Suami Misterius - Bab 69 Pria Menggoda

---ada revisi nama 18/4/2020 dari bab 1---

Melihat Clara berjalan masuk, Raymond menunjuk ke kue di atas meja dengan senyuman, "Kue angsa hitam, kesukaan kalian para gadis. Aku mendapatkan kue ini dengan mengetuk pintu toko kue pada tengah malam ini, bagaimana, mereka terharu kan? Oh iya, masih ada ini juga, seharusnya kalian membuntuhkannya"

Raymong mengeluarkan dua kotak dan melemparnya ke atas meja, sekotak kondom bersama sekotak pil obat.

Wajah Clara langsung memerah, dia melirik ke Rudy dengan marah dan malu sambil bepikir: Rudy benar-benar adalah seorang pengangguran, semua teman-teman yang dia bergaul juga bukan merupakan orang bijaksana.

Sementara reaksi Rudy sangat tenang, dia melirik ke Raymond dan berkata: "Masih tidak mau pulang? Bermaksud mau makan di sini ya?"

Raymond berdiri dari sofa dengan sadar diri, "Pulang, tentu saja pulang. Saya mana berani menganggu masa menyenangkan kalian"

Clara mengatar Raymond sampai pintu gerbang sebelum menutup pintu dengan kuat untuk menunjukkan ketidak puasannya.

Setelah Clara kembali ke ruang tamu, kondom dan pil yang tadinya masih terletak di atas meja sudah dibuang ke dalam tong sampah.

Hal itu berhasil membuat hati Clara merasa agak lega.

Tidak tahu karena efek cahaya lampu atau apa, dari sudut pandang Clara, Rudy terlihat berada di antara cahaya gelap dan terang, alat indranya terlihat sangat tajam, ototnya yang tersembunyi di dalam kaosnya juga terlihat sangat gagah dan kuat.

Satu tangan Rudy memegang sebatang rokok, satu tangannya lagi sedang membuka kotak kue dengan tatapan yang fokus. Karena kancing atas kaos Rudy tidak terkancing, otot dada Rudy pun terlihat dari luar dan bergerak sesuai dengan pernapasannya.

Clara yang tidak bisa menahan diri menelan air lirnya sebelum berkata di dalam hati : pria menggoda, pria yang terlalu menggoda.

Rudy mematikan lampu kristal yang tergantung di atap dengan remote, setelah itu suasana di dalam rumah langsung menjadi gelap, satu-satu sumber cahaya hanya berasal dari lilin yang berada di atas kue.

"Mau berdoa?" Rudy bertanya sambil menoleh ke Clara, hanya butuh satu tatapan lagi saja untuk membuat Clara jatuh ke dalam emosinya.

Clara menggelengkan kepalanya.

Sejak ulang tahun ke-10nya, Clara hanya berdoa untu satu hal setiap tahun : Dia berharap orang tuanya bisa menikah kembali dan berharap Rina dan anak gadisnya bisa menghildang dari dunia Clara.

Tentu saja, harapan Clara tidak pernah menjadi nyata, setelah kecewa berkali-kali, Clara akhirnya mengerti bahwa hal seperti berdoa itu hanya digunakan untuk membohong anak-anak.

Setelah meniup lilin, Clara langsung memotong kue dan memberikannya kepada Rudy duluan.

"Aku tidak menyukai makanan manis" Rudy berkata.

"Kamu benar-benar sangat ribet" Clara mengomel sebelum mengambil garpu dan mulai mencicipi kue.

Kue angsa hitam adalah kue bermerek kelas tinggi, tentu saja rasanya juga sangat enak, manis tetapi tidak membuat eneg, keunya terasa langsung meleleh setelah masuk ke dalam mulut.

Setelah makan sekeping kue, Clara merasa tidak cukup, sehingga dia menjilat bibirnya sambil berkata, "Kuenya sangat manis, tetapi tidak eneg, kamu benar-benar tidak mau makan-----"

Sebelum Clara sempat selesai berkata, bibirnya sudah ditutupi oleh bibir Rudy.

Rudy menahan bahu Clara dengan lengannya yang kuat dan menarik Clara ke dalam pelukannya. Lidah Rudy terus bergerak ke dalam mulut Clara dan membawa semua kemanisan yang berada di dalam mulutnya.

"Rudy!"

Clara sibuk membantahnya dengan panik, tetapi Rudy malah bereaksi dengan ciuman yang semakin kuat dan kasar, tanpa sadar, tangan Rudy sudah bergerak ke baju Clara dan melepaskan kacning bajunya.

Ciuman Rudy tidak hanya dibatasi oleh antara bibir, tetapi bergerak terus ke tulang selangkanya yang cantik, akhirnya berhenti di dada Clara.

Clara hanya bisa merasa seluruh tubuhnya seperti dinyala api, terasa sangat panas, seolah-olah sedang dipanggang di atas api, perasaan tersebut membuat Clara terasa sangat kesusahan.

Clara bergerak dengan panik, yang dia inginkan pada saat ini hanya mengakhiri perasaan ini dengan cepat.

Sementara Rudy jelas tidak berpikir yang sama seperti Clara, yang dia inginkan adalah membuat api ini membakar semakin kuat.

Pada saat nafsu Rudy sedang membakar dengan api yang kuat, sebuah suara tangisan yang terang tiba-tiba berdering dari lantai atas dan suara tersebut berhasil langsung memadamkan api nafsu Rudy dan Clara.

Setelah itu, lampu di lantai atas pun menyala, Sus Rani sibuk membuat susu sambil menghibur Wilson yang sedang menangis.

Clara akhirnya pun berhasil mendorong Rudy dan meloncat dari sofa dengan panik.

"Mau kemana?" Rudy menatap ke Clara dengan alis mengerut yang lembut.

"Wilson sedang menangis, aku coba pergi melihatnya" Clara berkata dengan cemas, nada suaranya bahkan terdengar sedikit sesak.

"Mau pergi dengan penampilan begini?" Rudy mengangkat sudur bibirnya dengan aura yang mempesona, tatapannya menatap ke dada Clara dengan hangat.

Clara langsung mengancing bajunya dengan panik, wajahnya langsung memerah dan memanas lagi.

Pada saat Clara baru saja selesai merapikan bajunya, Rudy menarik dia kembali ke sofa lagi sebelum dia sempat berjalan.

"Kamu mau berbuat apa? Aku mau pergi menghibur Wilson" Clara meliriknya dengan wajah tidak puas.

Rudy mengangkat sudut bibirnya dengan ringan dan lembut, "Bagaimana kamu mau menghibur Wilson? Kamu bisa membuat susu Wilson? Kamu saja tidak tahu susu yang dia minum harus dibuat dengan berapa ml air dan berapa sendok bubuk susu"

Pertanyaan Rudy membuat Clara meliriknya dengan tidak senang.

Clara sadar bahwa dirinya tidak menjalani kewajiban sebagai seorang ibu, tetapi hal ini tidak semuanya merupakan salah Clara, akar penyebab masalah ini adalah pria di hadapan CLara sekarang.

"Aku memang tidak tahu seberapa banyak susu yang diminum William, tetapi susu yang dia minum dibeli dengan uang aku. Aku yang bekerja keras sana sini untuk menghidupi kalian berdua"

"Iya, kamu telah bekerja keras" Rudy berkata dengan senyuman, meskipun tangannya memegang sebatang rokok, da tidak menghisapnnya, yang dia lakukan hanya menggerakan rokoknya dari waktu ke waktu.

"Hari ini aku agak sibuk, belum sempat menyiapkan kado ulang tahun untuk kamu, nanti baru aku memberikan kado susulan" Rudy berkata.

"Lupakan tentang kado. Hanya sebuah ulang tahun, tidak ada yang luar biasa" Meskipun mulut Clara berkata begitu, tetapi pemikiran sebenarnya adalah: 'Rudy adalah seorang pengangguran, kado apa pun yang dia beli tetap dia akan menggunaka uang Clara"

"Ulang tahun ke-20 merupakan hari yang sangat penting untuk anak gadis" Rudy mematikan rokok sebelum melemparnya ke dalam asbak kristal.

"Ada perbedaan apa? 19 tahun, 20 tahun, dari tahun ke tahun menjadi lebih tua" Clara berkata.

"Kamu baru berusia berapa tahun sudah berkata 'tua'" Rudy tertawa dan mengelus bibir Clara, krim kue yang tertinggal di sudut bibir Clara pun berhasil menggeser ke jari Rudy.

"Kuenya sangat manis" Rudy menatap ke Clara dengan senyuman yang misterius.

Teringat dengan ciuman dalam tadi, wajah Clara langsung memerah lagi, bahkan telinga Clara ikut menjadi panas.

Rudy menatap ke Clara dengan fokus dan lembut, "Hukum peraturan negara menetapkan warga gadis sudah boleh menikah setelah melewati usia 20 tahun, menurutmu apakah ulang tahun ke-20 itu penting?"

Clara tidak begitu mengerti maksud kata-kata Rudy, sehingga dia memutuskan untuk berpura-pura bodoh, "Aku tidak mengerti apa yang sedang kamu katakan, aku sudah ngantuk, aku mau pergi tidur"

"Baik" Rudy mengangguk.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu