Suami Misterius - Bab 111 Niat Jahat yang terselubung

Permainan ini sangat menarik, tetapi pada akhirnya malah membuat bibir mereka bersentuhan, untuk artis profesional, bukan masalah besar untuk syuting drama berciuman. Tentu saja, mereka juga tidak begitu peduli dengan permainan kecil semacam ini.

Tapi Clara merasa agak canggung. Yah, dia mengakui bahwa dia tidak cukup profesional untuk menjadi seorang aktris. Skandal antara dia dan Handy telah menjadi viral di dunia maya, jadi tidak perlu terus-menerus menggoda dan membuat sensasi.

Clara berdiri berdampingan dengan semua bintang tamu wanita untuk menyemangati para bintang tamu pria yang sedang berjuang melewati banyak rintangan. Wajahnya mereka juga menunjukkan kegugupan dan kegembiraan.

Handy dalam lingkaran dunia hiburan adalah sosok yang terkenal dengan kekuatan fisiknya yang terjaga baik, dia juga sebagai bintang iklan sebuah merek olahraga yang terkenal. Dia adalah orang pertama yang berhasil sampai ke depan Clara, dan berjongkok, menyediakan punggungnya untuk Clara, dan menggendongnya.

Clara lalu naik ke punggung Handy dan memeluk lehernya. Di depan begitu banyak kamera yang menyorotinya, dia tetap berusaha semaksimalnya mengikuti jalannya permainan.

Handy sambil menggendong Clara dan bergerak maju ke depan secepat mungkin, Clara termasuk kurus badannya, berat badannya sangat ringan, bagi Handy, menggendongnya tidak menguras tenaga, bahkan langkah kakinya terasa ringan seperti terbang.

Ketika garis finish sudah di depan mata, Kaki Clara tiba-tiba tersenggol sebuah rintangan dan jatuh dari badan Handy, Clara terjatuh dengan keras.

"Luka tidak? Sakit tidak?" Handy berjongkok di depan Clara, wajah khawatir dan penyesalan terlihat di wajahnya Handy.

Clara menggelengkan kepalanya dan mencoba berdiri dari tanah. Dia sengaja menjatuhkan diri, tentu saja, dia bisa liat keadaan. Selain bokongnya yang terasa sakit, tidak ada luka di tempat lain.

Ketika dia terjatuh seperti ini, dia sudah pasti dikalahkan oleh kelompok lain, dan menjadi peringkat terakhir, jadi tidak perlu menyelesaikan permainan yang terakhir.

Handy memapah Clara untuk beristirahat di samping. Handy tanpa sadar menatap mangkuk mie yang dibawa oleh kru alat peraga, sepertinya dia mengerti sesuatu.

Waktu syuting setiap periode adalah biasanya tiga hari. Clara sekarang sudah sangat tenar, Setelah selesai syuting akhir, dia biasanya langsung pergi dengan jadwal penerbangan yang paling cepat.

Program ini disiarkan di jam tayang utama di akhir pekan, dan akan ditayangkan kembali pada siang hari berikutnya.

Biasanya yang ditonton Rudy adalah replay pada hari berikutnya.

Dia tidak tertarik pada reality show. Secara khusus, Rudy tidak tahu apa itu reality show.

Raymond masih di kantor presiden direktur, memegang remote untuk mengubah saluran televisi, kebetulan melihat saluran acara reality show.

Dan kebetulan sekali pas melihat tayangan Handy menggendong Clara di punggungnya.

Raymond mengulurkan tangan dan menyentuh hidungnya. Tanpa sadar, dia menatap ke arah Rudy, yang kebetulan sedang duduk di belakang meja besarnya.

Saat ini, Rudy sedang sibuk dengan dokumen kantor, dan dia terus-menerus mengetik di keyboard dengan jari-jarinya yang panjang, membuat suara berderak. Pada saat ini, hanya terlihat tubuh tinggi Rudy yang bersandar di kursi bos, sepasang mata hitamnya menatap tajam pada layar komputer, sangat fokus.

Dengan rokok yang menyala di antara ujung jarinya Rudy, asap rokok sangat pekat, Raymond tidak bisa melihat ekspresinya Rudy saat ini, tapi dia jelas merasakan tekanan dan aura yang tidak menyenangkan di dalam ruangan.

Baru-baru ini, rumor antara Handy dan Clara sangat panas. Raymond tidak percaya Rudy belum pernah mendengar rumor tersebut. Untuk pria, wanita yang selingkuh yang paling menyakiti hati mereka.

Rudy sudah pernah mengalaminya satu kali, tidak mungkin mau mengalaminya lagi.

"Pria yang bermarga Han itu begitu berani menginginkan dan menggoda wanitamu tanpa melihat jati dirinya sendiri. Apakah kamu ingin aku mengatasinya?" Raymond berkata pada Rudy.

Rudy menatapnya dingin, dan dengan santai menjentikkan abu rokok di jarinya. "Apakah kamu gak ada kerjaan akhir-akhir ini?"

Kalau tidak santai, bagaimana bisa begitu usil untuk mencampuri usuran pribadi orang.

Raymond langsung ciut, dan menyadari bahwa topik ini tidak boleh dilanjutkan lagi.

Dipikir-pikir, benar juga, kalau dia pergi untuk membereskan Handy, bukankah itu sama saja memberitahu orang lain dengan sangat jelas, Clara selingkuh dari Rudy, kalau tidak selingkuh, buat apa repot-repot pergi untuk memukul orang.

Raymond juga pintar dan segera mengalihkan topik pembicaraan. "Kamu tidak pulang dan menghadiri pesta keluarga Sutedja kemarin?"

"Yah, aku tidak tertarik." Rudy menjawab dengan santai dan tanpa ekspresi.

"Pantesan saja muka kakak Ardian begitu tidak sedap dipandang, Jika kamu tidak pulang, itu sama saja dengan menampar wajah pria tua itu di depan umum. Pria tua itu mungkin tidak bisa berbuat apa-apa sama kamu. Dia pasti membalas dendam dan punya niat jahat yang terselubung melalui kakak Ardian,

“ Wajah Raymond tampak seperti sedang menikmati dampak dari masalah ini.

Perjamuan keluarga Sutedja kemarin, keluarga Sutedja semuanya sudah menunggu Rudy, tapi Rudy yang ditunggu tidak juga muncul. Wajah semua orang tampak bersemangat, tapi tidak sedikit yang sinis dan mencemooh. Mereka semuanya beranggapan bahwa sayap Rudy sudah keras, tidak patuh dan tidak mau mendengar kata-kata dari siapapun juga. Dengan preseden ini, apakah kelak mereka bisa juga bisa pergi sesuka hati, dan tetap tinggal jika mereka mau.

Kewibawaan Tuan Sutedja sedang diuji, dia otomatis akan melampiaskan amarahnya terhadap Ardian.

Raymond terlihat sangat menikmati dan senang. Namun, ketika dia sedang senang, Sekretaris mengetuk pintu dan masuk, dengan hormat berkata, "presiden direktur, Tuan Sutedja ada di sini."

Setelah Rudy mendengar itu, mendongak dan melihat ke pintu, wajahnya terlihat acuh tak acuh, sepertinya kedatangan Tuan Sutedja sudah bisa diduga sebelumnya.

Raymond jarang berkomunikasi dengan Tuan Sutedja, jadi dia sudah menyelinap pergi sebelum orang tua itu memasuki pintu.

Kemudian, Sekretaris mempersilahkan Arima Sutedja masuk.

Arima Sutedja hampir berusia 70 tahun, tetapi dia masih memiliki tubuh dan tulang yang kuat. Dia juga sangat memperhatikan perawatan dan kerutan di wajahnya juga tidak begitu kelihatan. Dalam keluarga Sutedja, Arima bertindak sebagai pembuat keputusan, wajahnya memberikan kesan tegas dan dingin, perawakannya sangat santai tapi sangat berwibawa.

Dia duduk di sofa kulit di ruang tunggu tanpa banyak ekspresi di wajahnya.

Ekspresi Rudy juga sangat santai, Dia meminta Sekretarisnya untuk membuat teh.

"Tidak usah, kalian anak muda terbiasa minum kopi. Kamu juga tidak punya teh yang enak di sini." Kata Arima Sutedja.

Sekretaris terdiam di pintu, dua perintah yang berbeda dari atasannya, membuatnya bingung.

Rudy juga tidak mau mempersulitnya lagi, Dia melambaikan tangannya, memberi isyarat pada sekretarisnya untuk keluar.

Pintu kayu tebal di kantor presiden direktur dibuka lalu ditutup kembali, suasana kembali hening.

Mata Arima Sutedja yang cerdas dan tajam melihat sekeliling, dia harus mengakui bahwa setelah Rudy mengambil alih perusahaan, hanya dalam dua tahun, Group Sutedja telah melangkah maju ke tingkat yang baru.

"Apa aktifitas kamu baru-baru ini?" Mata Arima akhirnya jatuh pada Rudy.

"Urusan kantor." Rudy menjawab dengan suara pelan, tubuhnya yang tinggi masih bersandar di kursi bos, posturnya terlihat malas-malasan, dan dia tidak berubah sedikitpun posisi dan sikapnya karena kedatangan Arima.

Ketidaksopanan seperti itu membuat Arima mengerutkan kening. "Terlalu sibuk untuk pulang?"

"Anda dulu juga begitu." Tatapan mata Rudy mulai fokus, nada bicaranya nasih sangat santai, tetapi tajam.

Dulu, Arima menjadikan kesibukannya dengan bisnis sebagai alasan, bisa dibilang separuh waktu dalam setahun tidak berada di rumah. Awalnya, Nyonya Sutedja masih pengertian karena mempertimbangkan kerja kerasnya. Kemudian, dia menemukan bahwa Arima memiliki seorang wanita lain dan melahirkan seorang putra di luar. Dia menghabiskan separuh waktunya bersama wanita simpanan dan putranya.

Wajah Arima sedikit kaku, dengan nada marah. "Kamu belum pantas untuk berbicara tentang masalah pribadi orang tua."

Bibir Rudy sedikit bergerak naik, dan senyum sindiran dan sinis muncul di bibirnya. Tapi dia tidak ingin berdebat dengan Arima.

Arima terbiasa minum teh untuk menekan amarahnya, Dia otomatis mengulurkan tangannya untuk meraih cangkir teh, dan baru sadar bahwa dia tadi tidak membiarkan sekretaris membuat teh. Hasilnya, wajahnya menjadi lebih tidak sedap dipandang.

Dia mencoba menekan amarahnya, dengan suara tenang Arima berkata "Tujuan aku kesini kali ini adalah untuk berbicara denganmu perihal perusahaan."

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu