Suami Misterius - Bab 496 Tidak Mati Tidak Akan Berhenti

“Hyesang, kamu lepaskanlah semua ini.” Ahyon mengepalkan tinjunya, tubuhnya sedang gemetar tanpa bisa dikendalikan. Dia memaksakan diri untuk tidak mendekat padanya, dia terus memberitahu diri sendiri, tidak boleh begitu egois.

Sedangkan mata Hyesang sudah memerah, sorot mata sangat berat menatapnya, sama seperti seekor binatang buas yang bisa menggila kapan saja. Kedua tangannya erat-erat memegang bahu Ahyon, sedikit hilang kendali berteriak: “Aku juga ingin melepaskan semua ini, tapi aku tidak bisa melakukannya! Aku pernah mencobanya, aku benar-benar tidak bisa melakukannya.”

Setelah Ahyon pergi untuk pertama kalinya, Hyesang bukannya tidak pernah mencoba untuk melupakannya, tapi hasilnya apa? Hasilnya adalah dia terus mencari bayangannya dari wanita yang berbeda-beda!

“Ahyon, diantara kita adalah ikatan mati, kamu mati, atau aku yang mati, jika tidak, seumur hidup kita hanya akan terus terjerat seperti ini.”

Ahyon mendongak, menatap matanya yang sudah memerah, terdiam lama sekali.

Kata-kata yang sama, dulu Hyesang juga pernah berkata seperti ini padanya. Pada saat itu dia sangat impulsif langsung berkata padanya: kalau begitu kamu pergi mati saja.

Kemudian, dia benar-benar berani melompat dari gedung belasan lantai.

Hyesang pria ini, sejak kecil sampai dewasa sudah terlalu dimanja, tidak ada yang tidak berani dia lakukan.

Ahyon menggigir erat bibirnya, air mata terus berputar-putar di dalam rongga mata.

Terjadi keheningan panjang diantara mereka, pada akhirnya, lengan Hyesang perlahan-lahan turun dari bahunya.

Ahyon menatapnya dalam-dalam, tapi tetap tidak mengatakan apapun, diam-diam berbalik dan pergi.

Ahyon menyusuri jalanan yang kosong dan dingin, selangkah demi selangkah begitu sulit melangkahkan kaki ke depan, cahaya lampu jalanan yang dingin menyinari kepalanya, dan di belakangnya muncul bayangan yang ditarik hingga sangat panjang.

Jelas-jelas apartemen yang dia tinggali hanya dibatasi dua jalanan, tapi dia malah merasa jalanan ini sungguh panjang tak berujung, sepertinya tidak peduli jalan sejauh apa juga tidak bisa berakhir.

Ketika Ahyon melewati belokkan jalan, tiba-tiba ada suara sebuah sepeda motor yang melaju ke sini, ketika lewat di sampingnya mendadak berhenti, dua pria yang terlihat berperilaku buruk menatap Ahyon.

“Wah, wanita yang begitu cantik, sungguh jarang ditemui.”

“Hai, wanita cantik, sendirian saja, kesepian sekali, apa perlu kami berdua menemanimu.” Kedua pria itu turun dari sepeda motor, menghadang jalan Ahyon.

Ahyon panik dan mundur, karena gugup raut wajah jadi pucat.

Paras wajah Ahyon, sejak dari kecil sering menyebabkan masalah. Jika menggunakan kata yang dilontarkan Ramzez, kerika dia keluar di tengah malam juga akan meningkatkan tindak kejahatan.

Jadi, Ahyon selalu jadi anak yang patuh, tidak pernah seorang diri bepergian di malam hari.

Hari ini dia sungguh kebanyakan minum, sehingga dia baru berjalan sendirian di malam hari.

Ahyon sambil mundur ke belakang, sambil mengulurkan tangan mengambil ponsel, dan yang lebih parah lagi, ponselnya tidak dibawa, melainkan tertinggal di bar.

Telapak tangan Ahyon berkeringat dingin karena gugup, melihat dua pria yang memiliki niat tidak baik, tanpa mempedulikan apapun dia langsung berlari ke belakang. Baru saja lari beberapa langkah, langsung jatuh ke dada hangat yang kekar.

“Ah!” Ahyon menjerit, baru mau berontak, suara yang familiar langsung terdengar dari atas kepala.

“Tengah malam begini, untuk apa kamu menjerit.” Hyesang merangkul pinggangnya, nada santai sekali.

Hati Ahyon yang ketakutan akhirnya lebih lega, suara gemetaran mengatakan, “Ada orang yang menggangguku.”

Hyesang mendongak, melihat dua pria yang mengejar ke sini, sedikit mengerutkan alis tajam. Malam ini dia baru saja mendapatkan banyak kekesalan dari Ahyon, sedang penuh dengan api amarah dan tidak ada tempat untuk melampiaskannya, ternyata ada orang yang datang untuk dijadikan tempat pelampiasan baginya.

Sedangkan kedua pria itu tidak tahu kehebatannya dan bertindak sembrono, wajah sangat tidak sopan menatap Ahyon, mengatakan: “Bro, kami yang duluan menemukan wanita ini, hal apapun juga harus sesuai urutan bukan, tunggu kami berdua selesai senang-senang, baru membiarkanmu ikut menikmati.”

Kata-kata dua pria itu sungguh tidak enak didengar, wajah Ahyon memerah sekali, secara tidak sadar bersembunyi di belakang badan Hyesang.

Wajah tampan Hyesang suram sekali, mengangkat pergelangan tangan, setelah menggerakkan otot dan tulangnya sejenak, lalu mengangkat kaki, langsung menendang perut salah satu pria itu.

Pria itu terjatuh di bawah, memegangi perut lama sekali tidak bisa berdiri.

Pria satu lagi bergegas ke sana memapah dia. Hyesang terlihat begitu lembut dan halus, tapi tidak menyangka keterampilan bertarung bagus sekali. Dua pria itu termasuk tahu situasi, melihat Hyesang bukan orang yang mudah diganggu, langsung melarikan diri dengan mengendarai sepeda motornya.

“Sampah masyarakat.” Hyesang mengerutkan kening berkata, kemudian, melihat ke arah Ahyon.

Wajah mungil Ahyon sedikit pucat, tangan masih memegang erat ujung baju Hyesang.

“Ayo jalan, aku antar kamu pulang.” Dia sangat alami memegang tangannya.

Jelas sekali di wajah Ahyon terdapat keraguan, gigi menggigit bibir dan tidak bicara.

Hyesang mencibir sendiri dan mengatakan, “Tidak takut bertemu bahaya lagi?”

“Kamu juga cukup bahaya.” Ahyon menundukkan kepala, berkata dengan suara rendah.

“Bahaya macam apa, eng?” Telapak tangan Hyesang mengangkat dagunya, sudut bibir muncul senyuman genit.

Ahyon mengatupkan bibir, memiringkan kepala dan menyingkirkan tangannya, menyusuri jalanan, terdiam dan terus jalan maju ke depan.

Hyesang mengikutinya selangkah demi selangkah, setelah berjalan melalui dua jalanan, memasuki area perumahan yang ditinggali Ahyon.

Apartemen ini dibeli lima tahun yang lalu, setelah Saras masuk rumah sakit, Ahyon sendirian tinggal di sini.

Ahyon berdiri di depan pintu, lama sekali tidak mengeluarkan kunci untuk membuka pintu, sebaliknya wajah penuh waspada menatap Hyesang.

“Aku sudah sampai, kamu sudah boleh pergi.” Ahyon selesai bicara, berpikir-pikir, menambahkan satu kalimat lagi, “Terima kasih kamu sudah mengantarku pulang.”

“Ini pertama kalinya aku datang ke rumahmu, apakah tidak mengajakku ke dalam untuk minum secangkir kopi?” Kedua tangan Hyesang diletakkan ke saku, wajah menunjukkan senyuman jahat yang menggoda.

Ahyon menggeleng, “Sudah terlalu malam, tidak leluasa.”

Hyesang selesai mendengarnya, senyuman di sudut bibir semakin mendalam. Tiba-tiba mencondongkan tubuh mendekat, Ahyon terjebak diantara pintu dan dadanya.

Punggung Ahyon menempel di pintu yang dingin, detak jantung menjadi cepat, nafas juga menjadi lebih cepat.

“Untuk apa gugup? Aku juga tidak memiliki kebiasaan memaksa wanita.” Saat Hyesang berbicara, tangan sudah masuk ke dalam saku bajunya, mengeluarkan kunci dari dalam, seperti sangat akrab langsung membuka pintu dan masuk.

Ahyon mengikutinya masuk ke dalam, melihat sosok punggungnya yang tinggi, dalam hati berpikir: sebenarnya ini rumah siapa, muka pria ini sungguh tebal sekali.

Hyesang duduk di sofa kain ruang tamu, berkata pada Ahyon: “Kopi hitam, tidak perlu tambah gula atau susu.”

Ahyon melototinya sejenak, “Tidak ada, termos di dapur ada air putih, ingin minum tuang sendiri saja.”

Ahyon selesai bicara, langsung berjalan ke kamar tidur, brakkk suara pintu tertutup.

Setelah dia masuk ke dalam kamar tidur, mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamar tidur, kemudian, langsung naik ke ranjang untuk tidur.

Ahyon berusaha keras mengabaikan pria yang ada di ruang tamu, namun, dia berbaring di atas ranjang, bolak-balik tetap juga tidak bisa tidur, untuk itu, pelan-pelan membuka pintu kamar dan jalan keluar.

Di sofa ruang tamu, tubuh tinggi Hyesang meringkuk di atas sofa, kelihatannya tertidur nyenyak.

Tidak tahu apa rasa dalam hati Ahyon, dia pelan-pelan menghela nafas, kemudian, membawa selimut tipis dari kamar, sangat pelan sekali ditutup ke tubuhnya.

Hyesang tidak bangun, hanya sedikit memiringkan badan. Cahaya rembulan putih memancar ke dalam ruangan, membuat kontur wajah tampannya jadi samar, membuat dia terlihat lebih kesepian.

Perlahan-lahan Ahyon berjongkok di samping sofa, melihatnya dengan tenang, tanpa sebab dalam hati muncul kesedihan.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu