Suami Misterius - Bab 958 Lebih Menyukai Lelaki Di Sisinya

“Su Dalika mereka juga sangat berharap bisa tertangkap. Seharian menjaga seorang anak kecil, tidak boleh pukul tidak boleh marah dan mesti dilayani dengan makan minum yang enak, terus harus melayani buang air kecil dan besar, rombongan penculik ini sudah hampir menjadi suster bayi.”

Aldio menggeleng kepala sambil bercanda.

Rudy mengerut bibir, lalu mengingatkannya, “Semakin mendekati tujuan, semakin tidak boleh lengah.”

Aldio membuat gerakan tangan ‘OK’ yang mengisyaratkan bahwa dirinya telah mengerti.

“ Su Dalika tertangkap, otomatis akan mengungkapkan Su Loran. Satu sisinya adalah kekasih baru yang sedang hamil, satu sisinya lagi adalah istri dan anak yang tidak disayangi, aku penasaran sekali bagaimana pilihan Ahmed pada kali ini.”

Aldio memperlihatkan reaksi bersenang-senang di atas kesusahan orang, “Talia dan Ahmed telah lama menikah, dia pasti memiliki banyak pegangan Ahmed. Sementara kalau Su Loran, dia begitu licik, pasti juga memiliki pegangan yang dapat mengendalikan Ahmed. Bos, menurutmu, di antara kedua wanita ini siapa yang akan mengkhianati Ahmed untuk terlebih dahulu ?”

Dua jari kiri Rudy sedang menjepit rokok, lalu menjentik abu di ujung rokok dengan gerakan santai, namun tidak menjawab pertanyaan Aldio.

Baik Talia maupun Su Loran, tidak penting sekali siapa yang mengkhianati Ahmed untuk terlebih dahulu, hal yang paling penting yaitu, pada kali ini Ahmed tidak akan bisa meloloskan diri lagi.

“Suruh orang kita terus mengawasi Ahmed, takutnya dia akan balik menyerang kita.” Rudy mulai memerintah lagi.

Aldio mengangguk, dia sudah selesai melaporkan semuanya, pada saat bersiap-siap untuk pergi, Rudy tiba-tiba bertanya, “Bagaimana keadaan kamu dan Sugar ?”

Aldio terbengong sejenak, setelah itu menjawab dengan sembarangan, “Sementara ini tidak ada apa-apa.”

“Sementara ini ?” Rudy mengangkat alis dan menatapnya, dengan mudahnya menemukan inti dari kata-katanya.

“Sementara ini tidak ada apa-apa, masalah ke depannya, tidak ada yang bisa tahu.” Aldio menggerakkan pundak sendiri dan sengaja memperlihatkan gaya tidak peduli.

Sugar kontrak dengan perusahaan hiburan di bawah pengendaliannya, dikarenakan hubungan dirinya dengan ayah Sugar, sehingga Aldio pastinya harus lebih perhatian lagi terhadap Sugar, oleh sebab itu hubungan mereka berdua juga semakin dekat.

Pada kenyataannya, Aldio lumayan menyukai Sugar yang cantik dan polos, bagaikan air sungai yang sangat jernih. Rasa suka ini jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan wanita dirinya yang sebelumnya, namun tetap saja masih belum mencapai batas cinta setia.

Sementara perasaan Sugar terhadap Aldio ada rasa menyukai dan mengagumi, Aldio bagaikan kakak dan juga ayahnya sendiri. Sugar paling sering mengatakan kepada Aldio bahwa : Kamu hebat seperti ayahku. Aldio yang mendengarnya juga tidak berdaya sama sekali.

Intinya hubungan mereka pada saat ini tergolong teman tetapi mesra. Mengenai apakah harus melanjutkan hubungan ini, mereka masing-masing juga sedang meragukannya.

Bagi penilaian Sugar, Aldio terlalu banyak riwayat yang kacau balau, sama sekali bukan pilihan yang terbaik dalam menjadi pacar maupun suami.

Sementara bagi penilaian Aldio, Sugar sama sekali bukan calon yang dapat bermain perasaan, bahkan bisa saja akan menjadi masalah rumit di antara mereka.

Oleh sebab itu, Aldio tidak terlalu ingin membahas masalah tersebut dengan Rudy, sehingga mengalihkan pembicaraan dengan reaksi bermain-main, “Bos, sejak kapan kamu menjadi begitu suka gosip, jangan-jangan ketularan sama kakak ipar kecil ya.”

“Aku hanya ingin mengingatkan kamu, jangan bermain api.” Rudy selesai bicara, langsung memadamkan rokok di tangannya ke dalam asbak.

Tidak lama setelah Aldio meninggalkan tempat, Clara sudah kembali dengan diantar oleh Olga.

Clara melepaskan jaket besar, dalamnya mengenakan sebuah gaun berwarna putih, ujung gaun yang longgar kebetulan dapat menutupi perutnya yang buncit. Dia mengikat rambutnya dan berdandan tipis, seluruh kesannya sangat segar dan bersemangat.

“Kamu di rumah ya ?” Clara melihat Rudy yang turun dari lantai atas dengan reaksi tertangkap basah, sehingga dengan refleksnya mengelus wajah sendiri.

Rudy tersenyum dengan tidak berdaya, lalu bertanya :”Pergi ke mana ?”

“Oh, Honey membuka konser, aku pergi memberikan dukungan.” Clara berjalan ke sisi Rudy dan memeluk lengannya, lalu tertawa senang sambil menjawabnya.

Setelah itu Clara mulai bercerita panjang lebar mengenai keadaan konser, reaksinya sangat gembira, seolah-olah dirinya sendiri yang mengadakan acara konser tersebut.

“Sangat mengharap ya ?” Rudy tersenyum, lalu mengangkat alis dan bertanya.

Clara meletakkan kepalanya pada pundak Rudy, lalu mengeluh ringan, “Sepertinya aku sudah tidak ada kesempatan lagi.”

Keadaan dirinya pada saat ini tergolong setengah mundur dari dunia hiburan, setelah melahirkan anak dan proses pemulihan, ditambah lagi istirahat untuk setengah tahun, sampai saat itu dirinya sudah hampir terlupakan oleh publik.

Clara tidak bisa berhenti mengeluh. Hari ini dia melihat Sugar bernyanyi dan menari di atas panggung, tiba-tiba kepikiran lagi dengan dirinya sendiri yang pernah berbinar-binar di atas panggung.

Dia tidak terlalu tertarik dengan bermain film, namun dia senang dengan musik dan sangat suka bernyanyi.

Namun apabila dibandingkan dengan berdiri di atas panggung untuk bersinar terang dan menjadi artis yang disenangi semua orang, dia jauh lebih menyukai lelaki di sisinya ini.

Rasanya lumayan enak juga apabila melepaskan segala kemewahan diri dan hanya fokus untuk menjaga kehidupan seseorang, meskipun dia memang tidak ahli dalam menjaga kehidupan orang lain.

Tangan Rudy sedang mengelus ringan pada kepalanya, lalu sambil tersenyum dan sambil merenung sesuatu, namun tidak berkata apapun.

“Rudy, aku sudah lapar.” Clara mengangkat kepala, lalu tersenyum senang dan berkata padanya.

“Masih belum waktunya makan malam.” Rudy tersenyum dan mencubit pipinya.

“Oh, aku sendiri sanggup menunggu hingga waktu makan malam, tetapi tidak tahu juga kekasih kecilmu ini sanggup menahan lapar atau tidak.” Clara menopang pipi, lalu tertawa senang dan menatapnya.

Rudy tersenyum keceplosan, lalu berdiri dan langsung masuk ke dalam dapur.

Clara mendengar suara memotong sayur yang berasal dari dapur, lalu langsung naik ke lantai atas, setelah itu dia mengganti baju dan menghapus dandanan wajahnya.

Dia menggantikan pakaian santai, pada saat dirinya berlarian ke dapur dengan wajah kecilnya yang bersih, Rudy sudah meletakkan masakannya ke atas meja.

Dua porsi lauk dan satu porsi sup, meskipun tidak terkesan seperti santapan meriah, namun sudah cukup untuk dimakan oleh Clara.

“Coba dulu rasanya bagaimana ?” Rudy memberikan sumpit kepadanya.

Clara menerima sumpit darinya, lalu mengambil sebuah potongan daging ayam dan masuk ke dalam mulut sendiri. Rasanya lumayan enak.

Dibandingkan dengan dirinya sendiri, Rudy jelasnya lebih berbakat dalam menjaga kehidupan orang lain.

“Kekasih kecilmu bilang ini lumayan enak.” Clara tersenyum, lalu mengulur tangan untuk mengelus perut sendiri.

Rudy duduk di sampingnya, lalu mengulur tangan dan mengelus perut Clara. Dalam waktu dekat ini anak di dalam kandungan tersebut sudah semakin lincah, sehingga juga sering berinteraksi dengan ayahnya.

“Baguslah kalau kalian suka.” Rudy tersenyum, lalu mengambilkan sayur ke dalam piring Clara.

Clara sambil makan sambil mengobrol dengannya. Rudy memang berwawasan luas, apapun yang dikatakan oleh Clara, dia seolah-olah selalu bisa menyambung topik pembicaraannya.

Pada dulunya, Rudy tidak ada kebiasaan mengobrol di saat makan dan tidur, namun kebiasaan ini telah diubah oleh Clara dalam keadaan tanpa disadari.

Apabila dua orang yang hidup bersama, kebiasaan hidupnya memang bisa diubah oleh masing-masing, namun mereka juga bersedia berubah demi orang yang dicintainya.

Pada saat mereka berdua sedang mengobrol, ponsel yang berada di dalam tas Rudy berdering secara tiba-tiba.

Rudy mengambil ponselnya dan melirik, lalu dengan refleksnya mengerut alis, setelah keraguan sejenak, dia menekan tombol memutuskan sambungan telepon.

Mulut Clara sedang mengunyah daging, lalu mengangkat kepala untuk meliriknya, setelah itu berkata dengan nada samar :”Kenapa tidak mengangkat telepon ?”

“Tidak mau angkat.” Rudy menjawabnya, lalu mengambil sumpit dan terus mengambilkan sayur untuk Clara.

Clara merasa penasaran dan mengambil ponselnya, setelah melihat pemberitahuan di layar, dia baru mengetahui kalau telepon barusan berasal dari keluarga Sunarya.

Dia membuang ponselnya ke atas meja dengan gerakan sembarangan, pastinya orang keluarga Sunarya banyak berulah lagi, bagus juga kalau tidak mengangkat teleponnya.

Clara puas makan dan minum, kedua tangannya mengelus pada perutnya yang buncit, setelah itu dia melempar sumpit di tangannya dan beranjak ke lantai atas untuk tidur.

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu