Suami Misterius - Bab 728 Terlalu Pilih Kasih

Saat keluarga Chen mengalami kebangkrutan, dalam sekejap ia kehilangan segalanya.

Markal saat itu menjadi sangat linglung dan tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa.

Dia ingin putus memang karena tidak ingin mempersulit wanita yang dicintainya, tidak ingin membuatnya menderita seperti hidup di neraka.

Namun di dalam hatinya juga pernah berharap dia bisa menolak permintaannya.

Berharap Su Loran tetap mencintainya dengan dalam dan bersedia menemaninya melewati masa-masa sulit itu.

Walaupun Su Loran menangis dengan sangat sedih, namun akhirnya dia tetap menerima permintaan Markal untuk putus dengannya dan perlahan-lahan ia pun semakin menjauhi Markal.

Perlakuan dari Su Loran tersebut membuat hatinya menjadi dingin, akan tetapi setelah menerima cek yang dikirim oleh Clara, saat itu ia baru merasakan kehangatan yang tidak biasa.

Walaupun jumlah uang yang tertulis di cek tidaklah banyak dan tidak dapat menyelamatkan keluarga Chen saat itu, namun kehangatan inilah yang membuatnya bertahan melewati hari-hari yang sulit itu.

Markal hanya diam tidak berkata apa-apa.

Dengan tidak berdaya ibu Chen menghela napas lagi dan dengan berat berkata: “Markal, umurmu sudah tidaklah muda, sudah seharusnya berumah tangga. Loran adalah cinta pertamamu, kalian pernah saling mencintai juga pernah begitu dekat. Yang paling pentingnya dia adalah anak angkat keluarga Sunarya, anak tiri keluarga Sun, di masyarakat tingkat atas dia memiliki nama dan hubungan yang baik dengan orang-orang. Apabila kamu menikahinya, akan membantu karir masa depanmu.”

Walaupun keluarga Chen sudah mengalami kebangkrutan, namun ibu Chen sudah menjadi nyonya kaya selama tiga puluhan tahun, jadi dia pasti memiliki perhitungannya sendiri.

“Ma, tidak perlu mencemaskan urusanku. Yang terpenting sekarang adalah menjaga kesehatan tubuhmu.”

Markal menutup berkas yang sedang dilihatnya, ia berjalan kesamping ibunya dan meletakkan kedua tangan di atas bahu ibunya.

“ kak Liu bilang beberapa hari ini jantungmu kurang sehat, aku sudah membuat janji untuk melakukan pemeriksaan kesehatan besok, dan meminta kak Liu untuk menemanimu melakukan pemeriksaan.”

“Ya, baiklah.”

ibu Chen menganggukkan kepala sambil menghela napas.

Beberapa tahun ini, karena tubuhnya yang tidak sehat, tempat yang paling sering ia kunjungi adalah rumah sakit. Markal adalah anak yang sangat baik, selain sibuk akan pekerjaannya juga harus merawat dia, anak seperti ini benar-benar membuatnya sangat menyayanginya.

…..waktu berlalu dengan sangat cepat, pembuatan film baru Clara yang berjudul ( Surat Penuh Warna ) sudah selesai dan naskahnya juga sudah selesai dengan lancar.

Pada hari selesainya pemotretan, Sutradara Wu menyelenggarakan sebuah pesta kecil juga mengundang beberapa media masa dan wartawan, hitung-hitung sebagai pra-promosi untuk film tersebut.

Clara sebagai tokoh utama wanita sudah pasti harus hadir dan harus hadir dengan penampilan yang cantik.

Hari itu Clara memakai gaun cheongsam berwarna merah yang sudah dimodifikasi dihiasi dengan bunga peony hasil sulaman tangan, terlihat cantik dan mewah.

Apalagi saat dipakai di badan Clara yang sempurna menjadi begitu indah menawan.

Terdapat pancaran kecantikan dari seorang gadis, juga terdapat gaya seorang wanita dewasa.

Karena akan diwawancarai, maka Clara sengaja merias dirinya dengan riasan yang sangat elok, tidak cukup dengan kata cantik saja, namun ia menjadi sangat cantik.

Saat ia berdiri di hadapan Rudy dengan penampilannya yang cantik itu dan bertanya kepadanya apakah cantik, Rudy malah mengerutkan keningnya.

“Kenapa? Apakah ada masalah?”

Clara bertanya dengan tidak mengerti.

“Tidak ada, lumayan bagus.”

Rudy tertawa dan wajahnya penuh dengan kehangatan. Ia mengulurkan tangan memeluknya.

Kepalanya menempel pada rambut Clara, dan dapat mencium aroma lembut dari rambutnya.

“Sangat cantik, ingin sekali menyembunyikanmu.”

“Menyembunyikan istri dalam rumah mewah?”

Clara memeluk lehernya dan tersenyum dengan wajah manja.

“Ingin menyembunyikanmu sepertinya harus membuat sebuah rumah emas dulu ya.”

Senyuman Rudy tampak menghilang, tangannya merangkul pinggang ramping Clara.

“Apakah tuan muda Sunarya berani?”

Clara berkata dengan sambil mengangkat alisnya dan nada sedikit memprovokasi.

Rudy merasa sulit untuk menjawabnya, dengan wajah datar menggelengkan kepala.

Apabila dia masih adalah Rudy di kota A, jangankan sebuah rumah emas, sebuah istana yang terbuat dari emas pun tidak ada yang mustahil baginya.

Tetapi setelah memasuki ibukota, ia seperti terikat, banyak yang harus dipertimbangkan dalam melakukan sesuatu.

Jangankan membuat sebuah rumah emas, apabila dia berani melapisi ranjang rumah dengan emas saja, komisi inspeksi displin pasti akan mencarinya.

Clara sering merasa emosi akan hal ini, mereka mendapatkan uang dengan cara yang legal namun tidak berani untuk menggunakannya, kehidupan mereka menjadi sangat terikat, kenapa harus begitu.

Dia mengikuti Rudy pindah ke ibukota dan kembali ke rumah, namun Rudy menjadi semakin sibuk, capek, hidup dalam kewaspadaan, dan waktu untuk mereka bersama pun menjadi semakin sedikit.

Dia benar-benar tidak tahu untuk apa semua ini.

Rudy mengatakan kalau semua ini adalah ‘tanggung jawab’, tanggung jawab sebagai generasi penerus keluarga Sunarya juga tanggung jawab sebagai tentara yang melindungi negara.

Clara tidak menyangkal, dia hanya merasa kata ‘tanggung jawab’ ini membawa tekanan kepadanya hingga sulit untuk bernapas.

Jikalau bisa dia sangat berharap bahwa Rudy hanyalah Rudy yang biasa, adalah seorang pengangguran yang ia rawat.

Bukanlah Tuan Keempat Sutedja, juga bukan tuan muda Sunarya.

Saat mereka berdua sedang berbicara, terdengar suara Bibi Liu sedang mengetuk pintu dari luar kamar.

“Tuan muda, supir sudah menunggu di bawah.”

Supir mengendarai mobil jip berwarna hijau tentara dan sudah menunggu di bawah, dan pengawal juga sudah mendesaknya beberapa kali.

“Aku sudah tahu.”

Rudy menjawab dengan suara sedikit acuh tak acuh dan terdengar sedikit tidak berdaya.

Ia subuh dini hari baru sampai di rumah, dan jam 10 pagi masih ada sebuah rapat penting sehingga harus segera kembali kesana.

“Bukankah kamu ingin pergi ke tempat pemotretan, aku sejalan jadi sekalian mengantarmu kesana.”

Rudy berkata sambil menggandeng tangannya.

“Aku kembali ke tempat pemotretan, kamu kembali ke markas, satu di selatan satu di utara, sama sekali tidak sejalan.”

Clara mengangkat kepalanya dan berkata dengan tersenyum.

“Aku ingin mengantarmu.”

Tangan Rudy merangkul pinggang Clara, dan alisnya masih tampak mengkerut.

“Kamu mengantarku dengan mobil tentara akan sangat mencolok. Bagaimana aku masih bisa berbaur dengan orang-orang, siapa yang berani bermain denganku lagi.”

Clara bergumam seperti seorang anak kecil.

Rudy masih tidak melepaskan tangannya, matanya yang hitam memancarkan rasa enggan berpisah dengannya.

“Mobilku tidak akan memasuki tempat pemotretan, kamu tenang saja.”

Dia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Clara, walaupun semenit bahkan sedetik juga tidak masalah.

Rudy dan Clara bergandengan tangan menuruni tangan, yang satu memakai pakaian tentara berwarna hijau, gagah dan kokoh seperti pohon pinus, sedangkan yang satunya lagi memakai gaun cheongsam yang mewah, terlihat cantik tanpa batas.

Sebenarnya bukan sesuatu yang cocok, akan tetapi saat mereka berdua berdiri bersama terlihat begitu cocok dan harmonis.

Clara menaiki mobil Rudy, di kursi bagian depan ada supir dan pengawal.

Di depan mereka terdapat mobil yang bertugas untuk membuka jalan, sedangkan di belakang juga terdapat dua buah mobil yang bertugas untuk menjaga keamanan perjalanan, terlihat sungguh mewah.

Clara jarang menanyakan kepadanya tentang urusan pekerjaan karena dia juga tidak mengerti akan hal itu.

Dia hanya tahu, ajudannya saja ada empat orang, masing-masing memiliki tugasnya masing-masing.

Rudy selalu sibuk, akan tetapi Clara tidak tahu apa yang disibukkannya.

Masalah yang berhubungan dengan militer, benar-benar diluar jangkauannya.

Dan pria yang berada disampingnya ini, sepertinya memiliki satu sisi yang tidak dapat ia sentuh selamanya.

Saat Rudy memasuki mobil, punggungnya terlihat tegap, ia terlihat bangga dan tampak agung.

Tuhan benar-benar sudah terlalu pilih kasih terhadap pria ini.

Setiap kali ia memakai baju militernya, tanpa sadar Clara juga menunjukkan rasa hormat terhadapnya, sehingga membuat dia juga duduk dengan tegap, dan memperlihatkan tampang yang sesuai.

“Rudy, akhir bulan….” Sebelum ia selesai berkata, Rudy sudah mendekapnya dalam pelukannya.

Sehingga membuat wajah Clara menjadi merah karena bertabrakan dengan dadanya yang hangat.

“Saat berbicara harus lebih mendekat, dengan begitu baru menunjukkan rasa saling menghormati.”

Rudy menatapnya dengan lembut dan dalam, tangannya memeluk pinggang Clara.

Seolah-olah terdapat pecahan cahaya bintang yang menyilaukan di dalam mata pria tersebut.

Wajah Clara menjadi semakin merah dan dengan tampang lugu memandanginya.

“Ada apa dengan akhir bulan?”

Rudy bertanya dengan tersenyum hangat.

“Ha? Itu..itu” Clara berbicara namun kepalanya terasa kosong.

Hanya pemikiran ini yang berada di kepalanya : pesona lelaki membuat orang menjadi bingung.

Rudy menaikkan sudut bibirnya, memperlihatkan senyuman yang tipis.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu