Suami Misterius - Bab 316 Clara Tidak Akan Mungkin Melepaskanmu

Setelah kedua orang itu saling menindih dan bersenang-senang cukup lama, Nalan pun merangkul Yunita lalu mendekatkan bibirnya ke samping telinga Yunita, lalu bertanya dengan lembutnya, “Rubah kecil, kamu masih belum memberitahuku, sebenarnya kelemahan Clara apa yang kamu pegang saat ini, sehingga kamu yakin kalau Clara ada di genggamanmu.”

Yunita setengah berbaring di tubuh Nalan Qi dengan masih terengah-engah. Kegiatan barusan tadi terlalu panas dan liar, sampai rambut di kening Yunita sudah berantakan dan basah penuh keringat.

Pada keadaan umumnya, mulut wanita jika di ranjang tidak akan begitu rapat. Cara seperti ini, sering sekali digunakan Nalan kepada Lauren dan hasilnya tidak pernah gagal.

Tapi Yunita lebih cerdas dan sadar dari pada Lauren. Nalan tidak akan mudah untuk menjebaknya.

Yunita sangat tahu persis kalau Nalan Qi tidak punya perasaan yang begitu dalam terhadapnya, apalagi menganggapnya wanita satu-satunya. Kali ini, jika bukan karena Yunita yang menggoda dan memikat Nalan dengan memberitahu dirinya kalau dia memegang kelemahan Clara yang bisa membuat Clara ada di genggamannya, maka Nalan tidak akan mungkin mengeluarkan Yunita.

Kelemahan Clara ini tentu saja lebih aman jika ada di genggamannya sendiri. Kalau dia memberitahu Nalan kelemahan Clara, maka Nalan sendirilah yang bisa mengendalikan Clara dan kalau begitu maka Yunita tidak akan ada gunanya lagi untuknya.

“Kamu tidak usah menjebakku lagi, aku tidak akan memberitahumu.” Kata Yunita manja sambil memukulkan tinjunya pelan ke dada Nalan.

Yunita tidak masuk dalam jebakan Nalan. Tatapan mata Nalan pun tampak dingin, dia tersenyum lalu meremas dagu Yunita, “Yunita, kamu harusnya tahu kalau aku mengeluarkanmu dari penjara kali ini telah menggunakan panji dari ayahku dan telah menggunakan seluruh relasi yang aku miliki. Jika kamu menipuku, harusnya kamu tahu apa resikonya ya kan?”

Walaupun Nalan tersenyum tapi nada bicaranya sungguh terdengar dingin sekali. Yunita bukan orang yang bodoh, dia jelas bisa mendengar ancaman di dalam ucapan Nalan itu.

Yunita menggulurkan tangannya lalu merangkulkannya ke lengan Nalan, dia tersenyum lalu mencium Nalan sampai dingin yang ada dalam tubuh Nalan pergi, lalu barulah dia berkata, “Kamu tenang saja, kapan aku pernah menipumu. Clara kelihatannya saja polos padahal dia tak sesuci itu. Jika Rudy semakin memedulikan Clara, maka kita bisa memanipulasi Rudy lewat Clara kemudian kita bisa mengendalikan Sutedja Group. “

Clara yang melahirkan seorang anak haram adalah keburukan terbesar dalam hidupnya. Jika Clara ingin jadi istri dari Rudy maka dia jelas tidak akan berharap kalau Rudy tahu kenyataan kalau di pernah melahirkan seorang anak. Yunita tidak takut dengan Clara kalau dia menggenggam kelemahan Clara ini.

“Dasar kamu rubah kecil ya, bahkan aku saja kamu bisa menyembunyikannya.” Nalan tersenyum menggoda, “Aku harap kali ini kamu tidak akan membuatku kecewa.”

Yunita tersenyum memandanginya dengan ekspresi yang penuh percaya diri.

Nalan berbalik turun dari ranjang lalu mengambil baju yang berjatuhan di tanah. Dia tdak berniat untuk bermalam di keluarga Santoso.

Yunita pun juga mengambil bajunya lalu mengantarnya keluar.

Dia menatap mobil Nalan yang perlahan melaju pergi dari pandangannya. Senyum di wajahnya pun juga ikut menghilang perlahan dia berbalik lalu berjalan masuk ke dalam vila.

Yunita memegang pegangan kayu di tangga ketika naik dan melewati pintu kamar Rina, dia mendengar samar suara berisik di dalam sana. Dia pun tanpa sadar mengerutkan kening, dia mengangkat tangan lalu mengetuk pintu itu sebagai formalitas saja. Setelah itu membuka pintu dan masuk ke dalam.

“Lebih baik perbesar lagi suara kalian agar membuat seluruh orang di rumah ini mendengarnya.” Wajah Yunita menggelam, dia memenatap tajami ibu dan adiknya.

Elaine menjulurkan lidahnya, seketika tidak ada suara.

Rina cengingisan lalu menarik tangan Yunita, dia bertanya dengan suara lembut dan hangat, “Apa tuan Nalan sudah pergi?”

“Em.” Yunita mengangguk, “Dia datang kesini untuk tuan Rudy. Tapi tuan Rudy sudah pergi jadi dia pun tidak merasa ada keharusan untuk tetap tinggal di sini.”

“ Andika juga sama saja melepaskan pekerjaannya hanya untuk bertemu dengan Rudy.” Kata Elaine memanyunkan bibirnya.

Prianya bisa-bisanya menundukkan kepala di depan prianya Clara, tentu saja dia tidak senang.

“Clara lebih kuat daripada ibunya, tanpa terlihat melakukan apapun tiba-tiba sudah diam-diam menarik Tuan muda Sutedja di tangannya. Membawa pria itu ke rumah untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan hebatnya.” Cibir Rina.

Mendengar ini, Elaine marah dan mengomel dengan kerasnya, “Dia terlalu dini untuk bahagia. Siapa coba Tuan muda Sutedja, mana mungkin akan jatuh cinta dengan wanita bekas yang melahirkan anak haram. Tentu saja Tuan muda Sutedja hanya bermain-main saja dengannya. Aku benar-benar menunggu waktu saat dia menangis saja !”

“Tutup mulutmu ya!” Yunita tiba-tiba memotong ucapan Elane.

Elaine dasar anak bodoh ini, kebiasaan sekali tidak bisa mengendalikan mulutnya dan bisa-bisanya mengucapkan kelemahan Clara yang begitu bagus untuk mereka ini dengan kerasnya. Jika seluruh dunia tahu dan bisa mendengarnya, maka tidak akan ada lagi cara baik untuk mengancam Clara!

“Jikapun memang tuan muda Sutedja itu hanya bermain-main dengan Clara. Tetap saja kita harus bersikap baik kepada Clara sebelum Tuan Muda Sutedja tidak tertarik lagi dengan Clara. Dengan cara itu, baru kita bisa menipunya dan mendapatkan keuntungan dari itu.” Yunita menatap dingin ke Elaine, lalu memperingatinya, “Kamu lebih baik tutup dan jaga mulutmu itu. Jika mulutmu terus tidak bisa dikendalikan, maka jangan salahkan aku jika aku melakukan hal buruk padamu.”

“Kamu, kamu kenapa jadi marah dan emosi kepadaku. Kalau kamu memang hebat dan punya kemampuan, maka jangan sampai tertangkap polisi lagi. Kali ini jika bukan karena uang dua milyar rupiahku, kamu sekarang pasti masih berjongkok di penjara.” Kata Elaine kesal.

Tampak sekali wajah Yunita yang marah karena Elaine. Dia pun berbalik membanting pintu dan pergi keluar. Ketika kembali lagi, ada sebuah kartu bank di tangannya.

“Ini uangnya, aku kembalikan kepadamu. Kedepannya, jangan pernah mencariku untuk membereskan kekacauanmu.” Yunita melemparkan kartu bank itu ke Elaine, lalu dia pun pergi.

Elaine mengambil kartu itu lalu memasukkannya ke dalam tas sambil bergumam, “Aku kan segera menikah dengan Andika, kekacauan apa yang bisa terjadi padaku. Lebih baik perhatikan dan urusi dirimu sendiri sana. Clara tidak akan pernah melepaskanmu jika dia tahu kamulah yang mendorongku untuk menyelakai Evi.”

Elaine tanpa sadar gemetaran tidak karuan, begitu teringat Clara yang menggunakan Marco untuk membuat dirinya keguguran. Ketika Clara mulai kejam dan ganas, itu sungguh sangat mengerikan. Maka dari itu, Elaine sekarang hanya berani memaki Clara di belakang saja, dia tidak berani lagi langsung memaki atau memarahi Clara di depannya.

“Bergumam apa sih kamu itu! Kamu kenapa semakin lama semakin tidak dewasa, selalu saja membuat kakakmu marah.” Keluh Rina.

“Di matamu cuma ada kakak saja, Memang aku bukan akan kandungmu juga apa.” Emosi Elaine meningkat, dia pun membanting pintu dan pergi keluar.

“Kalian ini, dasar nona kaya.” Rina menghela napas panjang tak berdaya.

....

Di sisi lain, Clara dan Rudy telah kembali ke apartemen.

Di ruang tamu di lantai satu, Wilson sedang duduk di karpet depan jendela. Dia sedang menggambar asal-asalan dengan krayon yang ada di tangannya.

Begitu mendengar suara pintu dan melihat ayah dan ibunya pulang, Wilson pun langsung berdiri dari lantai lalu melemparkan krayon dari tangannya dan melangkahkan kaki kecilnya berlari menuju Clara.

“Wilson, jadi anak baik tidak hari ini?” Clara memeluk anaknya ke dekapannya. Lalu mengecup pipi Wilson.

Wilson tersenyum bahagia setelah dicium. Satu tangannya merangkul Clara, dan tangan lainnya diulurkan ke arah Rudy, “Ayah peluk peluk peluk.”

Rudy pun mengulurkan lengan tangannya lalu anak dan ibu itu pun bersama-sama masuk ke pelukannya. Wilson memanyunkan bibirnya lalu mencium pipi Rudy dengan sekuat tenaga beberapa kali, sampai wajah Rudy penuh air liur Wilson.

Clara melemparkan sepatu high heelsnya lalu menggendong Wilson dan masuk ke dalam apartemennya. Anak dan ibu itu pun duduk di lantai depan jendela.

Clara mengambili krayon yang ada di lantai, lalu menuliskan ke papan gambar beberapa kata sederhana. Sus Rani akhir-akhir ini sedang mengajari Wilson mengenal kata. Kemampuan mengingat Wilson sangat bagus, dia sudah mengenal lebih dari sepuluh kata.

“Orang, mulut, tangan, atas, tengah, bawah.....” tangan kecil Wilson menunjuk ke kata-kata di depan papan gambar, lalu dia mulai menggerakkan gigi dan mulutnya untuk membacanya.

“Anak ibu, Wilson memang hebat sekali.” Clara berusaha memberi dukungan dan menyemangati Wilson dengan mengecup pipi Wilson.

Setelah dipuji, Wilson sangat bahagia lalu dia bertepuk tangan dengan riangnya.

Clara daritadi menemani Wilson, sampai si kecil itu menguap dan akhirnya digendong ke kamarnya oleh Sus Rani.

Clara kembali ke kamarnya sendiri lalu mandi, Ketika dia merendam dirinya ke dalam bathtub, dia memikirkan bagaimana bisa Yunita melepaskan diri. Dia memikirkan ini sampai air di bathtub sudah jadi dingin, tapi sayangnya Clara masih belum mendapatkan jawabannya. Sampai akhirnya ada suara ketukan pintu dari luar kamar mandi.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu