Suami Misterius - Bab 732 Insomnia

Setelah film Surat Penuh Warna selesai, untuk sementara waktu Clara tidak menerima pekerjaan lagi.

Banyak naskah yang di tawarkan, namun yang membuat Luna tertarik tidak banyak.

Tidak mudah bagi Luna untuk tertarik terhadap sebuah naskah dan kebetulan tempat syutingnya ini berada di luar negeri, tanpa berpikir terlebih dahulu, Clara langsung menolaknya.

Saat ini, Clara hanya menjadi juru bicara sebuah iklan, kebanyakan waktunya adalah berada di rumah.

Saat pagi hari ia menemani nenek Sunarya ngobrol, menanam bunga dan rumput, sedangkan sore hari ia membaca buku di halaman sambil berjemur.

Terkadang ia juga menemani nenek Sunarya keluar untuk menjalin hubungan sosial, mengikuti pameran lukisan dan kaligrafi, atau kadang menghadiri acara pembukaan dan sejenisnya.

Setiap hari selasa dan kamis, nenek Sunarya pasti akan pergi ke gedung teater untuk menonton opera. Clara sangat pintar, dengan hanya beberapa kali dengar saja ia sudah bisa menyanyikan beberapa kalimat.

Biasanya saat tidak ada kerjaan di rumah, Clara menyanyikan opera untuk nenek Sunarya, sehingga membuat hati wanita tua tersebut berbunga-bunga.

Setelah senja, Wilson sudah pulang dari sekolah dan ia dengan perhatian khusus menemani anaknya.

Saat akhir pekan, ia secara pribadi mengantar Wilson ke tempat les atau menemaninya pergi ke taman bermain.

Akan tetapi berhubung dia adalah seorang artis, saat keluar kebanyakan memakai masker atau kacamata hitam, untungnya Wilson sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu, dan di bawah didikan orang tuanya ia bisa memahami kondisi ibunya karena pekerjaannya.

Setelah memasuki musim gugur, cuaca sudah terasa mulai dingin.

Rudy juga semakin sibuk, sehingga sulit sekali untuk bertemu dengannya.

Pertanyaan yang paling banyak ditanyakan oleh Wilson adalah: kapan papa pulang.

Bahkan komunikasi mereka lewat telepon saja sudah semakin sedikit, terkadang baru berbicara sebentar saja sudah harus mematikan telepon.

Pernah sekali Rudy tertidur saat sedang bertelepon dengannya.

Kemudian Clara baru tahu, saat Rudy sedang sangat sibuk, hampir setiap hari ia tidur tidak lebih dari empat jam.

Bahron berkata kepadanya bahwa karir Rudy sedang menanjak, jadi ia meminta Clara agar lebih pengertian terhadap hal itu.

Bukannya ia tidak pengertian, ia hanya merasa kasihan kepadanya.

Akan tetapi walaupun kasihan ia tetap harus memahaminya.

Justru karena ada orang seperti Rudy inilah yang begitu berkorban demi keluarga dan negara, orang-orang baru bisa melewati kehidupan yang aman dan tentram.

Dulu kalau bukan karena Pasukan Perdamaian, kalau tidak ada Rudy yang menggunakan tubuhnya untuk melindungi dia dari peluru, dia sudah lama meninggalkan dunia ini.

Mungkin siapa saja berhak untuk mengeluh namun tidak untuk Clara.

Dalam sekejap mata musim gugur telah berjalan setengah dan tibalah hari ulang tahun nenek Sunarya.

nenek Sunarya adalah orang yang rendah hati, dia tidak ingin mengadakan acara yang besar hanya berharap keluarga dan teman dapat berkumpul bersama.

Di umur nenek Sunarya saat ini, kebanyakan saudara-saudaranya sudah meninggal.

Hanya tersisa seorang adik perempuan yang tinggal di kota F.

Keluarga suami adik nenek Sunarya bermarga Xie, setelah menikah ia tinggal di kota F. nenek Xie ini tidak terlalu bernasib baik, suaminya meninggal muda dan ia pun tidak menikah lagi. Saat itu ia seorang diri merawat putranya yang baru berumur dua tahun lebih, benar-benar orang yang kuat.

Sekarang, anaknya telah menjadi seseorang yang sukses di kota F, ia juga telah memiliki cucu-cucu yang banyak, kondisinya saat ini sudah termasuk baik.

Kabar Ulang tahun nenek Sunarya sudah lebih awal disampaikan kepada nenek Xie, namun tidak tahu apakah adik perempuannya itu akan hadir atau tidak.

Bagaimanapun mereka berdua sudah berumur, kota F dan kota Jing terletak di sisi yang berbeda, satu di selatan dan satu di utara, jadi perjalanannya agak merepotkan.

Satu minggu sebelum ulang tahun nenek Sunarya, nenek Xie telah menelepon kembali dan mengatakan bahwa ia telah memesan tiket pesawat juga telah memberikan informasi penerbangannya kepada mereka.

Kedua kakak beradik ini sudah lama tidak bertemu, sehingga setelah menerima informasi itu nenek Sunarya menjadi sangat senang sampai tidak bisa tidur, esoknya ia mulai membereskan kamar tamu dan menghiasi kamar.

Karena akhir-akhir ini Ardian sibuk dengan masalah keuangan perusahaan, jadi urusan untuk menghias kamar dan menerima tamu menjadi tanggung jawab dari Clara.

Clara berpikir bibi muda (kakak dari satu nenek) sudah hidup di daerah selatan selama setengah hidupnya jadi seharusnya sudah terbiasa dengan gaya hidup disana. Oleh karena itu, ia sengaja mencari disainer untuk merancang ulang kamar yang akan ditempatinya.

Kamarnya dihiasi dengan anggun, di balkon terdapat banyak bambu hijau.

Orang selatan sering berkata: Lebih rela tidak makan daging daripada tidak ada tanaman bambu di rumah.

Clara merasa pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang miskin.

Akan tetapi terhadap para senior, pemikiran seperti itu sangatlah penting.

Sehari sebelum kedatangan nenek Xie, kamarnya telah selesai dipersiapkan.

Clara juga telah mempertimbangkan selera makanan yang berbeda antara orang selatan dan orang utara, oleh sebab itu ia juga sudah memanggil seorang koki dari daerah selatan.

Semua hal yang harus dipersiapkan untuk acara ulang tahun nenek Sunarya juga telah ia persiapkan dengan baik.

Clara merasa sangat capek dan berbaring di atas ranjang.

Ponselnya yang terletak di meja samping ranjang berdering, ia mengambil ponselnya dan menjawab.

“Halo.”

Suaranya terdengar tidak bersemangat.

“Apakah sudah tidur?”

Terdengar suara hangat Rudy dari dalam ponselnya.

“Belum. Baru selesai mengurus pekerjaan rumah, sedang bersiap-siap untuk mandi.”

Clara menjawab dengan suara yang terdengar lelah.

“Istirahatlah lebih awal, aku usahakan pulang besok.” Rudy berkata.

“Iya.” Clara menjawab.

“Selamat malam Clara.” Setelah selesai berkata, Rudy memberikan ciuman kepadanya lewat telepon.

Clara memegang ponselnya, setelah mendengar suara telepon dimatikan, ia bengong sejenak kemudian bangkit dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.

Dia mandi dengan nyaman sehingga rasa capeknya juga sudah sedikit menghilang.

Kemudian ia mengeringkan rambutnya dan kembali berbaring di atas ranjang.

Tidak tahu apakah karena akhir-akhir ini terlalu banyak masalah, ia merasa capek dan kepalanya merasa kacau sehingga membuat ia sering insomnia saat malam hari.

Ia membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur, merasa ngantuk dan capek namun malah tidak bisa tertidur, rasa seperti ini sungguh tidak nyaman.

Clara bangun dari ranjangnya dan membuka laci meja dekat ranjangnya, ia mengambil keluar sekotak obat tidur dan menelan dua butir obat berwarna putih.

Setelah memakan obat ia baru merasa sedikit ngantuk dan tertidur sampai besok pagi.

Saat bangun ia mencuci muka dan menggosok gigi, setelah itu ia turun ke bawah.

Aula di lantai satu sudah ramai.

Su Loran sedang duduk di sofa sambil berbicara dengan nenek Sunarya.

“Aku dengar hari ini bibi muda akan datang, jadi aku sengaja datang lebih awal untuk melihat apakah ada hal yang bisa dibantu.”

“Kamu adalah anak yang sangat pengertian.”

nenek Sunarya memegangi tangan Su Loran dan berkata dengan tersenyum.

“Jarang-jarang bibi muda bisa datang kesini, aku adalah junior sudah seharusnya menunjukkan sedikit rasa bakti. Aku juga telah membeli sedikit hadiah untuk bibi muda, tapi tidak tahu apakah beliau akan suka atau tidak.”

“Dia pasti akan menyukai barang yang kamu beli. Kamu ini adalah gadis yang disukai orang-orang.”

Saat nenek Sunarya dan Su Loran sedang bercengkrama, Clara berjalan menuruni tangga.

“Nenek, Loran.”

Clara menyapa dengan sopan.

“Clara sudah bangun ya. Di dapur ada makanan untuk kamu, tapi tidak tahu apakah masih hangat atau tidak. Apabila sudah dingin maka mintalah sus Rani untuk menghangatkannya sebentar. Sekarang cuaca sudah mulai dingin, apabila mengkonsumsi makanan yang dingin tidak baik untuk perut.”

Su Loran berkata sambil tersenyum.

Senyumannya begitu hangat dengan suara yang lembut sehingga membuat orang yang mendengarnya merasa nyaman.

Akan tetapi di dalam hati Clara merasa tidak nyaman, dia selalu merasa bahwa Su Loran adalah pemilik rumah, dan dia malah lebih seperti tamu yang tinggal sementara di sana.

“Clara, makanlah dulu. Sarapan harus di makan sebelum jam sembilan, jika tidak akan tidak baik bagi kesehatan tubuh.”

nenek Sunarya berkata.

Clara menganggukkan kepalanya, “Nenek, aku pergi makan dulu ya.”

Clara pergi memakan sarapannya dan nenek Sunarya melanjutkan pembicaraannya dengan Su Loran dengan tetap memegangi tangannya.

“Nenek, apakah kamar bibi muda sudah selesai di hias?”

nenek Sunarya menganggukkan kepala, “Sudah, apakah kamu mau melihatnya?”

“Boleh. Kebetulan aku membeli sebuah lukisan minyak, juga tidak tahu cocok tidak dengan hiasan yang ada di kamar.”

Setelah selesai berkata, Su Loran memapah nenek Sunarya untuk naik bersama ke atas.

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu