Suami Misterius - Bab 602 Bisa Menyembuhkan Luka Cinta

Dia selesai berkata, tiba-tiba tenggorokan terasa gatal, sehingga batuk ringan. Hyesang tidak berani terlalu kuat batuknya, apabila terlalu menggerakkan bagian perut, lukanya akan semakin sakit. Dia baru ringan sejenak, kelihatannya sangat sengsara dan menyesak. “Aku tuangkan air untukmu.”

Ahyon buru-buru mendirikan badannya, namun tangannya malah ditarik oleh Hyesang. “Aku tidak mau minum air.”

Suara Hyesang sedikit serak, dia menarik lengannya, memeluk Ahyon ke dalam pelukannya. “Ahyon, kamu masih belum minta kado ulang tahun denganku lagi.”

Hyesang tersenyum dan berkata. “Aku minta atau tidak, kamu tetap akan kasih, iya kan ?”

Ahyon mengangkat mata dan menatapnya, berkata dengan nada datar. “Tidak tebak dulu apa kadonya ?”

Hyesang mengangkat alis dan tersenyum ringan. Ahyon menggeleng kepala, sifatnya memang tidak suka tebak menebak. “Tidak tahu romantis.”

Hyesang tersenyum lembut, tangannya masuk ke dalam saku jas besarnya, lalu mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna hitam. Ketika Ahyon melihat kotaknya, tanpa sadarnya terasa sedikit grogi, dengan refleksnya meringkuk jari tangannya. Ternyata, ketika kotak cincin terbuka, di dalamnya terletak sebuah cincin berlian yang berbinar, lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa, adalah sebuah cincin pernikahan. “Suka tidak ?”

Hyesang menatap dirinya dan bertanya. Ahyon menatap cincin berlian di dalam kotak sambil melamun, hanya mengerutkan bibir dan tidak berbicara. Hyesang mengeluarkan cincin berlian dari kotaknya, lalu mengangkat tangan kanan Ahyon, ingin memasang cincin pada jari manis tangan kanannya, namun Ahyon malah menarik kembali tangannya dengan refleks. “Hyesang, kamu benaran sudah pikir baik-baik ?”

Hyesang menggenggam erat tangannya, tidak mengizinkan Ahyon terus mundur dan menghindar lagi. Hyesang menatapnya, tatapan datar namun nekat. “Dalam pandangan semua orang, aku Hyesang paling bernasib baik, terlahir dalam keluarga kaya dan berkedudukan, ada ayah dan abang yang melindunginya, umur muda sudah berkedudukan tinggi, bisa mendapatkan segalanya. Tetapi, dalam hatiku, satu-satunya yang aku inginkan, hanya seorang dirimu saja.”

Ahyon terus mengerut bibir, namun matanya telah bergenang dengan air mata. Dia menggerakkan bibir merah, lalu berkata dengan suara yang gemetar, “Tetapi, berdenganku, mungkin saja seumur hidupmu tidak bisa menjadi seorang ayah lagi.”

“Apa pengaruh juga, kalau kamu tidak bisa menjadi ibu lagi, aku juga tidak ingin menjadi ayah orang lain, Ahyon, aku mencintaimu.”

Hyesang selesai bicara, terus memegang tangannya, lalu memasang cincin berlian ke dalam jari manis tangan kanannya dengan serius. Cincin berlian tiga karat berbentuk hati, tidak terlalu menonjol namun mewah, suci dan elegan, sangat serasi dengan aura Ahyon. Ukurannya juga sangat cocok. “Akhirnya berhasil mengunci dirimu juga.”

Hyesang tersenyum berkata, setelah itu, dia menundukkan kepala, mencium bibirnya yang sedikit berbinar. Ciuman yang ringan, lembut, dan tersentuh. Ahyon dengan jarangnya begitu menurutinya, tangan lembutnya melingkar pada lehernya, diam-diam terjerumus ke dalam ciumannya, pemikirannya sudah kosong total. Setelah selesai ciuman ini, Ahyon diam-diam menyandar di dalam pelukannya, mengedipkan sepasang bola mata yang indah, tatapan yang datar namun lembut. Dada Hyesang bergerakan tidak tenang, jelasnya hanya dengan ciuman ini biasa tidak bisa memenuhi keinginan dirinya. Hyesang memeluk Ahyon dan jatuh bersamaan ke dalam sofa yang besar, dia langsung menindih ke atas tubuhnya, tangannya menopang dagu Ahyon, dan mulai menciumnya lagi. Pada saat ini, jantungnya berdetak kuat, rupanya, nafsu membuat orang begitu susah menahannya. “Tidak, tidak bisa.”

Nafas Ahyon juga terengah-engah, namun wajahnya telah merona merah, dia menggeleng kepala dan menolaknya, “Hyesang, kamu, kamu masih ada luka….” “Merasa aku tidak bisa ?”

Hyesang tersenyum mengangkat alis, tetap saja dengan tampang santai dan serba tidak takut, jarinya sedang mengelus satu sisi pipinya dengan lembut. “Hyesang, kamu baru selesai operasi, jangan sembarangan berulah ?

Tunggu kamu sudah sembuh….” Ahyon menggigit bibir, segan sambung berkata lagi. Namun senyuman Hyesang semakin menggodakan, dia memeluknya dan terus bertanya, “Tunggu aku sembuh bagaimana ?”

Pipi Ahyon menjadi panas, dengan refleksnya mengepal tangan, namun mengingat tubuhnya masih ada luka, jadinya tidak tega memukulnya lagi. “Hyesang, kamu jangan berlebihan ya !”

Hyesang tersenyum senang, lalu mencium kuat pada bibirnya yang sedikit mencibir. “Tidak boleh menyesal, kalau aku sudah sembuh, kamu harus cium dan tidur berdenganku.”

Ahyon menunduk malu, tidak berbicara, hanya saja mengangguk dengan gerakan yang tidak terlalu jelas. Keheningan sejenak antara mereka, namun suasana dan keadaannya sangat tenteram. Hyesang baru ingin bertanya apakah Ahyon ingin memotong cake, namun ponsel Ahyon yang terletak di atas meja berdering secara tiba-tiba. Di atas layar tertera sebaris nomor yang asing. Ahyon menerima teleponnya, di sisi lain dari telepon, adalah suara seorang lelaki yang rendah dan dingin. “Ahyon, aku Demian Sutedja.”

Ahyon terbengong sejenak, dengan refleksnya menoleh ke arah Hyesang, lalu menjawab ‘o’ pada teleponnya. “Hyesang sekarang sedang berdenganmu kan ?

Kamu tahu tidak, dia sekarang seorang pasien, betapa bahayanya keluar dari rumah sakit tanpa izin dokter, seandainya dia terjadi masalah, kamu bisa bertanggung jawab ya !”

Di sisi telepon, adalah suara amarah Demian Sutedja, hanya saja, dia masih belum selesai bicara, Hyesang sudah merebut ponsel dari tangan Ahyon. “Abang, suara Abang kecil sedikit, wanitaku penakut, jangan menakuti dirinya.”

“Aku di bawah rumah Ahyon, kamu langsung, turun juga sekarang, jangan sampai aku yang menangkap ke atas.”

Demian Sutedja membentaknya. Hyesang melangkahi kaki panjang ke depan jendela, membuka gorden jendela dan melirik, di bawah gedung ternyata memang ada sebuah mobil Lincoln panjang. Hyesang memutuskan sambungan teleponnya, lalu menoleh ke arah Ahyon, dan menggerakkan bahu dengan tidak berdaya, “Abangku datang menangkap orang, aku mesti pulang.”

“Iya.”

Ahyon mengangguk kepala, “Aku antar kamu turun ke bawah.”

“Baik.”

Hyesang berkata. Mereka berdua keluar kamar secara bergiliran, masuk ke dalam lift dan turun ke lantai dasar. Mobil Demian Sutedja berhenti di depan pintu apartemen, Demian Sutedja berdiri di samping mobil dengan ekspresi dingin, menatap dua orang yang jalan keluar dengan bergandengan tangan. “Masuk mobil.”

Demian Sutedja mengulur tangan sambil menarik pintu mobil sisinya. Namun Hyesang malah tidak tega untuk melepaskan tangan Ahyon, dia setengah memeluk Ahyon dan berkata, “Ingat harus kangen sama aku, tahu kan ?”

“Iya.”

Ahyon menjawabnya, lalu mengingatkan lagi :”Rawat baik-baik lukamu, jangan lari sembarangan lagi.”

“Aku tahu, aku pasti akan menaati prosedur pengobatan, cepat menyembuhkan penyakit dan luka ini. Kalau aku sudah sembuh, akan langsung datang mencarimu. Tunggu aku ya.”

Hyesang melekat pada telinganya, lalu berbisik ringan. Bibirnya mencium mesra pada lehernya yang sensitif. Ahyon mengingat kembali hal yang telah dijanjikan dirinya, wajahnya tidak bisa bertahan dan menjadi merah lagi. Pada belakang tubuhnya, Demian Sutedja sepertinya tidak bisa melihat kondisi mesranya lagi, sengaja batuk dengan suara keras. Hyesang baru melepaskan Ahyon dengan penuh rasa tidak tega, lalu melangkahi kakinya untuk menghampiri Demian Sutedja, dan menyapa, “Abang.”

“Masuk mobil, pulang baru mengurus kamu.”

Demian Setedja memakinya. Setelah Hyesang masuk ke dalam mobil, Demian Sutedja melirik sekilas pada Ahyon, setelah itu, baru masuk ke dalam mobil. Mobil perlahan-lahan keluar dari kawasan apartemen Ahyon. Di dalam mobil, Hyesang terus menatap kaca spion, menatap ketika bayangan Ahyon hilang di dalam pandangannya, baru menyimpan kembali pandangannya. Pada saat ini, reaksi wajahnya masih sangat pucat, nafasnya semakin menyesak, dan terus berkeringat dingin karena kesakitan. Demian Sutedja langsung memberikan sebotol air dan dua kapsul obat padanya, Hyesang mengulur tangan untuk menerima, dengan cepatnya memasukkan obat ke dalam mulutnya, setelah itu, baru menyadar di kursi sambil bernafas terengah-engah. “Kamu masih tahu sakit ya ?

Aku mengira Ahyon sudah sanggup menyembuhkan penyakit lagi !”

Demian Sutedja berkata dengan nada datar, dia paling tidak suka tampang Hyesang yang rela mati demi seorang wanita. Reaksi wajah Hyesang sangat pucat, namun senyuman di wajahnya penuh dengan kepuasan. Jelas sekali, kesakitan fisik sama sekali tidak mempengaruhi suasana hatinya yang baik. “Ahyon bisa menyembuhkan luka cinta.”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu