Suami Misterius - Bab 429 Menangis Dan Ribut

Tentu saja, mereka tentu saja tidak akan mempertimbangkan semua ini. Karena bagaimana pun Wilson bukanlah anak yang mereka lahirkan. Terluka atau tidak, itu bukan urusan mereka.

Clara merangkul Wilson dengan erat. Tatapan mata yang dingin menatap tajam ke Nalan Vi dan Amy .

“Wilson berpendidikan atau tidak, hal ini tidak perlu kakak ipar untuk mengurusi atau menasehatinya. Jika telinga kakak ipar tidak tuli, harusnya mendengar apa yang dikatakan oleh Amy . Dia saja sudah bilang kalau dia yang tidak memegang cangkir teh dengan benar, sehingga tanpa sengaja terjatuh. Untung saja dia menangkap cangkirnya tepat waktu. Kalau tidak, air panas itu akan tersiram ke Wilson dan melukai Wilson, maka kesalahan yang dia lakukan akan jadi sangat besar sekali.”

Mendengar ini, Nalan Vi hampir saja meledakkan semua emosi yang ada di hatinya hingga keluar.

“Clara, ternyata mulutmu itu cukup hebat ya. Bisa-bisanya membolak-balikkan kenyataan sebegitu mudahnya.”

“Kakak ipar, ucapanmu kali ini aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana aku membolak-balikkan kenyataan? Padahal jelas sekali kalau Amy yang mengakuinya sendiri kalau dia tidak memegang cangkir dengan benar sampai cangkirnya terjatuh. Atau, menurut kakak ipar, Amy ini orang yang pandai membuat cerita palsu. Jadi ucapannya sedikitpun tidak bisa dipercaya?”

Nalan Vi, “......”

Nalan Vi begitu dibantah seperti itu, langsung tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.

Untungnya Amy cukup cerdas. Melihat situasinya tidak baik, dia pun langsung menundukkan kepala dan menangis terisak. Dia menangis dengan wajah yang sangat terpojok dan sedih seperti ada orang yang memarahinya.

Nalan Vi lanjut memaki lagi, “Sudahlah sudah, menangis apa kamu ini. kamu sudah berniat baik tapi malah disalahkan...”

Clara yang emosi hanya bisa tersenyum sinis. Tidak bisa membantah jadinya malah mulai berakting lagi. Nona dari keluarga Nalan, salah satu empat keluarga besar ternyata sama saja dengan wanita yang tak berakal.

Rudy meraih lengan Clara dan tatapannya begitu mantap. Rudy merasa sudah tidak ada keharusan untuk tetap di sini, ketika mereka mau pergi tiba-tiba Ardian bicara.

“ Bibi Liu , telepon kepala rumah sakit Jener untuk memintanya menyuruh seorang dokter spesialis luka bakar datang ke rumah untuk memerika luka Amy .”

Bibi Liu mengiyakan dan langsung melaksankannya.

Mendengar ini, Amy langsung berkata dengan takut-takut, “Tidak usah merepotkan kakak. Aku tidak semanja itu. ini hanya luka bakar biasa, hanya kulit mengelupas sedikit saja.”

Ardian menatap dingin ke Amy . Semakin melihatnya semakin tidak suka.

Dia sudah di keluarga ini selama puluhan tahun. Dia sudah bergaul dan bersama dengan Revaldo dan istrinya juga sepuluh tahunan lebih. Dia sudah dari awal tahu trik-trik busuk yang dimiliki mereka.

Nalan Vi membawa satu orang yang seperti Rahma Mirah lagi ke rumah Keluarga Sutedja. Apa yang mereka inginkan dan pikirkan, Ardian sudah mengetahuinya dengan baik dalam benaknya.

Baru saja, dia memanggil Rudy naik ke atas juga untuk memperingati Rudy agar lebih waspada lagi dan jangan sampai terjebak. Dia tidak menyangka baru saja berbalik, Nalan Vi sudah cari ulah.

Ardian menandang Amy , “Tidak baik jika seorang wanita punya bekas luka. Tetap biarkan dokter untuk memeriksanya. Kita keluarga Sutedja yang tidak memperlakukan tamu dengan baik sehingga membuatmu sampai terluka.”

Amy menundukkan kepala dan tidak bicara, dia pura-pura sangat sedih dan mencoba menanggung semuanya. Ardian pun lanjut berkata, “Aku paling tidak suka dan tidak tahan melihat seorang wanita bersedih, Karena kamu tidak terlalu nyaman tinggal di rumah Keluarga Sutedja ini, kamu lebih baik pulang saja. Hari ini kamu bereskan barangmu. Aku akan menyuruh orang untuk memesankan tiket pesawat untuk besok.”

Selesai bicara, Ardian sama sekali tidak ingin memberikan siapa pun kesempatan untuk membantahnya. Dia langsung berbalik dan menyuruh orang untuk membantu Amy membereskan dan mengepak barangnya.

Amy membelalakkan mata dan diam berdiri di tempatnya. Tidak lama kemudian dia pun baru tersadar dan langsung menoleh ke Nalan Vi. Tatapan matanya penuh permintaan tolong.

Nalan Vi jelas tidak akan membiarkan Ardian mengusir Amy dengan mudah, dia pun buru-buru berkata, “Kakak, kamu tidak perlu khawatir. Amy adalah tamuku. Aku yang memutuskan dia tetap tinggal atau pergi.”

“Sejak kapan semua hal di Keluarga Sutedja ini jadi kamu yang memutuskan!” teriak Ardian begitu dingin, “Karena hanya seorang tamu jadi jelas tidak perlu tinggal lama kan. Waktu tinggal Amy di sini pun juga tidak singkat. Lebih baik pulang saja lebih awal untuk menghindari keluarganya merindukannya.”

Selesai bicara, Ardian pun tidak berniat untuk melanjutkan berdebat dengan Nalan Vi. Dia berbalik dan naik ke lantai atas.

Tidak menyangka, Nalan Vi tiba-tiba berteriak menarik keras Amy .

“ Amy , kamu bisa lihat sendiri kan. Kakak iparmu belum berhenti bernapas saja, mereka sudah tidak menganggapku lagi. Coba katakan, apa artinya aku hidup. Nanti kalau kakak iparmu meninggal, aku juga ikut pergi menemaninya saja.”

Nalan Vi menangis dan ribut tidak karuan membuat semua orang yang ada di dalam Vila terkejut.

Nenek Sutedja dan Revaldo pun keluar.

Revaldo dibopong oleh Viona. Langkah kakinya tidak seimbang dan tertatih. Dia pun batuk-batuk.

“Nalan Vi, kenapa lagi kamu menangis sampai ribut begini? Benar-benar tidak bisa membuat orang tenang saja.” kata Revaldo langsung menegur ke Nalan Vi.

Wajah Nenek Sutedja begitu muram dan tatapan matanya melirik di sekitarnya. Pada akhirnya, tatapan mata itu jatuh ke diri Nalan Vi dan Amy . Dia pun bertanya dengan lembut, “Menangis sampai seperti ini, apa sih yang sebenarnya terjadi?”

Nalan Vi berjalan ke depan Nenek Sutedja seolah bertemu dengan keluarga dekat, dia menarik tangan nenek Sutedja lalu berkata dengan terisak-isak, “Barusan tadi Amy sudah berniat baik membawakan teh ke Clara, tapi Clara tidak mengambilnya dengan baik sehingga cangkir tehnya hampir jatuh ke lantai. Amy takut air teh panasnya tersiram ke Wilson dan melukainya jadi Amy pun menangkap cangkir tehnya dengan tangannya dan akhirnya tangannya tersiram air teh panas itu.”

Selesai bicara, Nalan Vi menarik tangan Amy lalu mengangkat lengan Amy yang terluka untuk diperlihatkan ke Nenek Sutedja.

“Nenek, lihatlah Amy sudah terluka sampai seperti ini. Tapi Clara malah tidak mengatakan terima kasih sekali pun. Dia malah mengolok Amy sok ikut campur urusan orang. Aku hanya membantah dan berdebat saja dengan Clara, tapi Kakak Ardian malah tidak melihat siapa yang benar dan salah. Tapi malah menganggap Amy adalah pengacau dan mau mengusir Amy dari rumah ini.

Nenek, aku yang mengundang Amy kesini. Dia adalah seorang perawat. Dia tinggal di sini bisa membantuku menjaga Revaldo. Tapi Kak Ardian malah tetap mau mengusir dia, kakak mengusir tamuku begitu saja, ini tidak ada bedanya dengan menampar mukaku.”

Mendengar ini, Nenek Sutedja melirik dingin ke Ardian dan tidak mengatakan apapun.

Revaldo yang melihat situasi ini pun batuk sambil menegur Nalan Vi, “Karena kakak sudah memerintahkan seperti itu, maka kamu lakukan saja sesuai perintahnya. Cepat suruh orang membereskan dan mengepak barang Amy dan juga jangan lupa bawakan beberapa oleh-oleh dan hadiah untuk dibawa pulang.”

Tapi, kalau Amy pergi. Siapa yang akan menemaniku menjagamu.” Kata Nalan Vi melanjutkan ucapannya dengan mata yang memerah.

"Aku hanyalah seorang pria dengan tubuh seperti tanah, bagaimana dijaga dan dirawatpun tetap tidak akan membaik. Kamu sudah jangan membuat kakak marah lagi.” selesai bicara, Revaldo tiba-tiba batuk begitu keras. Setelah batuk, napas Revaldo mulai terasa berat dan pingsan.

“Revaldo!” Nalan Vi menjerit lalu segera maju menompang tubuh Revaldo lalu menangis dan berteriak, “Revaldo, jangan sampai ada apa-apa yang terjadi padamu. Kalau tidak, bagaimana nasibku jika kamu pergi! Begitu kamu pergi, keluarga ini mana mungkin akan menjadi tempat berlindung kami....”

“Kakak sepupu, kamu jangan menangis lagi. Kita bopong kakak ipar dulu.” Amy begitu tenang dan memerintahkan pembantu membantu membopong Revaldo dan memindahkannya ke sofa. Tangan Amy tampak sangat profesional untuk membantu Revaldo mengatur pernapasan lagi. Kemudian Revaldo pun bangun.

“Revaldo, Revaldo apa kamu tidak apa-apa?” tanya Nenek Sutedja penuh perhatian. Nenek Sutedja juga berada di samping Revaldo.

Revaldo menggelengkan kepala dengan tak berdaya.

Mata Amy memerah dan berkata dengan hati-hati, “Kakak ipar, dengan penyakitmu ini, kamu tidak boleh terlalu senang atau pun terlalu marah. Aku Amy akan pulang ke kampung halaman. Kamu dan kakak baik-baik jaga kesehatan ya.”

Selesai bicara, Amy terisak.

Nenek Sutedja tiba-tiba menarik tangan Amy , dan berkata, “Anak bodoh menangis apa kamu ini. Kamu tinggal dengan tenang saja di rumah keluarga Sutedja ini. Aku mau lihat, siapa yang berani mengusirmu dari sini!”

“Nenek.” Ardian baru saja membuka mulut, Rudy langsung menghentikannya.

Rudy mengerutkan kening memandangi semua orang di sana. Dia tidak mengatakan apapun, hanya saja aura yang terpancar dari tubuhnya begitu dingin dan mengerikan.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu