebelum masuk ke dalam lokasi acara, telpon Luna tiba-tiba berdering, telpon dari rumah rata-rata merupakan masalah anaknya.

Clara sendiri berjalan ke ruang istirahat, pada saat baru melangkah ke dalam ruangan, sebuah suara wanita yang menusuk pun berdering.

"Clara, kamu masih berani datang!" Lauren berteriak dengan suara tajam yang membuat telinga Clara terasa sakit, sebelum Clara sempat mengerti apa yang terjadi, Lauren sudah menghampirinya dan menampar dia dimuka.

Clara yang tidak sempat menghindar merasa sakit di pipinya.

"Lauren, apakah kamu gila?!" Clara mendorong Lauren dengan marah.

Kalau bukan Nalan Qi sempat memegangnya, Lauren pasti akan jatuh pada saat itu.

Pada saat itu Clara baru sadar ternyata Nalan juga berada di sana.

Dengan posisi setengah menyandar di tubuh Nalan, Lauren menunjuk ke Clara dan bertanya, "Clara, apa yang kamu lakukan setelah meninggalkan tim syuting?"

"Aku harus melaporkan kepada kamu apa yang aku lakukan?" Clara merasa kata-katanya sangat lucu.

"Kamu tentu saja tidak berani mengatakannya, karena baru-baru ini kamu terus menggunakan segala cara untuk mendekati pacarku tanpa tahu malu" Lauren berteriak dengan marah.

Clara merasa Lauren benar-benar mirip seperti seekor anjing gila yang sedang sembarang menggigit orang, karena malas berantem dengannya, tatapan Clara akhirnya pun menuju ke Nalan.

"Aku menggunakan segala untuk mendekati kamu?" Nada suara Clara dipenuhi oleh tidak senang.

Ekspresi Nalan terlihat sedang tertawa tetapi sebenarnya tidak, dia bereaksi seolah-olah adalah orang luar yang hanya datang menonton keramaian.

Lauren mengeluarkan ponsel Nalan dari saku jasnya, setelah memasukkan kata sandi, Laura menunjukkan ponsel Nalan kepada semua orang, "Ponsel Nalan dipenuhi oleh pesan teks mesra yang kamu kirim kepadanya"

Clara melihat ke layar ponsel dengan tenang, tetapi dia sama sekali tidak sempat melihat isi pesan teks dengan jelas, yang Clara lihat hanya layar aplikasi pesan teks.

"Aku sama sekali tidak memiliki kontak Nalan Qi, bagaimana aku bisa mengirim pesan teks mesra kepadanya?" Clara berkata.

"Siapa yang tahu kamu merasa bersalah, kamu menghapus kontaknya sebelum masuk ke tim syuting. Selain itu, kak Yunita juga berkata secara tidak sengaja bahwa dia sering melihat kamu menggoda Nalan ketika dia datang menjenguk aku di lokasi syuting, setelah Nalan menolak kamu, kamu tetap mendekatinya dengan tidak tahu malu"

Setelah mendengar kata-kata Lauren, tatapan dingin Clara tertuju ke Yunita.

Sebelumnya terlalu memandang baik, Clara benar-benar terlalu memandang rendah dia sebelumnya.

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu