Suami Misterius - Bab 959 Tersiksa Sekali

Waktu dekat ini Clara selalu dimanjakan oleh Rudy, sehingga juga mengembangkan sebuah kebiasaan baru lagi, apabila Rudy berada di sisinya, dia akan mengharuskan Rudy untuk menidurkannya.

Namun Rudy malahan melayaninya dengan bersenang hati, katanya dia sedang meniduri kekasih kecilnya.

Clara tidur dengan posisi menyamping, dikarenakan masa kehamilannya yang semakin besar, sehingga perutnya menjadi lebih berat, oleh sebab itu dia tidak berani tidur telentang lagi.

Rudy menjaga di sisi kasur, tangannya yang hangat sedang menepuk ringan pada pundaknya, gerakan tangannya sangat pelan dan juga lembut.

Rudy terus menemani di sisinya hingga Clara mulai ketiduran.

Gaya tidur Clara sangat sunyi, nafasnya sangat pelan namun stabil.

Bulu mata yang lentik bagaikan kipas yang terbuka melebar, menyinari sebuah bayangan yang kecil pada permukaan kulitnya.

Rudy merapikan selimutnya dengan perhatian, setiap gerakannya sangat lembut, seolah-olah takut akan membangunkan dirinya.

“Selamat malam, selamat mimpi indah, gadis kecilku.”

Rudy membungkuk badan dan memberikan sebuah kecupan ringan pada keningnya.

Di luar jendela, malam telah tiba.

Keadaan malam hari terkesan dingin dan sunyi.

Rudy berdiri dan keluar dari kamar tidur,

Pada saat pintu kamarnya tertutup rapat, ponselnya malahan berdering di saat yang tidak tepat.

Rudy mengeluarkan ponselnya, dia menatap pemberitahuan panggilan dan mengerut alis, setelah keraguan sejenak, dia menekan tombol menerima panggilan.

Telepon tersebut berasal dari Bahron, suaranya sedikit murung dan tidak berdaya.

“Bibimu terjadi kecelakaan, beberapa jam yang lalu diantar ke rumah sakit, saat ini masih dalam masa pertolongan.”

Reaksi wajah Rudy tidak berubah sama sekali, hanya saja tatapan matanya menjadi dingin, lalu bertanya lagi dengan suara yang rendah dan datar :”Mempengaruhi nyawa ?”

“Sementara ini masih belum pasti.”

Bahron mengeluh ringan dan menjawabnya.

Rudy memejamkan mata dan terdiam sejenak.

Bagi Rudy, keberadaan Astrid bahkan tidak bisa dibandingkan dengan orang asing.

Berdasarkan teorinya, Rudy sama sekali tidak mempedulikan keadaan Astrid.

Namun Astrid adalah anak kandungnya Nenek Sunarya, usia Nenek Sunarya telah berlanjut, keadaan kesehatannya juga tidak baik, apabila Astrid meninggal dunia, pastinya juga merupakan sebuah tekanan yang besar bagi Nenek Sunarya.

Perasaan Rudy terhadap Nenek Sunarya yang sebagai neneknya mengandung rasa sayang dan benci.

Namun hingga saat ini, perasaan sayang masih melebihi rasa kebencian.

“Aku akan menghubungi dokter ahli bedah dengan secepatnya.”

Rudy berkata.

“Tidak perlu lagi, mungkin sudah tidak sempat lagi.”

Bahron mengeluh ringan, suaranya penuh dengan rasa kelelahan yang dalam, “Kalau kamu bisa meluangkan waktu, coba menjenguknya di rumah sakit, anggap saja mempertimbangkan perasaanku dan nenekmu, setor muka dulu. Bagaimanapun juga satu keluarga, jangan membuat nenekmu kecewa.”

“Iya.”

Rudy menjawabnya dengan suara ringan, dia tidak menjanjikannya, namun juga tidak menolaknya, setelah itu langsung memutuskan sambungan telepon.

Rudy tidak langsung ke rumah sakit, malahan mengambil ponselnya dan memerintahkan kepada Raymond untuk mencari dokter ahli bedah yang paling hebat di dalam negeri.

Setelah selesai memesan, dia masuk sendirian ke dalam ruang baca, lalu menyelesaikan pekerjaannya dengan komputer dan terus bekerja hingga menjelang pagi, setelah itu baru istirahat dua, tiga jam di atas sofa.

Rudy selalu mudah terbangun, pada saat menyadari ada orang yang sedang mendekati dirinya, dia dengan refleksnya mengulur tangan untuk menangkap orang tersebut, setelah itu dia langsung terdengar suara desahan kesakitan, ketika dia membuka matanya, langsung melihat Clara yang sedang jatuh terduduk di lantai samping sofa, tangannya masih memegang sebuah selimut.

Sementara tangan besarnya sedang menangkap pada pergelangan tangan Clara yang kecil, sepertinya Clara telah kesakitan karena tindakan tersebut, sehingga terus mengerutkan alis cantiknya.

Rudy langsung terduduk dari sofa, lalu berlutut satu kaki di hadapan Clara, setelah itu dia setengah memeluknya, lalu bertanya dengan reaksi cemas, “Ada terluka ?”

Clara menggeleng kepalanya, matanya yang jernih diam-diam menatap Rudy, lalu mengulurkan jarinya yang sedikit sejuk untuk meredakan kelelahan di kening Rudy.

“Begadang lagi ya, kenapa tidak tidur di kamar saja ?”

“Terlalu malam, takut membangunkan kamu.”

Rudy memeluknya ke atas sofa, jari tangannya mengelus ringan pada ujung hidung Clara, lalu mengingatkannya dengan nada lembut :”Pada saat aku tertidur, otomatis akan masuk ke dalam kondisi waspada, kebiasaan ini sudah terbentuk dalam beberapa tahun itu, sementara waktu ini masih belum bisa berubah, jadi dalam waktu seperti ini usahakan jangan menggodaku, mengerti ?”

Dalam beberapa tahunnya di pasukan perdamaian, Rudy sering menjalankan tugas yang paling membahayakan, meskipun dalam waktu tertidur, mungkin saja juga akan kehilangan nyawa apabila terlalu lengah.

Oleh sebab itu, meskipun telah beberapa tahun berlalu, dia tetap saja tidak dapat mengubah kebiasaannya yang waspada dalam kondisi tertidur.

“Jangan sombong lagi, siapa yang menggoda kamu.”

Clara sedikit memejamkan matanya yang cantik, lalu mengulur tangan untuk mengelus perutnya yang buncit, “Meskipun aku ingin menggoda, dia juga tidak mengizinkannya.”

Rudy tersenyum, tangannya sedang mengelus ringan pada perut Clara.

Setelah itu dia berkata kepada gadis kecilnya :”Selamat pagi, sayang.”

Akan tetapi gadis kecilnya tidak tidak merespons apapun.

Keadaan ini sangat jarang terjadi, oleh sebab itu Rudy menatap Clara dengan tatapan kebingungan.

“Mungkin masih belum bangun.”

Clara menggerakkan pundak dan menjawabnya.

Rudy mengangguk, lalu bertanya lagi, “Wilson sudah bangun ?”

“Sudah bangun dari tadi, sekarang sedang sarapan dengan Sus Rani.”

Clara menjawab.

Rutinitas Wilson selalu sangat disiplin, dia tidak pernah telat bangun, kebiasaannya sangat teladan, tidak seperti gadis kecil di dalam kandungannya yang manja dan sulit dilayani.

Setelah itu, Rudy mandi sebentar, lalu menggandeng tangan Clara dan turun ke lantai bawah.

Wilson dan Sus Rani telah selesai sarapan, saat ini Sus Rani sedang membereskan tas sekolah Wilson.

“Tunggu sebentar, aku sekalian antar kalian ke TK.”

Pada saat berbicara, Rudy dengan wajarnya mengelus kepala Wilson.

Wilson tersenyum dan mengangguk, lalu mengenakan jaket kecilnya yang berwarna biru.

“Kamu bukannya mau ke pasukan ya ? Sepertinya tidak satu jalan kan.”

Clara bertanya dengan kebingungan.

Rudy mengulur tangan memeluk pada pinggang kecilnya, lalu memejamkan mata dan berkata dengan nada datar :”Bukan ke pasukan, aku siang ini harus ke rumah sakit.”

“Buat apa ke rumah sakit ? Kamu tidak enak badan ya ?”

Pada pertengahan pembicaraan, Clara sudah mengangkat tangan dan melekatnya pada dahi Rudy.

Rudy menggeleng kepala, lalu menarik tangannya dari dahi, setelah itu menggenggam erat dalam telapak tangannya.

“Aku tidak sakit. Astrid, dia semalam terjadi kecelakaan lalu lintas.”

“Kecelakaan lalu lintas ? Parah tidak ?” Clara mengerut alis.

“Menjalankan operasi pertolongan hingga beberapa jam, seharusnya sangat parah.

Setelah pergi baru bisa mengetahui keadaan pastinya.”

Rudy menjawab.

Clara tidak banyak bertanya lagi, setelah selesai makan, dia mengantar suami dan anaknya keluar rumah.

Rudy mengantar Wilson ke TK, setelah itu baru membawa mobilnya ke rumah sakit.

Setelah menjalankan operasi, Astrid mesti menjalankan pengawasan dua puluh empat jam di unit perawatan intensif.

Conan terus merawat Astrid di rumah sakit, Nenek Sunarya dan Bahron baru datang pagi ini.

Sepertinya dikarenakan tidak bisa tidur dengan baik, sehingga reaksi wajah Nenek Sunarya pada hari ini terkesan sangat lelah dan pucat.

Wajah Bahron tidak berekspresi, tidak ada perubahan apapun pada raut wajahnya.

“Nenek, ayah.”

Rudy berjalan ke hadapan mereka, lalu menyapa dengan suara yang rendah dan datar.

Bahron tetap saja mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi.

Sementara Nenek Sunarya hanya menjawabnya dengan suara serak :”Rendi sudah datang ya.”

“Tuan muda Sunarya.”

Conan berjalan menghampiri, lalu menyapanya dengan suara segan.

Rudy hanya melirik sekilas, anggap saja sudah membalas sapaannya, setelah itu langsung bertanya :”Bagaimana keadaan bibi ?”

Bahron menggeleng kepala, lalu mengerut alis dan berkata :”Nyawanya memang berhasil diselamatkan, namun bagian bawah tubuhnya sudah cacat, mungkin saja sisa hidupnya ini harus menggunakan kursi roda.”

Nenek Sunarya selesai mendengarnya, lalu menghapus air mata dan berkata, “Astrid masih belum sadar juga, setelah dia sadar, tidak tahu juga apakah dia sanggup menerima tekanan ini atau tidak, benar-benar tersiksa sekali.”

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu