Suami Misterius - Bab 64 Apa Bedanya Dengan Merampok

Ada revisi bab 58 17/4/2020

Ketika Clara menerima panggilan telepon dari rumah sakit, dia lumayan terkejut.

Evi telah dirawat di rumah sakit selama bertahun-tahun, ini pertama kalinya Yanto pergi mengunjunginya di rumah sakit.

Dia agak khawatir, segera bergegas ke rumah sakit dengan terburu-buru, sebelum memasuki bangsal, dia mendengar suara perselisihan dari dalam.

“Evi, aku sudah mengatakan begitu banyak padamu, mengapa kamu masih keras kepala. Tanah itu tidak berguna di tanganmu, sekarang aku akan memberimu uang untuk menebus tanah itu, bukannya sangat baik?” Yanto berkata.

Evi berwajah pucat dan batuk.

Menebus? Apa yang dia katakan terdengar baik, beberapa tahun ini, harga tanah itu naik belasan kali lipat, tetapi dia menebusnya dengan harga dua puluh tahun yang lalu, ini tidak ada bedanya dengan merampok.

“Yanto, tanah ini adalah hadiah yang kamu berikan padaku ketika menikah. Kamu mungkin sudah lupa dengan apa yang pernah kamu katakan, kamu bilang, meskipun kamu tidak punya apa-apa, tetapi kamu akan bekerja keras, kamu akan memberikan semua uang yang kamu hasilkan padaku. Kemudian, setelah melahirkan Clara, kita pernah mengatakan, akan menjadikan tanah ini sebagai mas kawin untuk Clara.”

Dulu, keluarga Qin (keluarga Evi) adalah pengusaha kaya dalam kota A, Yanto hanyalah orang biasa. Yanto menikah dengan Evi, tidak memberikan hadiah yang layak, jadi dia memberikan akta tanah leluhur kepada Evi.

Dulu, tanah itu benar-benar tidak berharga. Namun, perkembangan ekonomi di kota A sangat pesat dalam beberapa tahun ini, dan tanahnya menjadi semakin berharga, lokasi tanah itu bagus dan memiliki nilai pengembangan yang besar.

“Yanto, ketika kita bercerai, aku tidak meminta apapun darimu, aku hanya mengambil akta tanah itu. Sekarang, apakah kamu bahkan ingin memintanya kembali?”

Selesai berkata, Evi batuk lagi.

Yanto berwajah suram, dia paling tidak suka melihat Evi selalu bersikap separti begini.

Dia tidak perlu menghitung, Kakek Qin sudah merencanakan semuanya. Sebelum meninggal, dia memindahkan sebagian besar saham perusahaan ke nama Clara, kalau bukan karena dia memulainya lebih awal, memasukkan Heru ke dalam perusahaan, mungkin kerja keras selama ini akan tersia-siakan.

“Evi,hari ini aku datang ke sini bukan untuk membicarakan kisah lama denganmu. Dulu adalah dulu, berbeda dengan sekarang. Kamu bukan lagi gadis kecil yang mati-matian mencintaiku, dan aku juga bukan pegawai administrasi kecil lagi. Mari kita kembali ke kenyataan. Ketika Clara dan Marco bertunangan, kedua pihak keluarga berjanji akan menggunakan tanah itu sebagai mas kawin untuk pihak wanita. Sekarang, gantian Elaine yang akan menikah dengannya, dua-duanya adalah putriku, aku harus adil. Kalau kamu merasa harganya tidak cocok, kita boleh membicarakannya lagi, tetapi kamu juga tidak boleh membuka harga terlalu tinggi, aku bukan orang bodoh.”

Telapak tangan Evi menempel di bagian jantungnya dan terlihat menyakitkan, tapi dia menunjukkan senyuman pahit di bibirnya.

Ya, dulu berbeda dengan sekarang. Dulu, mereka berbicara tentang perasaan. Sekarang, apa yang dia bicarakan padanya adalah uang!

“Wakil Walikota Santoso tentu tidak bodoh, aku yang bodoh. Namun, tidak peduli seberapa bodoh diriku, aku masih tahu, tidak ada orang yang dapat mengambil sesuatu yang aku pegang di tanganku! Yanto, kamu ingin menggunakan tanah itu sebagai mas kawin untuk anak harammu, kecuali aku mati. Meskipun aku menyumbangkannya, aku juga tidak akan memberikan padanya, dia tidak layak mendapat itu!”

"Kamu......" Yanto sangat marah dan tidak dapat mengatakan apapun.

"Kamu, segera pergi dari pandanganku!" Tangan Evi mati-matian menggenggam jantungnya dan berkata.

Kemudian, staf medis datang, dokter segera melakukan pemeriksaan terhadap Evi, dan perawat dengan ramah meminta Yanto keluar.

Setelah Yanto pergi, Clara baru memasuki bangsal dan langsung menuju ke tepi ranjang Evi.

“Dokter, bagaimana situasi ibuku?” Dia bertanya dengan cemas.

“Ini bukan masalah besar, emosional Nyonya Evi tidak terkendali untuk sementara waktu. Penyakitnya ini seharusnya menghindari emosional yang berlebihan.” Selesai berkata, dokter keluar bersama perawat.

Evi memaksa diri duduk dari ranjang, memegang tangan Clara, dan bertanya dengan lemah: “Apa yang terjadi antara kamu dan Marco?”

Kalau bukan karena Yanto datang, dia masih belum mengetahuinya sama sekali.

"Kapan kamu putus dengan Marco? Bagaimana dia bisa bersama Elaine?"

“Bagaimana Ayah bisa bersama Rina? Pria ingin selingkuh, bagaimana mungkin akan memberikan penjelasan. Dia telah berubah, tidak putus dengannya, emangnya aku masih terus mendekatinya? Mereka tidak tahu malu, aku masih menginginkan wajahku.” Clara berkata dengan penuh menghina.

Evi menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. “Apakah semua pria di dunia ini telah mati semua, dia sampai merebut tunangan adiknya sendiri, apakah pasangan ibu dan putri keluarga Muray tidak mengenal kata malu. Dan juga Marco, aku melihatnya sejak kecil, pria yang betapa tenang dan pengertian, dia malah melakukan hal semacam itu. Tidak boleh, aku harus pergi mencari Yani.”

Selesai berkata, Evi ingin bangun dari ranjang tapi dihentikan oleh Clara.

“Bu! Masalahnya sudah menjadi begini, lupakan saja. Kita seharusnya merasa senang, sekarang mengetahui Marco tidak dapat diandalkan, lebih baik daripada mengetahuinya setelah menikah dan memiliki anak.”

Evi jatuh kembali ke ranjang rumah sakit, wajahnya pucat.

Ya, sampai titik ini, tidak ada lagi yang bisa dikatakan. Dia buta dan salah melihat orang dan hampir membahayakan putrinya.

“Clara, ini sangat merugikanmu.” Evi mengulurkan telapak tangannya, menyentuh wajah Clara dengan lembut, “Clara, kamu menyuruh dokter mengatur waktu, aku memutuskan untuk menjalani operasi.”

“Benarkah?” Clara sangat senang.

Evi mengangguk, “Aku belum mati, mereka sudah berani memperlakukanmu seperti begini, ini benar-benar keterlaluan. Aku harus hidup baik-baik, setelah pamanmu kembali, dia akan melindungi kita.”

……

Clara sangat senang melihat Evi setuju menjalani operasi.

Karena hal ini, dia sengaja pergi menyembah ke kuil.

Kuil Puji adalah kuil Buddha yang paling makmur di kota A. Kata Puji berarti memberkahi semua makhluk hidup. Pengunjung Kuil Puji tidak pernah berhenti setiap pagi, setiap tanggal 1 dan 15 lunar, ada ratusan bikkhu yang membaca Kitab Suci di aula utama, adegannya terlihat sangat luar biasa.

Clara pergi pada sore hari dan berencana untuk menginap satu malam di kuil dan bangun pagi di hari berikutnya untuk menyembahkan dupa pertama.

Orang yang menyambut Clara adalah seorang bikkhu yang muda, usianya tidak jauh dengan Clara, penampilannya sangat ramah.

“Guru, aku ingin menyalakan sebuah lilin untuk ibuku, aku berharap dia bisa aman dan sehat.” Clara menjelaskan niatnya.

Bikkhu mengangguk, membawa Clara berjalan menuju ke dalam kuil.

Clara berjalan sambil berbicara dengan bhikkhu itu, dia tidak memperhatikan sosok tinggi yang berdiri tidak jauh darinya.

Rudy berjalan menuruni tangga, diikuti oleh asistennya Johan.

“Kamu memberitahu ibuku, ada urusan di perusahaan, aku tidak dapat tinggal untuk menemaninya.” Rudy berkata.

"Ini......" Wajah Johan terlihat buruk.

Sebagai asisten Tuan muda keempat Sutedja, dia mengetahui jadwal perjalanan Bos dengan jelas. Rudy sengaja meluangkan waktu dua hari menemani nyonya muda ke kuil untuk menyembah Sang Buddha. Dia tidak menyangka Nyonya besar juga memanggil Nona Tikar (Markisa). Mengadakan kencan buta sampai ke tempat Buddha, tidak heran kalau membuat Tuan muda Sutedja merasa kesal.

“Nyonya besar sudah tahu kamu tidak memiliki jadwal dalam dua hari ini, dan sekarang tiba-tiba mengatakan perusahaan memiliki urusan, aku khawatir......” Johan menjelaskannya dengan gelisah. Baik Nyonya besar maupun Tuan muda keempat bukanlah orang yang sabar, dia tidak berani menyinggung pihak manapun.

Namun, tidak menunggunya selesai berkata, Rudy sudah turun tangga dan berjalan langsung ke arah aula utama.

Johan tertegun di tempat, tiba-tiba merasa bingung, apakah Boss mendengar kata-katanya?

Di sisi lain, Rudy telah berjalan ke pintu Aula utama, memandang sosok seseorang yang indah sedang berlutut, dan menyembah dengan tulus.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu