Suami Misterius - Bab 385 Kagum Dan Mengaku Kalah

Rudy memakai setelan jas warna hitam, sangat formal.

Clara mengenakan sebuah cheongsam warna merah yang telah diubah sesuai dengannya, sangat sempurna menonjolkan postur tubuh wanita yang molek. Di luar pakaian cheongsam memakai sebuah mantel bulu tebal warna putih, cantiknya sungguh luar biasa.

“Apakah ini sedikit terlalu pamer?” Clara berdiri di depan cermin, dan bertanya.

Rudy menopang pinggangnya, tersenyum pelan sambil menjawab: “Hari ini memang menemani nenek keluar untuk pamer. Bertemu dengan beberapa teman lama, dan rekan kerja lama. Sebelum aku kembali ke keluarga Sunarya, papaku tidak memiliki anak, nenek tidak jarang diejek secara diam-diam oleh para teman lama dan rekan kerja lama itu. Pada usia mereka ini, orang dengan posisi seperti mereka, saling membandingkan keluarga siapa yang anak cucunya berguna, keluarga siapa yang mendapatkan menantu paling cantik.”

Clara: “Kalau begitu apakah perlu sekalian membawa Wilson?”

Dulu bahkan cucu saja tidak ada, sekarang sudah memiliki cicit, sudah cukup bagi nenek untuk pamer.

“Kita masih pengantin baru, lebih baik lebih rendah hati.” Rudy berkata sambil tersenyum.

Mereka masih belum sampai sebulan mendapatkan akta nikah, Wilson sudah bisa berlari kemana-mana, bukankah itu memberitahu orang-orang kalau anak adalah anak luar nikah.

Dua orang keluar bersama dari rumah leluhur, mengendarai mobil kembali ke keluarga Sunarya. Nenek Sunarya sudah menunggu di depan pintu sejak dari tadi, memakai pakaian khas Dinasti Tang yang mewah, rambut sangat rapi dan teliti.

“Nenek.” Clara membuka pintu dan keluar dari mobil, sangat ramah menuntun nenek Sunarya duduk ke jok belakang.

Rudy sendiri yang mengendarai mobil, mobil perlahan-lahan melaju masuk ke restoran Kota Jing.

Rudy dan Clara satu kanan satu kiri menggandeng nenek Sunarya berjalan memasuki lift, langsung menuju lantai tujuh.

Ting tong suara lift, dua sisi pintu lift terbuka, dari depan ada dua wanita yang sedang menunggu lift, satu postur tubuhnya tinggi ramping, mengenakan dres panjang warna hitam. Satu lagi pendek dan gemuk, mengenakan selendang warna emas. Dua orang melihat nenek Sunarya, jelas sekali tertegun sejenak.

“bibi Sunarya, kebetulan sekali.” Wanita yang pendek dan gemuk menyapa dengan wajah ramah. Secara tidak sadar menarik wanita tinggi ramping yang mengenakan rok hitam di sebelahnya.

Raut canggung di wajah wanita rok hitam sulit disembunyikan, juga ikut memanggil sekali, “bibi.”

Wajah nenek Sunarya sangat tenang dan mengangguk, “Eng, sungguh kebetulan.”

Kemudian, berkata pada Rudy dan Clara, “Kalian panggil mereka berdua bibi Yang.”

Rudy dan Clara sopan menyapa. Mata wanita tinggi terus menatap Rudy, dalam ekspresi matanya terdapat rasa rumit yang sulit dilukiskan.

Rudy jelas-jelas tahu orang itu sedang menatapnya, malah tidak peduli sama sekali, tetap lembut dan anggun, lalu mengangguk dengan sopan sambil tersenyum, tindakan yang mudah menunjukkan auranya yang luar biasa.

Nenek Sunarya berbincang sejenak dengan wanita yang gemuk dan pendek itu, berkata: “Kami masih ada urusan, lain hari baru ngobrol lagi.”

“Kamu sibuk saja, kami juga sudah harus kembali.” Wanita pendek dan gemuk itu melihat mereka bertiga pergi.

Clara kebingungan, menggunakan pandangan mata mengajukan pertanyaan pada Rudy. Kemudian, tidak menunggu Rudy menjawab, nenek Sunarya sangat santai mengatakan: “Tadi bibi Yang itu, adalah mantan istri papamu. Hanya orang yang tidak penting, jika bertemu sapa saja, agar tidak membuat orang merasa keluarga Sunarya kita tidak memiliki sopan santun.”

“Oh.” Clara menjawab.

Rudy dan Clara menemani nenek Sunarya berjalan memasuki ruang perjamuan kecil.

Di dalam ruang, sebuah meja bundar besar dikelilingi lebih dari dua puluh orang yang duduk di sana.

Begitu nenek Sunarya masuk, segera ada kenalan akrab yang mendatangi mereka. Nenek Sunarya sambil tersenyum memperkenalkan Rudy dan Clara kepada semua orang.

Ini bukan pertama kalinya Rudy mengalami situasi ini, para nenek dan kakek yang ada di sini, serta para paman bibi sebagian besar dia mengenalnya. Tentu saja nenek Sunarya lebih memusatkan untuk memperkenalkan menantu yang baru dinikahi ini.

“Pak Zhang, ini ada istri dari cucuku Clara. Tahun lalu kamu mengajakku menonton film Sutradara Chen, yang namanya Duyung apa itu, pemeran utamannya adalah Clara. Waktu itu kamu masih memuji artis yang memerankan Putri Duyung itu sangat cantik. Menurutmu kebetulan apa tidak, cucuku ini, diam-diam langsung menikahinya.”

Nenek Sunarya tertawa hingga wajah penuh kerutan. Nenek Zhang juga menemaninya tertawa, tentu saja senyuman tidak terlalu alami.

Mereka berdua adalah kenalan lama, ketika masih muda bekerja bersama, latar belakang keluarga dan penampilan juga hampir sama, selalu diam-diam berselisih, Bahron Sunarya berkedudukan tinggi, putra nenek Zhang juga memiliki keberhasilan yang besar. Kemudian Bahron Sunarya bercerai dan tidak memiliki anak, selama bertahun-tahun nenek Zhang secara diam-diam dan terang-terangan selalu menertawakan nenek Sunarya.

Tidak menyangka roda kehidupan berputar terkadang di bawah terkadang di atas, meskipun nenek Zhang memiliki banyak cucu, tapi tidak ada satu pun yang berguna. Dan keluarga Sunarya sudah mengakui kembali cucunya, tidak peduli apakah anak luar nikah, Rudy memiliki kemampuan itu diakui oleh semua orang, siapa pun yang mengungkit putra dari Bahron, pasti akan memuji satu kalimat ayah yang luar biasa akan mendapatkan anak yang luar biasa.

“ Pak Zhang , di mana cucu menantumu? Biasanya kamu selalu membawanya, kenapa hari ini tidak datang?” Nenek Sunarya bertanya sambil tersenyum.

Tahun lalu cucu kedua nenek Zhang baru saja menikah, paras istri cucunya cukup cantik, nenek Zhang sengaja membawanya pamer di mana-mana.

Dan paras Clara semua orang bisa melihatnya, apalagi dia seorang artis, latar belakang keluarga juga tidak rendah, sangat berkelas.

Selain itu, cara Clara berinteraksi dengan orang juga hebat, menemani di sisi nenek Sunarya, basa-basi dengan para kakek nenek, dan para paman bibi itu, sangat licik dan pandai membaca situasi, bertemu dengan orang seperti apa akan menghadapi dengan cara apa.

Semua orang yang ada di sana tidak ada satu pun yang tidak menyukainya, terus memuji nenek Sunarya memiliki keberuntungan, mendapatkan seorang cucu menantu yang begitu pintar dan lincah.

Clara sudah membuat nenek Sunarya sangat bangga dan penuh harga diri, senyuman di wajah nenek Sunarya tidak pernah sirna.

Ada orang yang mulai berteriak agar Clara naik ke panggung untuk bernyanyi, Clara menggandeng lengan nenek Sunarya, bermanja-manja dan bercanda mengatakan: “Nenek, biasanya aku naik ke panggung untuk pertunjukkan selalu ada biaya, sekarang kamu adalah manajerku, tunggu nanti setelah aku selesai bernyanyi, kamu jangan sampai lupa mengumpulkan uang ya.”

“Kamu ini suka sekali dengan uang, nanti nenek tua ini akan membukakan giro untukmu, tidak akan merugikanmu.” Nenek Sunarya tersenyum, ujung jari menunjuk kening Clara sejenak.

Clara sangat alami dan tenang, sama sekali tidak malu-malu naik ke panggung menyanyikan dua lagu, dua-duanya lagu lama. Satu 《Sweet》, dan satu lagi 《See You Again》.

Suasana di bawah panggung hangat sekali, para kakek dan nenek itu sedang bertepuk tangan, ikut nyanyi bersama.

Clara nyanyi setengah, membawa mikfrofon berjalan ke bawah panggung, berjalan ke sisi nenek Sunarya, merangkul bahu nenek Sunarya dengan akrab, menyodorkan mikrofon ke hadapan nenek Sunarya, nyanyi bersama dengan nenek.

Kali ini Clara sangat sukses menyanjung, nenek Sunarya gembira sampai tidak bisa menutup bibir.

Rudy duduk tenang di samping, elegan dan santai menggoyangkan gelas wine di tangannya, mata terus mengikuti gadis kecilnya, setiap senyuman dan setiap ekspresinya, tampaknya menggerakkan hatinya.

Setelah pertemuan berakhir, orang-orang yang berada di tempat saling berpamitan dan pergi.

Clara menggandeng sambil menuntun nenek Sunarya berjalan keluar dari ruang perjamuan kecil, kedekatan seperti itu, yang tidak tahu masih mengira cucu kandungnya.

“Nenek, di luar langit sudah gelap, kamu kenakan selendangnya dulu baru keluar.” Clara sangat perhatian mengingatkannya.

“Clara yang paling perhatian.” Nenek Sunarya menepuk-nepuk tangan Clara sambil tersenyum. Dan Rudy cucu kandung ini, sudah benar-benar tersisihkan.

Clara mengangkat-angkat alis pada Rudy, wajah terlihat pamer sekali. Rudy sambil tersenyum menunjukkan jempol padanya. Keahlihannya menyanjung, Rudy kagum dan mengaku kalah.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu