Suami Misterius - Bab 134 Meminjam Kekuatan Untuk Mengerahkan Kekuatan Lain

Miko sangat setia dan tulus terhadap Clara, dia bagaikan lengan kanan Clara. Jika Miko dalam kesulitan, Clara juga merasa lengan tangannya telah patah. Dan takutnya Melani dan Wulan ibu dan anak ini, akan sulit menjalani kehidupan kedepannya. Setelah ini, mungkin tidak akan bisa lagi menjadi asisten Clara.

Sebuah perhitungan bagus yang tampak sangat mulus, dan jelas akan membuat Clara jadi seorang diri. Ini benar-benar ide yang sangat bagus.

Kedua tangan Clara menyanggah pipinya, kedua alisnya berkerut membentuk gelombang sungai.

Walaupun Clara berada di lingkaran yang tidak teratur dan kacau yaitu lingkungan dunia entertainment, tapi paling tidak, dia jarang menyinggung seseorang. Orang yang tidak menyukainya dan punya ide dan cara seperti ini, dalam otak Clara perlahan hanya muncul satu nama yaitu Yunita.

Banyak hal yang sebenarnya kelihatannya sangat rumit, tapi jika dilihat lebih sekasama, maka akan mudah terlihat sifat asli sebenarnya.

Clara dan Yunita bisa dibilang musuh dari lahir. Dulu, dia dibuat bingung oleh anak dam ibu dari keluarga Muray, Clara bukanlah ancaman bagi Yunita jadi Yunita dulu tidak berbuat hal buruk kepadanya.

Tapi setelah Clara masuk di dunia peran, dan tanpa sadar telah merebut peran utama dan ketenaran Yunita.Di tambah lagi, beberapa waktu yang lalu, dia menolak Handy, dan ini semakin memperburuk hal baik untuk Yunita. Maka dari itu Yunita tidak bisa menahan diri untuk berbuat buruk ke Clara.

Clara tersenyum masam, Yunita ini adalah penjahat sesungguhnya di balik kematian ibunya, dia belum mencari perhitungan dengannya. Sekarang Yunita bisa-bisanya masih berani membuatnya emosi dan mencari gara-gara dengannya.

“Ada petunjuk?” Rudy melihat respon Clara, tampaknya Clara menyadari sesuatu.

Satu tangan Clara memegang botol bir, dan satu tangannya lagi menyanggah pipinya lalu menghela nafas dan berkata, “Kalau tahu memang kenapa, aku juga tidak bisa mengapa-apakan dia.”

Alangkah baiknya jika seandainya membunuh orang tidak melanggar hukum. Batin Clara.

Melihat wajah jengkel Clara, Rudy tidak bisa menahan diri untuk mengulurkan tangannya dan kemudian mengelus kepala Clara, dan berkata dengan lembutnya, “Memukul ular berbisa harus memikirkan cara terbaik, sebelum tidak yakin seranganmu akan memberikan pukulan fatal terhadapnya, lebih baik jangan buru-buru menyerang, untuk menghindari digigit balik olehnya. Waktu masih panjang, pasti akan datang kesempatan untuk membalasnya.

Clara mengangguk, memandang Rudy dengan penuh kagum, “Tiba-tiba aku merasa apa yang kamu katakan semuanya masuk akal.”

“Em. Kalau begitu kamu turuti baik-baik ucapanku.” Rudy menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.

Clara tersenyum lalu mengangkat botol birnya dan mengetukkan botol birnya ke gelas Rudy beberapa kali.

Clara dan Rudy pun minum sambil mengobrol, Clara telah mengganggap Rudy sebagai seseorang yang sangat dia percayai dan tempat mencurahkan semua keluh kesahnya, dia pun mulai menceritakan keresahan dan masalahnya. Masalah kacau di keluarga Santoso, jika diceritakan detail mungkin bisa menghabiskan waktu tiga hari tiga malam.

Sedangkan Rudy terbiasa sedikit bicara, dan mendengarkan baik-baik cerita Clara. Terkadang dia mengucapkan satu kalimat dan nada bicaranya mendeskripsikan semuanya dengan lugas dan tepat sasaran.

Clara saat ini tepat sedang membicarakan mengenai cucu nenek yang sangat membuatnya sakit kepala.

“Ketika ibuku masih ada, dia merasa sangat kasihan dengan kehidupan sengsara Ester, jadi dia merawat Ester sangat baik. Makanan apapun yang lezat atau mainan apapun yang menyenangkan, ibu pasti akan menyuruh Ester memilih lebih dulu, setelah itu baru giliranku memilih. Tapi nenek dan Ester seolah tidak tahu terima kasih, dan semakin menjadi-jadi. Ketika ulang tahun Ester, ibuku berusaha keras semampunya untuk mengadakan pesta ulang tahun dan memlihkan kado untuknya. Tapi ketika ulang tahunku, ibu memberikanku kado yang lebih mahal dan mewah sedikit saja dari dia, mereka pasti langsung merasa kalau ibuku pilih kasih, dan mereka akan ribut. Setelah ribut beberapa kali, ibuku juga akhirnya sakit hati dan sedih, dia pun sudah tidak bisa lagi terlalu tulus memperlakukan Ester.”

“Hati orang itu sangat serakah, selalu saja semakin kita mengalah, maka orang lain akan semakin tidak tahu diri.” Tutur Rudy begitu tajam. Kedua mata hitamnya menggelap dan tidak terlihat dasarnya, memperlihatkan cahaya dingin di mata itu.

Clara merasa kalau ucapan Rudy ini tidak hanya ditujukan untuk Ester saja.

Tapi, dingin di mata Rudy cepat sekali sudah hilang, Clara belum sempat memikirkan lebih banyak, dia tiba-tiba mendengar Rudy berkata, “Peran utama di keluarga Santoso sekarang bukan lagi ibumu. Sudah diganti oleh Rina. Dia mungkin tidak setolerir ibumu. Dan keserakahan nenek dan sepupumu juga tidak akan berubah, di antara mereka cepat atau lambat pasti akan ada konflik untuk mendapatkan keuntungan. Clara, apa kamu masih ingat aku pernah berkata ‘meminjam kekuatan untuk mengerahkan kekuatan lainnya’?”

Setiap Clara mendengar ucapan Rudy, dia merasakan ada perasaan yang awalnya gelap menjadi cerah kembali.

Di mata orang-orang itu, Keluarga Santoso bagaikan sepotong lemak, Nenek dan Ester rasanya ingit menggigit lebih banyak. Sedangkan Rina ingin sepotong lemak ini hanya dimiliki oleh dia seorang, dan jelas tidak akan mau membaginya ke orang lain.

Clara pernah melihat dunia binatang, para serigala, harimau dan macan tutul saling menggigit untuk berebut mendapatkan makanan, tanpa hentinya. Clara merasa dirinya tidak perlu melakukan apapun, cukup dengan menyalakan api di waktu yang tepat saja, memandangi perkelahian mereka kemudian tinggal duduk dan mendapatkan keuntungan dari semua itu.

Saat ini, Clara bukan lagi hanya kagum ataupun memuja Rudy. Dia rasanya ingin sekali menyembah Rudy, dan menganggap keberadaannya bagaikan dewa.

Selesai cukup minum birnya, Rudy mengeluarkan uang dan membayarkan beberapa uang kertas berwarna merah.

Dan keduanya pun keluar dari bar, di luar sudah malam. Karena mereka baru saja minum bir jadi mereka tidak berkendara dan Rudy pun memanggilkan sopir sewaan.

Mobil berhenti perlahan di depan apartemen, keduanya pun satu persatu turun dari mobil. Clara minum cukup banyak bir, kepalanya agak pusing, kedua tangannya merangkul lengan Rudy, membiarkan Rudy menyeretnya ke lift.

Mereka menghentikan langkah kaki mereka di depan lift, lalu mereka melihat papan warna kuning bertuliskan sedang dalam perbaikan.

Lift sedang dalam perbaikan, jadi mereka terpaksa harus naik tangga.

Ketika sudah naik setengah jalan, napas Clara mulai terengah-engah. Lalu dia memandangi pria di sampingnya, wajahnya tidak merah dan napasnya juga tidak terengah-engah bagai tanah datar.

“Sudah capek? Mau ku gendong?” suara Rudy rendah dan berat, nada bicaranya begitu lembut.

Clara sudah putus asa, dia langsung naik ke pungung Rudy.

Rudy pun menggendongnya dan naik dengan langkah mantap.

Ada lampu sensor di sepuluh lantai awal, dua lantai akhir lampunya telah diambil. Clara ingat dua hari lalu Sus Rani pernah mengatakan ini, dia berkata kalau lampu sensor di jalan akses darurat rusak. Dia sudah menelepon ke bagian perbaikan, bagian perbaikan properti telah mengambil lampu sensor yang rusak, tapi belum sempat menggantinya.

Di lingkungan yang redup ini, Clara membelalakkan matanya, tiba-tiba dia melihat bayangan hitam lewat. Di ruang redup dan sunyi, itu tampak menakutkan.

Clara tiba-tiba teringat dengan film-film horor yang dulu pernah dia tonton, bulu kuduknya pun tiba-tiba berdiri semua. Dia tidak bisa mengontrol diri, dia pun berteriak dan langsung turun dari punggung Rudy.

Kedua kaki Clara pun jatuh ke tanah, dan dia merasakan ada sesuatu yang lembut dan lunak, sesuatu itu juga bisa bergerak. Clara pun berteriak lagi, tangan dan kakinya tanpa sadar langsung memegangi tubuh pria di sampingnya.

Setelah suara teriakan Clara, malah terdengar suara kucing dengan jelas.

Ternyata, yang baru saja lewat itu dan yang barusan tidak sengaja diinjaknya adalah seekor kucing.

Akhir-akhir ini di sekitar daerah ini memang banyak kucing jalanan. Karena tidak mengganggu kegiatan di daerah ini jadi, bagian manajemen tidak mengusir kucing-kucing itu.

Alhasil, kucing-kucing ini bisa-bisanya tidak tahu diri, mereka beraninya berlari masuk ke tangga.

“Seekor kucing saja menakutimu sampai seperti ini?” Dari atas kepalanya, Clara mendengar suara berat dan seksi seorang pria dengan nada menggoda.

Clara baru menyadari, kalau dirinya sedang bergelantungan di tubuh Rudy.

Clara sekejap merasa canggung, wajahnya memerah, kaki dan tangannya buru-buru bergerak turun dari tubuh Rudy. Tapi akhirnya, malah menyentuh ke tempat yang seharusnya tidak disentuh.

Selanjutnya, keduanya pun jadi lebih canggung lagi.

“Aku, aku, kamu, kamu...” ucapan Clara terbata-bata. Dia juga tidak tau baiknya bicara apa.

Clara tanpa sadar mendongakkan kepalanya, di kegelapan ini, hanya melihat warna di mata Rudy yang dalam dan menyala, lengan yang melingkari pinggang Clara pun tiba-tiba mengencang, begitu berbalik, Rudy langsung menekankan tubuh Clara ke dinding.

Tubuh Clara terkurung di antara dinding yang dingin dan dada Rudy yang panas, belum sempat merespon, bibir tipis dan lembut Rudy sudah menutupi bibir lembut Clara.

Ciuman Rudy, Clara sangat akrab. Begitu lembut dan kuat.

Sejujurnya, Clara bukannya tidak suka dengan ciuman Rudy. Bahkan di bawah serangan arogan Rudy ini, dia malah perlahan melemaskan dirinya, tersentak, dan malah menyambutnya.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu