Suami Misterius - Bab 673 Mempercayai Apapun Yang Dia Katakan

“Hyesang, kalau kamu bersikeras ingin membahas topik ini, maka tidak ada yang bisa kita bicarakan lagi.

Sebagai seorang ibu, aku tidak akan membuang anakku, mereka adalah dua nyawa yang hidup.”

Tangan Ahyon memegang bagian perutnya, penuh kasih sayang dan hati-hati.

Pada saat ini, tidak ada apapun yang lebih penting dari anak-anak dalam perutnya.

Keluarga nenek Ahyon selalu memiliki keturunan melahirkan anak kembar.

Neneknya melahirkan enam anak, dua pasang diantaranya adalah kembar.

Bibinya melahirkan sepasang anak perempuan, dan Saras juga melahirkan dia dan Ramzez.

Ahyon sangat senang ketika tahu ada dua bocah kecil di dalam perutnya, tapi ayah mereka selalu berpikir ingin membuang mereka.

Mungkin karena emosinya tidak stabil, wajah Ahyon menjadi pucat, wajahnya terlihat sangat buruk.

Hyesang menjadi panik, dan memeluknya berkata, “Baiklah, kamu tidak ingin mendengar, aku tidak akan mengatakannya lagi.

Ahyon, aku hanya khawatir padamu.”

Ahyon diam-diam bersandar dalam pelukannya, wajahnya perlahan-lahan membaik.

“Hyesang, kamu jangan begitu gugup.

Lena hanya bilang ada bahaya, dia tidak bilang pasti akan terjadi sesuatu.

Meskipun benar terjadi sesuatu, dia juga akan mengutamakanmu.”

Hyesang mengangguk, ekspresi di wajahnya terlihat keberatan.

“Ahyon, berjanjilah padaku, kamu harus baik-baik.

Tidak apa-apa kalau tidak punya anak, tapi aku tidak bisa hidup tanpamu.”

Ahyon mengangkat sudut bibirnya, tersenyum lembut.

Ahyon memegang tangannya, dan meletakkan di perutnya yang datar.

“Hyesang, bisakah kamu merasakan mereka?

Mereka berada di perutku, sedang tumbuh besar setiap harinya.

Kita akan segera menjadi ayah dan ibu.”

Tangan Hyesang yang menekan di perut Ahyon agak kaku, dan bahkan sedikit bingung.

Kontradiksi yang tidak pernah terjadi dalam hidupnya, dia tidak tahu bagaimana menghadapi dua janin yang baru saja terbentuk.

Hyesang ingin berterima kasih kepada Tuhan telah membawa mereka ke sisinya, karena kedatangan mereka akan membuat hidupnya bersama Ahyon menjadi lebih sempurna

Tapi terkadang, dia berharap mereka akan segera menghilang, karena keberadaan mereka dapat membahayakan hidup Ahyon.

Akhir-akhir ini, Hyesang selalu berada dalam penderitaan seperti ini.

....... Pada saat yang sama, Clara dan Lena berpisah di depan villa keluarga Sutedja.

Mobil Clara melaju di jalan datar, dan menuju ke rumah Luna.

Baru-baru ini Luna menerima sebuah naskah, bukan produksi besar dan bukan juga sutradara besar, tapi tema naskahnya sangat bagus, dan film ini masih dalam tahap persiapan, setidaknya akan di mulai setengah tahun kemudian, sampai saat itu skandal seharusnya sudah berlalu, kebetulan bisa mulai kerja.

Satu-satunya hal yang tidak diinginkan adalah temperamen sutradara agak aneh, peran utama wanita belum tentu akan menjadi miliknya.

Di tengah perjalanan, ponsel Clara tiba-tiba berdering.

Dia memegang setir di satu tangan dan tangan satunya lagi menjawab telepon, itu adalah sebuah nomor asing.

"Halo, siapa ini?"

"Clara Santoso."

Terdengar suara Rahma di dalam telepon, "Aku ingin mengobrol denganmu."

Alis Clara berkerut, hasil dari tes paternitas sudah keluar, anak Rahma sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Rudy, Clara tidak mengerti mengapa Rahma masih punya alasan untuk terus menjerat.

"Aku merasa tidak......" Sebelum Clara mengatakan kata-kata menolak, Rahma langsung menghentikannya.

"Aku akan mengirim alamat ke ponselmu, kalau kamu tidak datang, aku tidak keberatan pergi ke rumahmu."

Selesai berkata, Rahma langsung menutup telepon.

Mendengar nada beep di ponsel, Clara sangat marah dan ingin berteriak marah.

Mengapa Rahma Mirah ini selalu ada di mana-mana.

Clara meletakkan ponselnya di kursi sebelah, kemudian memutar arah, mobil melaju ke jalur lain.

Menurut alamat yang dikirim Rahma, akhirnya mobil berhenti di depan sebuah kafe.

Lokasi kafe ini agak jauh, dan sepi.

Clara menghentikan mobil di depan kafe, mengenakan kacamata dan topi, kemudian turun dari mobil dan memasuki kafe.

Rahma telah memesan ruang pribadi, tapi orangnya belum sampai.

Clara memasuki ruang pribadi, dan duduk di tempat yang dekat dengan jendela, memesan segelas capuccino.

Setelah pelayan pergi, dia baru melepaskan kacamata dan topi .

Kemudian Rahma datang.

Wajah Rahma terlihat lelah, matanya terlihat merah.

Dia duduk di hadapan Clara, tidak memesan kopi, hanya menuangkan setengah gelas air hangat.

“Clara, kita terus terang saja.

Bagaimana kamu baru bisa membiarkan Rudy menerima Bobo?”

Clara mengerutkan kening, menatapnya dengan bingung.

“Aku tidak ngerti maksudmu.”

“Clara, kamu masih pura-pura bingung! Bobo adalah anak kandung Rudy, bagaimana kamu bisa menghentikan Rudy mengenali putranya sendiri.

Clara, kamu juga sebagai ibu, jangan terlalu banyak melakukan hal buruk!”

“Putramu tidak ada hubungan apapun dengan Rudy, hasil pengujian DNA sudah keluar.

Emangnya hasil yang kita lihat berbeda?”

“Itu adalah hasil pengujian DNA yang palsu, putraku adalah anak kandung Rudy.”

Rahma tak terkendali mengeraskan suaranya.

Clara melihatnya, dan merasa sangat konyol.

“Rudy bilang, dia tidak pernah menyentuhmu, anakmu tidak mungkin punya dia.”

Setelah mendengar, Rahma tertegun, kemudian berkata dengan penuh ironis, “Bagaimana mungkin dia akan mengatakan hal seperti ini padamu?”

“Kami adalah suami istri, tidak ada hal yang tidak bisa dibicarakan.”

Clara menjawab.

“Kamu percaya dengan kata-katanya?

Clara, kamu terlalu polos.”

Rahma menertawakannya.

Tapi Clara malah berwajah serius, dan menjawab dengan sangat tegas, “Aku akan mempercayai apapun yang dia katakan.”

Rahma menatap wajah Clara yang indah, begitu serius dan tegas, dia tiba-tiba tidak dapat mengatakan apapun.

Clara begitu percaya pada Rudy, selain membuatnya kesal, juga membuatnya iri.

Setelah tertegun sejenak, Rahma tersenyum dingin, memaksa dirinya tetap tenang dan berkata: “Kamu boleh terus membohongi dirimu sendiri.”

Clara tidak menjawab, wajahnya berekspresi acuh tak acuh.

Wajah Rahma berubah lagi, tangannya mengepal erat lalu melepaskan.

"Clara, sikapmu begitu sombong, hanya untuk menyembunyikan keserakahanmu.

Putramu, terlahir dengan sendok emas di mulut, menjalani hidup yang mewah, dan akan mewarisi bisnis keluarga Sutedja di masa depan dan terus berada di posisi tinggi.

Sedangkan Bobo, mulai sejak lahir dia tidak pernah hidup senang sehari pun, aku tidak mampu membelikan mainan yang dia sukai, pakaian yang dia pakai juga murahan, dia ingin berkemah di luar negeri pada musim panas, aku juga harus mempertimbangkan apakah uang di tanganku cukup untuk membiayainya.

Terakhir kali, kami bertemu di toko kue.

Bobo begitu suka pada kue itu, tapi aku tidak mampu membelinya, dia hanya bisa melihatnya.

Tapi anakmu malah menjatuhinya ke lantai.

Mengapa?

Bobo juga merupakan putranya Rudy, tapi mengapa dia tidak bisa menikmati kehidupan yang layak?"

“Kamu ingin Rudy mengenali Bobo, apakah hanya karena ingin Bobo mendapatkan apapun yang dia ingin tanpa perlu bekerja keras dan menikmati kehidupan yang mewah?”

Clara bertanya dengan tenang.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu