Suami Misterius - Bab 338 Artis Berbakat

Rudy akan melakukan perjalanan bisnis ke kota S. Bahkan pada hari dimana Clara akan tampil dalam konser, Rudy mungkin tidak dapat kembali tepat waktu.

Clara minta ijin dengan guru tari selama setengah hari dengan alasan tidak enak badan, hanya khusus untuk mengantar Rudy pergi ke bandara.

Sebelum naik pesawat, Clara menarik lengan baju Rudy dan berpesan, "ada banyak tempat untuk konser di tur nasional aku nanti. Tidak masalah jika kamu melewatkan yang pertama ini, Bisnis lebih penting."

Rudy mendengar itu dan memeluknya sambil tersenyum.

Gadis kecilnya, ketika dia sedang bandel dan susah diatur, tetap terlihat sangat lucu dan manis. Ketika tiba saatnya untuk bijaksana, malah membuat orang sangat tersentuh dan terharu.

"Aku mengerti, Kamu jaga diri baik-baik." Rudy menunduk dan memberinya ciuman di dahinya yang halus.

Setelah mengantar Rudy pergi, Clara merencanakan untuk kembali ke rumah keluarga Santoso sebentar.

Konser pertama dalam hidupnya pasti memiliki arti yang berbeda. Dia secara khusus memesan dua kursi VIP untuk Wulan dan Vivi.

Namun, ketika Clara tiba di rumah keluarga Santoso, dia baru tahu bahwa Wulan sedang sakit.

Wulan terserang flu berat dan mengakibatkan demam tinggi. Kemudian, demamnya menjadi pneumonia.

Wulan adalah pengasuh Clara. Dia selalu membela Evi dan Clara. Rina menganggap Wulan sebagai duri dalam daging, tapi tidak berani langsung mengusirnya begitu saja, selalu mencari kesalahannya, walaupun hanya hal kecil, dan sengaja mempersulit Wulan.

Wulan sakit tapi tidak dibiarkan beristirahat, ini yang membuatnya sakitnya bertambah parah. Setelah pneumonia, terpaksa memberinya cuti beberapa hari, itu saja Rina masih suka berteriak-teriak Wulan membawa nasib buruk untuk mereka.

Wulan tinggal di kamar paling ujung di lantai tiga. Clara duduk di samping tempat tidurnya dan melihat wajah Wulan yang sangat pucat, bibirnya kering dan air matanya terus menetes karena terharu.

"Bibi Wulan, anda sakit parah. Biar Vivi bawa anda kembali ke kampung halaman untuk menyembuhkanmu. Di masa depan, ketika aku sudah bisa mengambil keputusan, aku akan menjemputmu kembali untuk menikmati hidupmu."

"Gadis bodoh, pneumonia bukan penyakit serius. Infus beberapa hari saja juga sudah sembuh. Aku tidak bisa pergi, Rumah ini milik kamu. Aku akan menjaganya untukmu," kata Wulan sambil batuk.

Dulu, ketika Wulan melahirkan Melanie, dia menderita distosia dan perdarahan. Dia tidak bisa membayar biaya pengobatan dan hampir meninggal di rumah sakit. Kebetulan, Evi juga melahirkan di rumah sakit yang sama pada waktu itu.

Evi berhati mulia, tidak tahan melihat Wulan dan bayinya dalam bahaya. Evi membayar semua biaya pengobatannya, menyelamatkan nyawa ibu dan anak itu.

Kemudian, Evi tahu bahwa kehidupan keluarga Wulan sangat sulit. Pada saat itu, dia belum ada pengasuh, jadi Evi meminta Wulan menjadi pengasuh Clara. Jadi sekaligus mengasuh Clara dan Melanie.

Wulan mengerti bahwa Nyonya kaya seperti Evi, jenis susu bubuk impor apapun dia mampu beli, alasan minta Wulan sebagai pengasuh, tujuannya hanya ingin memberinya pekerjaan.

Meskipun Wulan tidak bersekolah tinggi, tapi dia juga tahu artinya "Tahu diri dan Balas budi".

"Minggu depan adalah konser Nona Clara. Jangan khawatir, Bibi Wulan akan segera sembuh." Wulan meraih tangan Clara dan berkata.

Clara mengangguk dan mengeluarkan dua tiket dari tas tangannya dan memberikan padanya. "Ini tiket untuk anda dan tiket untuk Vivi. Anda jangan membohongiku, pada saat itu harus sembuh ya."

"Gadis bodoh, bagaimana mungkin Bibi Wulan bisa bohong sama kamu?" Mata Wulan hangat dan penuh kasih sayang, dan dia berkata lagi, "Hari sudah sore, Kamu pulang dulu saja, Pneumonia bisa menular. Kalau sampai menular ke kamu, bagaimana?"

"Aku bukan anak kecil yang tidak ada antibodi tubuh." Clara duduk dan tidak ingin segera pergi, dia ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Wulan.

Wulan tak berdaya dan menatap Vivi dengan tatapan isyarat.

Vivi mengerti dan segera menarik Clara dan berkata, "Nona, bibi perlu istirahat sekarang. Kalau anda disini, bibi mana bisa istirahat?"

Pernyataan Vivi masuk akal mengingat situasinya Wulan yang masih lemah. Clara berdiri dan berpesan kepada Wulan untuk merawat tubuhnya dengan baik. Kemudian, Clara mengikuti Vivi keluar dari ruangan dan berjalan menuruni tangga kayu yang kokoh.

Ketika mereka tiba sampai di lantai satu, mereka melihat Yunita baru pulang dari luar, Wini tersenyum hangat menyambutnya.

"Yunita, kamu sudah pulang. Ayahmu beberapa hari ini selalu membicarakan kamu." Wini menatap Yunita dari atas hingga kebawah dan memujinya: "Lihat, kamu terlihat seperti bunga kembang sepatu, iparku ini sungguh membawa keberuntungan."

"Aku tersanjung." Yunita tersenyum lembut.

Wini membungkuk dan bermaksud untuk membawakan sandal ganti untuk Yunita. Tapi Yunita segara menghentikannya. "Sepupu, Anda adalah tamu di rumah ini. Mana boleh biarkan anda melakukan ini?"

Yunita mengambil sepasang sandal wanita baru dari lemari sepatu, ngobrol sebentar dengan Wini, dan kemudian naik ke atas.

Ketika Vivi melihat kejadian ini, dia kaget sekali. Setahu dia, Wini dan Yunita berdiri di sisi yang berlawanan, bisa dibilang mereka selalu bertentangan dan tidak pernah berhenti bertengkar.

"Ketika mereka bertemu, mereka tidak cakar-cakaran. Mereka seperti dua keluarga yang saling mencintai. Apakah aku tidak salah lihat?" Vivi mengangkat tangannya dan menggosok matanya dengan keras.

Clara tersenyum pahit dan mencibir. "Mereka berdua adalah artis yang berbakat, aktingnya sangat bagus. Kemampuan akting mereka berdua kelihatannya di level yang hampir sama, kita tunggu saja, bakal ada tontonan yang menarik."

Sesudah itu, Clara melangkah pergi dengan sepatu hak tingginya, tanpa menoleh ke belakang lagi dan meninggalkan rumah keluarga Santoso.

Sementara itu, kamar Rina.

Yunita duduk di sofa kecil di samping tempat tidur dengan wajah muram, dan Rina duduk di samping tempat tidur, menangis dan menceritakan apa yang terjadi dalam periode waktu ini.

Setelah Yunita mendengar cerita ibunya, hanya menyeringai. Semenjak Wini masuk ke rumah ini, Wini membuat banyak masalah dan keributan, ada begitu banyak tipu muslihat dan ide jahat.

"Wini banyak akal dan trik, Bu, Kali ini kamu terlalu anggap remeh musuh."

"Nenek tua bangka yang tidak mati-mati itu juga tidak tahu dari mana mendapatkan rubah berbulu domba ini. Sekarang, dia malah sudah berhasil mengambil hati ayahmu. Dia malah berlagak seperti nyonya besar di rumah ini dan pas di depan ayahmu, dia membuat penampilan yang sangat rendah hati dan terlihat sangat polos. Ayahmu suka berada di tempatnya pas tengah malam, sungguh memalukan mereka berdua sangat terang-terangan melakukan perbuatan tidak terpuji. "Rina menyumpahi dan memaki. Makin lama kata-kata makian yang keluar, makin tidak enak didengar.

"Siapa ayah? Apa ibu sampai sekarang masih belum tahu ayah itu seperti apa? Jika ayah adalah pria sejati, ibu juga tidak akan punya kesempatan masuk kesini," kata Yunita sambil mencibir.

Yunita memandang Rina dengan jijik. Melihat air mata dan ingusnya, Yunita merasa geram. "Apa gunanya menangis. Kamu hanya bisa berurusan dan menghadapi orang bodoh seperti Evi yang anggap kehormatan adalah diatas segalanya. Sekarang kamu menghadapi Wini, kamu langsung kacau dan berantakan begitu!"

Rina menyeka air matanya dan menghela nafas, "Aku sudah tua, tetapi Wini masih seperti bunga yang mekar. Ayahmu memang doyan yang lebih muda, Tentu saja, dia sangat haus akan kesegaran."

"Sesegar apapun Wini, dia tidak akan bisa muncul ke publik. Kamu sekarang adalah istri sah dari wakil walikota Yanto. Ayah selalu berpikir posisi dan jabatannya lebih penting daripada apa pun. Tidak mungkin menceraikan kamu untuk seorang wanita dari desa." Yunita berkata dengan santai.

"Terus kenapa? Aku sekarang jadinya hanya punya status tapi tidak berguna sama sekali di dalam keluarga ini. Wini tampaknya lebih mirip nyonya rumah." Rina menghela nafas panjang, dan memarahi nenek tua itu. Jika bukan karena dia yang mendukung dan menjadi beking Wini, Wini tidak akan berani bergaya seperti itu.

"Wini sekarang sedang diatas angin. Kamu sekarang sementara menghindari konflik langsung dengan dia, itu tindakan yang sudah benar." Yunita menambahkan, "Kita bertahan dulu untuk sementara waktu. Aku sudah mengirim seseorang ke kampung halaman Wini untuk memeriksa identitasnya. Latar belakang wanita seperti ini tidak akan bersih. Ketika kita sudah menemukan beberapa petunjuk dan aibnya, kita akan menemukan cara untuk menghadapinya nanti."

Rina selalu sangat mempercayai putri sulungnya ini, jadi dia langsung mengangguk tanda setuju.

Kemudian, ibu dan anak itu berbicara tentang konser Clara.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu